──1O. Run.

979 125 16
                                    

Ketika mencapai persimpangan, Jeongguk mendapati pria dengan dengan baju dingin, masker dan kupluk berwarna hitam itu berdiri di seberang, tepatnya dekat tiang listrik. Jeongguk sempat terpaku di tempat kala kedua netranya bertemu dengan sosok misterius di seberang sana.

"Tolong! Tolong aku!" Jeritannya bercampur dengan kepanikan. "Tidak ada orang? Tolong aku, tolong!" Kali ini, Jeongguk berteriak lebih keras sampai menangis.

Mustahil ia mendapatkan pertolongan di tempat sepi seperti ini. Maka, ketika lelaki itu mendekat, Jeongguk mulai berlari memasuki gang-gang sempit nan kumuh yang melewati hunian dan toko kosong.

Dadanya terasa sesak akibat kekurangan oksigen sembari menangis ketakutan. Takut ia akan bernasib sama seperti penghuni satu lantai diatas apartemennya.

Ketika matanya melihat salah satu rolling door sebuah toko kosong, segera ia masuk kesana dan bersembunyi di sisi lain rak penyimpanan barang.

Gelap dan pengap, ia menahan napas takut ketahuan eksistensinya disini.

Tak seberapa lama, kedua kaki yang terbalut jeans hitam itu berdiri di depan rolling door toko kosong tempatnya bersembunyi. Jeongguk seketika menahan napasnya, berharap lelaki itu tidak menemukan dirinya disini.

Ketika kaki itu tidak lagi berada disana, Jeongguk keluar dari persembunyiannya secara diam-diam.

'I got you.'

Kemudian rolling door dibuka oleh lelaki psikopat itu. Tepat ketika Jeongguk mendongakkan kepalanya.

Pemuda itu terdiam ditempat. Tubuhnya kaku dan tidak bisa bergerak luwes untuk berlari. Lidahnya terasa kelu hingga tak dapat berbicara lancar. Belum lagi keringat dingin sebesar bulir jagung yang berlomba untuk turun dari dahinya.

'Kau sudah melihat semuanya, bukan?'

Jeongguk menggelengkan kepalanya.
'Tidak perlu berboh──'

BRAK!

Sebuah besi kotak dengan roda di sisi kanan dan kiri menerjang sosok lelaki itu terjatuh.

'JEONGGUK-AH! KAU TIDAK APA-APA?!'

Seokjin menyelamatkan nyawanya kali ini.

'BRENGSEK KAU! MAU KAU APAKAN ADIK─AH!'

Tubuh Seokjin terpental setelah di dorong dengan sengaja hingga menghantam rolling door besi dari toko tersebut.

"Hyung!!" Teriaknya panik dan ketakutan begitu dengar suara keras beserta Seokjin yang meringis kesakitan.

Jeongguk kembali terdiam dan bertatap-tatapan dengan pria itu. Hingga bunyi mobil patroli polisi datang dan pria itu melarikan diri begitu saja, meninggalkan Jeongguk yang masih ketakutan dan Seokjin yang terbaring lemas di atas paping block depan toko kosong.

───────────────────────

Jeongguk dan Seokjin sudah di dalam mobil polisi. Amarah dan rasa kesal yang Seokjin tunjukkan ketika menjelaskan keadaan mereka barusan, sempat membuat Jungkook menepuk bahu kakaknya agar tidak begitu berapi-api.

"Ya, kunci pintunya sama dengan milik Jeongguk, begitu pula dengan kodenya."

Seokjin nampak bersikeras meyakinkan salah satu detektif yang menangani kasus pembunuhan misterius di apartemen Jeongguk.

'Kau tidak percaya? Coba saja periksa rumah itu. Tidak ada apa-apa di dalamnya.'

Sang kakak kemudian terdiam. Namun kini giliran Jeongguk yang di introgasi karena ialah yang melihat kali terakhir rupa pria tersebut.

'Kau tidak boleh berbohong, Jeongguk-ssi. Kau yakin tidak melihat wajahnya?' Tanya sang detektif dengan nada yang ditekan tegas.

Jeongguk tak menjawab. Nampaknya ia masih merasakan shock akibat dikejar oleh seorang pembunuh.

"Ya, bagaimana dia bisa melihat wajahnya kalau saat itu dia bisa saja terbunuh? Apakah kau bisa jika berada di posisinya?" Seokjin berujar dengan nada geram sebab pertanyaan terburu yang diajukan oleh sang detektif kepada adiknya, Jeongguk.

'Seokjin-ssi, kau harus memberi tahu kami sesuatu agar kami dapat menjadikannya sebagai bukti yang kuat. Kalau tidak begitu, kami tidak bisa memberikan pertolongan.' Balas sang detektif lugas. 'Ponsel Jeongguk dimatikan dan kami tidak bisa melacaknya. Kau yakin menjatuhkan ponselmu, Jeongguk-ssi?'

Makin geram Seokjin dibuat oleh pertanyaan sang detektif yang seolah memaksa Jeongguk untuk memberikan keterangan perihal kejadian hari ini.

"Detektif! Bahkan Jeongguk mendengar bahwa dirinya lah yang akan menjadi target berikutnya!" Ujar Seokjin dengan nada tinggi.

Jeongguk yang berada di sisi Seokjin merasa tidak enak.

"Detektif, aku ingat kalau pria tersebut memakai arloji di tangan kanannya."

'Maka aku pelakunya kalau begitu.'

"Bukan, dia memakai arloji kuno." Sambung Jeongguk. Sang detektif menggunakan jam digital modern, sedangkan pria itu menggunakan arloji kuno yang tidak banyak orang yang memilikinya kecuali kolektor jam tua.

SRAK

Pintu mobil van terbuka tiba-tiba. Rekan sang detektif nampak menghampiri dan sibuk mengais oksigen ketika sampai. Sepertinya ada sesuatu yang mereka temukan.

'Detektif, aku menemukan sesuatu!'

Sang detektif yang semula berada di dalam mobil van untuk mengintrogasi Jeongguk dan Seokjin, kemudian segera berlari mengikuti sang rekan.

Tujuan kedua detektif itu adalah atap rumah kosong yang sudah diberi tanda untuk dihancurkan karena proyek tata kota.

'Kita dalam masalah.' Ujar sang rekan ketika mereka tiba di lokasi.

Seorang mayat wanita dengan perkiraan usian akhir dua puluhan ditemukan termutilasi di dalam drum. Di sela jemari mayat itu, ditemukan kartu nama milik seseorang yang dihiasi bercak darah.

Itu adalah kartu nama milik Jeon Jeongguk.

───────────────────────

Enjoy it, readers!

Gue akan mengumumkan kalau bakal release project baru lagi. Kali ini bakal kolaborasi sama salah satu penulis hehe

Nanti ya, tunggu aja. Pasti bakal release kalau memang kami berdua sudah selesai berdiskusi dan mengerjakan semuanya!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 07, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Behind The Door +taekookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang