──O7. Incident.

1.1K 158 18
                                    

Jelang makan siang, Seokjin tiba-tiba menarik lengannya menuju sisi lain meja customer service. Sedikit terkejut ia dibuatnya karena tiba-tiba lengannya di sergap oleh kakak lelakinya itu.

"Ada apa, hyung?"

Jeongguk membuka suara terlebih dahulu.

Seokjin mengangkat telunjuknya, memberi gesture untuk diam. Namun, jemari lentik kakak laki-lakinya memberi gesture lain untuk memperhatikan sesuatu.

Tak jauh dari tempat keduanya berdiri, terdapat ruangan kantor kepala bank tempatnya bekerja. Pintu itu separuh terbuka, menampakkan siluet seorang laki-laki yang tingginya sekitar seratus delapan puluh lima senti meter dengan coat hitamnya.

"Pegawai baru?"

Seokjin menatapnya tajam.

"Siapa?"

'Kepala kantor cabang baru.'

Jeongguk lantas menutup mulutnya karena terkejut.

Astaga.

Ia sungguh lupa jika kepala kantor cabangnya telah mengajukan pensiun dini karena ada suatu permasalahan.

Ketika seseorang yang disebut Seokjin sebagai 'kepala kantor cabang baru' itu keluar dari ruangan kepala bank, mereka dengan cepat kembali ke kursi masing-masing.

Dengan bangganya, kepala bank memperkenalkan calon kepala kantor cabang mereka.

'Perkenalkan, saya Kim Dae Hyung. Kepala kantor cabang kalian yang baru.'

Begitu singkat perkenalannya.

Jeongguk tidak terlalu fokus ke bagian lainnya karena pekerjaan di meja nya cukup untuk membuat perhatiannya teralih.

Basa-basi yang dilakukan oleh teman-teman dan kepala kantor cabang baru pun diakhiri dengan bel istirahat.

Selepas ini pun masih ada pekerjaan hingga pukul tiga sore.

Dan sepertinya malam ini ia akan habiskan waktu lembur berdua dengan Seokjin di kantor untuk mengurusi beberapa permasalahan klien perihal rekening dan tabungan mereka.

───────────

Mereka selesai pukul sembilan malam. Seokjin mengantarnya sampai halte bus dimana tempatnya biasa menunggu. Ini adalah bus terakhir yang akan berhenti beroperasi pada malam hari ini. Jeongguk hanya berdoa semoga perkiraannya benar. Sebab, hanya tinggal dirinya dan seorang dengan pakaian berantakan sembari membawa botol soju di tangan.

'Hei, cantik.'

Seseorang menyapa dan Jeongguk menengok.

Tunawisma yang kini satu atap pemberhentian bus berjalan ke arahnya dengan sedikit terseok, efek mabuk.

Jeongguk bergidik, sedikit takut.

Ia bukan seseorang yang mahir dengan bela diri.

'Kemari, cantik.'

Jeongguk diam terpaku di tempatnya. Badannya gemetar akibat rasa takut yang menguasai.

'Aku tidak akan menyakitimu. Kau terlalu cantik untuk di sakiti.'

Sialan, mau apa tunawisma ini.

Ia memejamkan matanya erat-erat saat tangan dengan kuku-kuku yang hitam karena kotoran itu hendak meraihnya.

Semoga ada yang menyelamatkannya.

Jeongguk menunggu hingga satu menit untuk setidaknya ada yang menarik coat nya.

Behind The Door +taekookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang