2

1.1K 138 40
                                    

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Jaemin. Dia berusaha menahan sakit yang menjalar, juga air matanya yang mati-matian ditahan agar tidak mengalir turun. Ayah tidak suka dengan anak yang cengeng. Lagipula, laki-laki tidak boleh mengeluarkan air mata.

'Yah, apa salah Jaemin?'

''Masih berani bertanya apa salahmu, hah? Dasar anak keparat. Pergi saja sana ke neraka.''

Jaemin hanya terdiam menedengar perkataan ayahnya. Hatinya merasa sangat sakit. Dia sering bertanya-tanya apakah bagi ayah dia hanyalah seonggok sampah busuk yang harus dilempar ke tengah jalanan?'

''Pukul saja. Biar sekalian Jaemin mati. Biar ayah tidak malu lagi punya anak seperti Jaemin " katanya sinis.

'Kamu... kamu sudah berani melawan ayah, ya!' gertak ayahnya sambil melayangkan tinjunya ke wajah Jaemin.

Tubuh Jaemin terjengkang menabrak kursi yang ada di belakangnya. Darah tampak meleleh di sudut bibirnya.
jaemin masih tersungkur di lantai yang dingin. Sedangkan ayahnya berdiri angkuh di hadapannya.

'Bangun!' suara ayah menggelegar di telinga Jaemin. Detik berikutnya, ayah mencengkeram kerah bajunya dan menghujaninya dengan pukulan yang seakan tak pernah berhenti. Mengapa ayah tega melakukan ini semua kepadanya?

Setelah itu, Jaemin merasakan matanya menjadi kabur. Dia tidak melihat benda-benda di sekitarnya dengan jelas. Lalu, semua menjadi gelap.

Dulu, dulu sekali..., mereka adalah kelaurga yang bahagia. Walaupun ayah adalah seorang tentara berpangkat rendah dan ibu hanya membuka warung di depan rumah, dia mendapat kasih sayang yang utuh. Hingga suatu hari... pertengkaran itu terjadi. Pertengkaran yang mengubah hidup Jaemin. Menjadi suram. Gambaran tentang sebuah keluarga yang harmonis sudah menghilang.


Jaemin mengintip dari sela-sela pintu yang terbuka.

''Dasar wanita laknat! Berani-beraninya kau main mata dengan pria lain selama aku tidak ada di rumah,''

Ayah berteriak sambil menjambk rambut ibu. Ibu pun meronta lepas dari cengkeraman tangan ayah.

'Mana?' Mana janjimu dulu untuk membuatku bahagia?'

ibu tidak kalah garang dari ayah.

Jaemin memandang mereka berdua dengan ketakutan. Selama ini, dia tidak pernah melihat ayah dan ibunya saling mencaci maki. Jaemin kecil, hanya tahu bila ibunya adalah seseorang yang lembut, tak pernah memarahinya dan ayah yang sayang padanya. Mengapa semuanya jadi begini?

'Aku sudah memberimu kebahagiaan.'

'Kebahagiaan apa? Rumah sempit dengan perabotannya yang dekil?'

Kali ini, ayah tidak menjawab.

'Sekarang, mau kamu apa?'

'Aku sudah tidak tahan lagi. Aku ingin keluar dari rumah sialan ini,' kata ibu sambil memasukkan baju-bajunya ke dalam tas.

'Kamu mau kemana?'

'Bukan urusanmu. Aku minta kau menceraikanku.'

'Tapi aku mencintaimu.'

'Makan saja cinta itu. Aku tidak butuh!'

Ibu pergi dari rumah tanpa sekalipun menoleh ke arah Jaemin. Padahal, dia berada di dekat situ.

'Ibu... Ibu jangan pergi,' kata Jaemin.

Perlahan sambil membuntuti ibunya sampai di depan rumah. Dia pun menarik-narik baju ibunya.

is there happiness for me? JAEMJEN (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang