Empat | Rapuh

303 68 4
                                        

Karina dan Yuda kembali melanjutkan perjalanan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Karina dan Yuda kembali melanjutkan perjalanan. Sepuluh menit yang lalu Mama menelepon dan menanyakan di mana Karina sekarang.

"Yuda, gue males banget ketemu sama Mama. Serius." gerutu Karina.

"Nanti gue temenin." respon Yuda.

"Eh, enggak usah!" larang Karina. "Ketemu gue aja Mama males, apalagi dia tau gue punya temen? Bisa-bisanya gue dipukulin lagi sama Mama. Kadang gue suka iri sama orang lain, ngeliat mereka yang punya Mama yang baik dan supportive banget, gue malah dapat keluarga hancur begini,"

Yuda terdiam.

"Yuda, gue capek banget. Sumpah! Capeeek sampe rasanya gue udah mati rasa. Emang takdir kali ya hidup gue hancur gini? Tuhan kok jahat banget ya?"

"Karina."

"Kalau Tuhan nakdirin hidup gue begini kenapa enggak dari dulu aja sih Dia ngambil nyawa gue? Kenapa ngebiarin gue tersiksa lahir batin gini?"

"Rin, kenapa muka lo pucat? Lo sakit?" tanya Yuda mengalihkan pembicaraan. Pemuda itu tidak ingin Karina terlalu larut dalam kesedihan.

Karina menyentuh pipinya lalu mengambil cermin kecil dari dashboard. Melihat pantulan wajahnya sendiri dari benda itu. "Enggak pucat. Gue enggak make liptint jadi gini. Enggak apa-apa, kok." ucap Karina. Gadis itu meyakinkan Yuda bahwa dirinya baik-baik saja.

"Oke deh."

"Yuda, tolong ambilin tisu dong?"

Pemuda itu mengambil benda yang dipinta oleh Karina tanpa niat bertanya.

Betapa terkejutnya Yuda saat menoleh dan melihat darah keluar dari hidung Karina. Pemuda itu langsung memarkirkan mobil di pinggir jalan.

"Sejak kapan lo mimisan? Bagian mana yang sakit?"

"Barusan. Enggak apa-apa, Yud."

Yuda membantu Karina mengganti tisu kotor yang sudah terkena darah.

"Ini kenapa-napa, Rin! Lo harusnya bilang kalau lo sakit. Kita ke rumah sakit aja, ya? Muka lo pucat."

Karina menggeleng pelan.
"Pulang ke rumah aja. Ini cuman kecapean."

"Tapi---"

"Enggak apa-apa. Gue butuh istirahat aja."

Yuda menatap lekat Karina. "Oke, kita pulang ke rumah. Tapi beneran gak papa?"

Karina mengangguk seraya tersenyum manis. Jemarinya mengelus pipi Yuda. "Iya, Yuda."

Jemari Karina yang berada di pipi Yuda dibalas genggaman erat oleh pemuda itu. "Lo tidur aja, ya. Kalau sudah sampai gue bangunin nanti."

"Iya."

Yuda mengotak-atik ponselnya, kemudian musik mulai mengalun. "Gue setel lagu kesukaan lo. Tidur yang nyenyak, ya. Everything will be okay."

Nuraga [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang