Anita tidak diam saja. Ia menghampiri Arga yang barusan mengejeknya dengan kalimat kepedean atau ge-er. Ini sudah kelewatan, Arga seolah melarikan diri dari fakta yang ada. Tangan Anita terangkat, lalu menampar pipi Arga yang berada begitu dekat dengannya. Di tengah lapangan itu, Anita menampar Arga secara terang-terangan, dilihat oleh banyak murid, dan semua orang yang lewat.
"Gue gak suka ya sama cowok songong! Dan lo itu sudah kelewatan menurut gue," sambar Anita. Arga menahan rasa panas yang menjalar di pipinya, tamparan Anita begitu dahsyat menurutnya.
"Silakan lo ingat-ingat lagi, yang ngebet pengen dekat sama gue itu siapa? Lo, kan! Yang ikutin gue ke klub tadi malam, yang paksa antar gue ke apartemen, dan yang tadi pagi udah berdiri depan pintu dan paksa pergi bareng, bukannya itu semua kelakuan lo?!" Sambar Anita dengan pedas.
"Gue gak kepedean, tapi lo juga ngaca dong, memang lo yang dari perilakunya kayak mau deketin gue, tapi pas di tuduh malah sok jual mahal, lo pikir gue suka apa? Jijik tau gak!"
Arga menatap tajam Anita, sudah cukup Anita memalukan dirinya di depan orang-orang seperti sekarang. Anita perlu di beri pelajaran, dan perlu di hukum dengan tingkah lakunya yang tidak baik ini. Main tampar orang saja, tidak berpikir dua kali lagi soal reputasi.
"Lo ikut gue sekarang," kata Arga. Anita menatap Arga tajam.
"Lo mau hukum gue? Karena sudah menampar seorang ketos?" Tanya Anita menantang.
"Gak usah banyak bacot, ikut gue sekarang!" Titah Arga dengan nada datarnya, lalu menarik Anita untuk mengikutinya ke halaman belakang sekolah. Anita yang di tarik secara paksa pasti meronta marah, dia tidak suka di atur oleh siapa pun, apalagi di paksa seperti ini.
"Lepasin gue!" Arga menutup telinganya rapat-rapat.
"Lo gak berguna banget ya jadi orang, main tarik, main paksa."
"Gak ada yang main-main," jawab Arga asal. Dan setelah sampai di halaman belakang sekolah, Arga menyudutkan Anita di dekat dinding sekolah, membuat nyali seorang Anita mendadak menciut.
"Lo mau apain gue, hah?" Tanya Anita nyalang.
"Mau lihat nyali lo menciut," jawab Arga dan semakin menatap tajam Anita.
"Mau lo apa sih?" Tanya Anita kesal dan mendorong tubuh Arga.
"Mau lo," jawab Arga santai.
"Lo sinting?"
"Waras dong," jawab Arga sambil tersenyum tipis. Anita mengernyit heran, tidak ada cowok mana pun yang mau mendekatinya begitu nekat seperti ini. Baru Arga saja cowok yang berani menunjukkan sikap ini kepadanya.
"Gue gak mau sama lo!" Tolak Anita.
"Oke." Anita semakin kaget. Pasalnya, apakah Arga tadi benar-benar serius dengan ucapannya atau tidak sih? Kalau memang Arga mau Anita, kenapa cowok itu tidak mau mempertahankan Anita?
"Sudah? Gue boleh ke kelas sekarang?" Tanya Anita yang sudah siap-siap untuk mengangkat kaki dari tempat itu.
"Siapa yang suruh lo pergi? Lo harus dengar gue dulu," kata Arga. Anita berdiri diam di tempat, menunggu Arga yang mau mengucapkan sesuatu kepadanya.
"Gue gak mau lo bertingkah seperti tadi, main tampar orang di depan umum, apalagi lo tampar gue, itu gak beretika banget Anita," nasihat Arga baik-baik.
"Terserah gue!"
"Iya hidup kalau selalu terserah lo gak bakal ada yang berubah, yang ada dunia makin hancur, paham?" Anita melotot, bibirnya terbuka akibat terkejut.
"Lo jadi cowok mulutnya pedes banget sih." Anita mendekati Arga lagi ingin menimpuk mulut Arga dengan botol minumnya.
"Mau apa lagi lo?" Tanya Arga waspada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Angel
Teen FictionSi pembuat onar, itu julukan mereka terhadap Anita. Tetapi cewek ini, bukanlah cewek yang tidak suka belajar, karena permasalahan hidupnya yang rumit, sehingga membuat Anita menjadi terlihat seperti anak yang tidak dapat didikan orang tuanya. Ketos...