Hasil Ujian

6 0 0
                                    

Ale menatap langit-langit kamarnya. Terdiam dengan tatapan kosong. Ia memejamkan mata.

Drrrtt drrrrttt

Dering ponsel menggema di kamar Ale. Ia membuka matanya. Melihat ponsel yang menyala dengan nomor tidak dikenal.

"Hallo, dengan siapa?"

"..."

"Hallo?"

Terdengar bunyi seperti gelas plastik digesek ke aspal. Kemudian sambungan telepon terputus. Ale menghembuskan napas panjang. Berbaring di ranjangnya dan kembali memejamkan matanya.

꧐꧐꧐

"Ini ujian terakhir kamu, kamu harus mengerjakan dengan teliti. Setelah itu, kita pergi ke bandara untuk menjemput papa,"

"Iya, Ma,"

Ale berjalan ke ruangan ujian. Meletakkan tasnya di belakang kelas kemudian duduk kembali ke bangku. Lembar soal dibagikan oleh pengawas.

"Akhirnya aku bisa melihat kamu lagi, Ale. Kepala aku hampir meledak melihat soal-soal yang tidak masuk akal itu," gerutu Karin setelah keluar dari ruang ujian.

"Lebay banget si, Rin,"

"Aku hanya mengatakan yang sebenarnya, bukan lebay. Oh iya, papa kamu hari ini jadi pulang?"

"Iya. Nanti aku langsung ke bandara sama mama,"

"Masih pakai seragam gitu?"

"Bodoh banget. Ya gantilah. Nanti mama yang bawain baju ganti aku," ucap Ale dengan nada mengejek.

"Ye biasa saja, dong. Itu mama kamu sudah datang," Karin melirik ke arah mobil yang dikendarai Lina.

"Aku duluan ya, bye, Karin,"

"Bye, Ale. Hati-hati,"

Sepanjang jalan Ale terus tersenyum. Tidak sabar bertemu dengan Leo. Lina melihat ke arah Ale.

"Sudah tidak sabar, ya?"

"Iya, Ma. Ale ingin cepat ketemu papa,"

"Ayo, turun,"

Ale membuka pintu mobil. Berjalan dengan tergesa-gesa.

"Tidak perlu terburu-buru,"

"Papa... Ale kangen sama papa,"

"Papa juga kangen sama Ale,"

Ale memeluk erat tubuh Leo. Ia tidak menghiraukan jika menjadi pusat perhatian orang-orang yang berada di sana.

"Bagaimana ujiannya?"

"Lancar, Pa,"

"Bagus, anak papa memang pandai,"

꧐꧐꧐

Lina membuka pintu rumah. Berjalan ke dapur menyiapkan makanan.

"Ma, Ale bantuin ya,"

"Ini bawa ke meja makan,"

Ale membawa makanan tersebut ke meja makan. Duduk di samping Leo yang tengah menerima telepon dari seseorang.

"Mari kita makan," ucap Lina.

Ale tersenyum bahagia. Setelah sekian lama ia tidak pernah makan bertiga dengan Lina dan Leo. Biasanya ia hanya makan bersama Lina karena kesibukan Leo akan pekerjaannya.

"Ale ke kamar dulu ya, Ma, Pa,"

"Iya sayang, istirahat ya,"

Ale berjalan ke kamar. Ia duduk di kursi belajarnya melihat foto yang terpajang disana.

Sisi LainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang