‹Empat Puluh›

9 1 0
                                    



Pada akhirnya, kita semua memang butuh "pulang".  Entah itu asal, rumah, atau seseorang. Mereka, yang menyediakan rasa nyaman.


-Secercah dari Segalanya oleh Vania Erlina



-: ✧ :-

-: ✧ :-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-: ✧ :-





Perempuan itu berlari kencang dari arah pintu. Mencari-cari dua sosok yang mau dia peluk seerat mungkin.

Kedua mata Tara berbinar-binar melihat Dwina dan Surya sedang duduk di meja dapur. "Ma, Pa!"

"Eh, Zea. Kenap—" Ucapan Dwina terpotong begitu Tara langsung memeluknya erat.

Dwina tersenyum lembut dan mengusap rambut Tara. "Duh, duh, kenapa kamu?"

Tara menarik dirinya dari Dwina dan giliran memeluk Surya sama eratnya. Kemudian, saat dia melepaskan pelukan, dia pandang kedua orangtuanya dengn lekat. Paras lembut dari Dwina dan Surya meluluhkan hati, sebagaimana membuat bendungan air mata tumpah ke pipinya.

Tara tersenyum. "Maaf, aku tidak sempat mengatakan ini sebelumnya pada Mama dan Papa. Terima kasih sudah kembali."

"Aaa ... anak Mama," gumam Dwina. Matanya ikut berkaca-kaca. Lantas dia berdiri dari kursi dan memeluk Tara sekali lagi. "Kamu tidak perlu berterima kasih, Sayang. Sudah seharusnya kami kembali untuk kamu," ujarnya sembari terisak.

Surya ikut menghampiri dan membawa istri serta anak perempuannya ke dalam dekapan. "Kami yang minta maaf karena sudah menciptakan masa lalu yang sedih untuk kamu, Nak, tapi sekarang, kami ada di sini. Kamu tidak perlu khawatir lagi."

Tara menarik wajahnya, memandang Dwina dan Surya secara bergantian. "Mulai sekarang, lupakan masa lalu dan jalani hidup yang baru."

Dwina dan Surya mengangguk. Sekali lagi keluarga kecil itu saling mengutarakan rasa rindu yang sudah lama tersimpan ke dalam pelukan hangat. Kedua orangtua yang pernah melakukan kesalahan, tapi tidak pernah meninggalkan. Mereka kembali untuknya dan sekarang akan selalu di sana.

Serintik air mata jatuh dari mata Jetta. Perempuan itu bersedekap sambil bersandar pundak ke dinding. Melihat kebahagiaan sederhana di depan matanya memberikan rasa hangat.

Dia menyeka air mata dan tersenyum, dan rautnya berubah ketika menoleh melihat raut wajah Lena dan Rudi yang melihat Tara, Dwina, Surya dari arah tangga.

Secercah dari SegalanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang