6. Rooftop

0 0 0
                                    

"Pertama, lo harus jadi teman buat dia Ga. Secara ini cewek yang lo deketin itu jutek tingkat provinsi, yang ada lo kena mental kalau gak siap nahan emosi, paham?"

"Saran  yang lain gak ada apa?" Riko bergumam sambil duduk di kantin, ini sudah jam istirahat, mereka berdua seolah mengadakan rapat berdua dengan duduk di bangku itu.

"Ada sih, menurut pengalaman gue nih ya. Lo harus jadi sosok yang hangat buat cewek yang berkarakter dingin, mana mungkin lo harus jadi kulkas untuk dia, kan? Yang ada hubungan kalian gak ada kemajuan, kalau dingin ketemu dingin. Tapi kalau dingin ketemu panas, yang terjadi pasti meleleh, ya, kan?"

Arga mengangguk mengerti, tapi bagaimana caranya menjadi hangat? Itulah yang ia pikirkan.

"Ada lagi gak?" Tanya Arga serius. Riko bergumam lagi, sambil berpikir.

"Ini gak ada es teh atau nasi goreng gitu buat gue, mikir juga perlu tenaga tau," sindir Riko.

"Yah elo, pemerasan mulu," decak Arga sebal. Lalu berdiri menuju antrian, dan memesan makanan buat Riko dan buat dirinya.

"Gitu dong," kata Riko setelah Arga kembali ke meja dengan membawa makanan dan minuman.

"Apa tips ketiganya?" Tanya Arga penasaran.

"Lo harus punya skill, contoh nih ya. Kayak suka olahraga, bisa benerin motor, bisa benerin laptop, atau lo hacker, atau apalah, yang buat nih cewek jadi kagum sama lo," jelas Riko.

"Oke gue paham, tapi maksud gue dari keseluruhan tips lo itu, ada gak yang mendetail ke si cewek. Contoh, gue harus tau makanan favorit dia, atau hobinya apa? Gitu?"

"Nahhh, itu tips keempat. Gue rasa cukup deh untuk saat ini lo lakuin ke empat tips itu, banyak-banyak malah bikin otak lo mumet nanti," ujar Riko. Arga mengangguk setuju, dan segera berdiri ketika ia sudah menghabiskan minumannya.

"Lah lo mau ke mana?" Tanya Riko yang sedang asyik mengunyah nasi goreng.

"Cari Putri, mau tanya tentang Anita sama dia," ceplos Arga.

"Dih gercep banget anak Pak Tomi," cetus Riko.

"Lo anak Pak Tarno! Simsalabim jadi apa," ledek Arga yang masih mendengar Riko.

"Sialan!" Riko berdecak kesal, memang benar nama Ayahnya Tarno, dan itu selalu dijadikan Arga sebagai kesempatan untuk mengejeknya, iya sih, Riko juga yang duluan.

Arga kini berdiri di dekat kelas Anita, sambil mengintip di jendela apakah Anita berada di sana atau tidak? Dan ya, Anita tidak ada. Hanya ada Putri yang duduk di tempat itu, Arga segera masuk ke dalam kelas itu, dan tentu membuat orang jadi heran kenapa ketua Osis seperti Arga tiba-tiba masuk ke dalam kelas XII. IPA 3 kalau tidak karena memiliki urusan yang penting.

"Putri, sini bentar," perintah Arga lalu beranjak ke keluar kelas itu lagi.

"Aaaa, tumben-tumben cogan cariin gue," seru Putri kegirangan, sambil lompat-lompat keluar dari kelasnya.

"Lah kok lo jadi pocong begini? Serem tau," ledek Arga.  Putri mendadak kalem, dan tertawa kecil sambil mendekati Arga.

"Iya lo mau apa? Kok tumben cariin gue?" Tanya Putri.

"Gue mau tanya tentang Anita, boleh, ya?" Arga menaikkan alisnya menggoda, membuat Putri gemetar karena mati kesenangan.

"Ah boleh banget, mau tanya soal apa?" Tanya Putri ramah. Arga tertawa dalam batin, mudah sekali merayu cewek ini, pikirnya.

"Gini, Anita kalau pulang sekolah suka ke mana? Dan Anita tinggal di mana?" Tanya Arga lembut.

"Oh, Anita kalau pulang sekolah gue kurang tau ya, tapi kalau rumahnya gue tau. Rumah Anita itu ada di komplek griya purnama, lumayan jauh sih dari sekolah kita," jelas Putri.

Broken AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang