Ujian

13 0 0
                                    

Ddddrrtt Dddrrtt

Dering ponsel menggema di kamar Ale. Merasa terganggu dengan suara ponselnya, ia bangkit dari kursi menuju ranjang.

"Hallo, dengan siapa?"

"..."

"Salah sambung ya?"

Tut tut tut

Merasa kesal, Ale pun melanjutkan belajar.

Drrrttt Dddrrt

Dering ponsel terdengar kembali.

"Hallo, ini siapa?"

"..."

"Mau nge-prank ya?"

Terdengar bunyi seperti gelas plastik digesek ke aspal.

Mungkin orang iseng, pikirnya.

Ale. Gadis berambut hitam lebat, bermata sipit, dan berhidung mancung sedang berjalan terburu-buru melewati koridor sekolah. Ya, ia terlambat. Ini pertama kali ia terlambat.

"Sial, bu Evi sudah di kelas," terpaksa ia berjalan menuju kantin, karena malas mendengar ceramah dari guru terbaik, alias killer.

Setelah dua jam Ale duduk di kantin dan telah menghabiskan bakso satu mangkok plus es teh, ia berjalan menuju kelas, karena pelajaran bu Evi sudah selesai.

"Kamu kemana aja? Untung tadi tidak diabsen,"

"Di kantin, syukur kalau tidak diabsen. Bisa dimarahi mama kalau ketahuan bolos,"

"Mama Lina, anakmu bolos ini, marahi ma" Karin mengejek Ale.

"Mau dipukul?" Ale mengangkat tangannya yang mengepal ke arah Karin.

"Jangan galak-galak, ampun,"

"Dasar. Rin, kemaren ada yang telepon aku, tapi tidak tau siapa,"

"Pasti orang iseng, biarin saja deh"

"Tapi aneh, awalnya tidak ada suara apa-apa, tapi tiba-tiba ada suara..."

Belum selesai Ale melanjutkan ceritanya, suara bel bergema di setiap sudut sekolahan yang menandakan  waktu pergantian jam.

꧐꧐꧐

Semua siswa berlomba-lomba untuk menuju gerbang sekolah. Mereka terlihat gembira saat telah berada di luar gerbang. Ale dan Karin memilih duduk di depan kelas.

"Duh malas banget, deh,"

"Malas kenapa, Ale?"

"Itu lihat, ngapain si mereka pada berdesakan keluar kayak gitu,"

"Ya wajarlah, kan bel pulang memang didamba-dambakan oleh siswa seperti kita,"

"Kecuali kamu, Ale Casle" sambung Karin dengan nada mengejek.

Ale hanya memutar bola mata.

"...Ale" Karin mengibaskan tangannya di depan wajah Ale.

"Kamu kenapa si? Dari tadi aku panggil kamu, loh,"

"Eh, kenapa, Rin?" Ale nyengir menatap Karin.

"Masih mikirin siapa yang neror kamu?"

Ale berdiri sembari mengangkat bahu. Ale berjalan pelan diikuti Karin di sampingnya.

"Sudah deh jangan dipikirin, mungkin orang iseng,"

"Mungkin,"

Mobil jazz merah berhenti dihadapan Ale dan Karin. Ale menoleh ke arah Karin, begitu pun sebaliknya.

Sisi LainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang