5

269 61 21
                                    


"Gimana semalam Afan? Apa Berta teriak-teriak lagi? Ngamuk-ngamuk lagi?"

Laksmi yang baru sampai langsung menuju kamar perawatan Berta dan bertanya pada Afan yang terlihat mengantuk, mungkin semalam ia tak bisa tidur nyenyak.

"Kalau ngamuk dan teriak-teriak sih nggak Bu Dokter, hanya nangis aja, dan minta peluk terus, masa saya dipanggil Satria, saya kan Afan, mana saya jadi geli Bu meluk Bu Berta, kan saya baru kali ini meluk wanita."

Laksmi menahan tawa namun kasihan melihat wajah lelah Afan.

"Bagus itu Afan kalo Berta hanya nangis biasanya dia teriak-teriak, ngamuk-ngamuk, nanti malam kamu ke sini lagi ya?"

"Iya Ibu, saya pamit dulu ya Bu, mau ke rumah Ibu Gayatri, takut beliau perlu apa gitu."

"Iya silakan Afan."

Afan melangkah menuju pintu dan terdengar pintu yang dibuka lalu ditutup kembali.

Laksmi menatap wajah Berta yang terlihat gelisah, meski tidur tapi pikirannya ke mana-mana, dan lirih ia mendengar suara Berta kembali mendesiskan Satria.

Laksmi menunduk menatap ke arah ponsel yang ada di saku bajunya, ia mendengar ada bunyi pesan masuk. Ia lihat ponselnya ternyata dari Steve.

[Aku pergi, semoga kita bisa bertemu lagi dalam keadaan yang lebih baik dan kau akan bisa jadi milikku, aku akan selalu mencintaimu Laksmi]

Laksmi menghela napas, terbersit rasa kasihan pada Steve tapi sungguh dalam hatinya tak ada rasa apapun pada laki-laki yang lebih muda darinya selain teman tidur, sifat kasar dan memaksa Steve yang sangat tak ia sukai, tapi lain halnya dengan teman tidur, justru keliaran dan kekasaran Steve yang sangat ia suka, tak pernah ia temukan hal itu pada beberapa laki-laki yang pernah tidur dengannya.

"Satriaaa!" Teriakan Berta mengembalikan kesadaran Laksmi, Laksmi segera memeluk Berta.

"Tenang ya Berta, aku ada di sini, dia pasti kembali, kamu sabar saja."

"Iya Laskmi tadi malam dia ke sini, nungguin aku semalaman, meluk aku, ciumin kepala aku." Berta menangis lagi meski tak sekeras sebelumnya.

"Naaah makanya kamu sabar ya, nanti malam pasti dia balik lagi, tadi dia bilang mau kerja dulu."

"Iyaaa aku akan sabar menunggu, aku mau tidur saja."

"Nggak boleh langsung tidur tapi harus makan dan minum obat, biar kamu sehat dan bayimu juga sehat."

Berta terperangah, ia memegang perutnya lalu menangis lagi.

"Aku bahagia Laksmi, aku bahagia, akhirnya aku akan punya anak dari Satria." Berta meraung menangis bahagia, dia memeluk Laksmi dengan erat.

"Ayo makan dulu yah aku suapi biar bayi kamu sehat, nanti kamu bisa bilang pada Satria kalau dia datang lagi."

"Iya iya aku mau makan Laksmi, aku mau."

Laksmi mengambil boks makan di atas meja kecil lalu membuka tutupnya dan menyuapi sahabat kecilnya.

.
.
.

"Afan."

"Iya Ibu."

"Gimana Berta tadi malam?" Gayatri memanggil Afan sesaat setelah sampai di kantor.

"Ya nangis terus Bu tapi tidur lagi, manggil-manggil Satria terus, meluk saya juga, maaf, saya peluk juga Bu Berta, karena dia yang minta."

"Ya sudahlah, nanti malam kau jaga dia lagi ya, sekarang kamu pulang saja, biar aku sama Pak Dahlan kalau ke mana-mana, kamu kelihatan ngantuk."

"Iya Ibu terima kasih, saya pulang dulu Bu."

"Iyaaa iya pulanglah, sampaikan salamku pada ibumu."

"Iya Ibu, mari saya pulang dulu."

"Ya, silakan."

.
.
.

Steve baru saja masuk ke kontrakan yang dia tempati bersama Frans rekan sesama dokter, lebih senior dari Steve. Frans sudah memiliki istri, Ayumi dan satu orang anak perempuan, Aleesya. Kontrakan yang mereka tempati lumayan besar, Steve menempati bagian belakang, ada satu kamar. Sementara di bagian depan ada dua kamar yang ditempati Frans bersama istri dan anaknya.

"Baru datang Steve?"

Frans menyapa saat Steve lewat pintu samping dan menuju kamarnya.

"Iya Kak."

"Lalu apa ada hasilnya kamu pulang beberapa hari?"

Steve menghentikan langkah dan berbalik menatap Frans yang juga menatapnya.

"Ingatlah kau masih muda, jangan habiskan masa mudamu mengejar wanita tak jelas seperti itu, kami yang satu angkatan tau gimana gaya hidup dia, sejak kuliah dulu, siapa saja dia embat, dosenpun asal mau ya ok, bisa-bisanya kamu suka sama wanita yang sudah digilir kayak gitu."

"Apa cinta itu bisa dilogika Kak? Kakak juga kan dikejar-kejar Nadine yang cantik dan anak orang kaya, tapi Kakak lebih memilih Kak Ayumi yang anak orang biasa saja hingga Kakak diusir oleh orang tua Kakak karena mereka terlanjur menyepakati perjodohan Kakak."

Steve melangkah menuju kamarnya membiarkan Frans menatap punggungnya menjauh.

"Tapi paling tidak yang aku kejar wanita baik-baik bukan wanita sisa orang lain."

Suara keras Frans masih terdengar sampai di mulut pintu kamar Steve. Steve tak menanggapi, ia masuk ke kamarnya dan langsung merebahkan diri. Lelah batin membuat Steve merasakan pikirannya tak bisa diajak berpikir normal. Ia tahu jika Frans sudah menganggapnya seperti adik, mengkhawatirkan keadaannya dan tak ingin terjebak oleh cinta buta pada Laksmi, tapi apa yang bisa dilakukan saat cinta datang memanggil dan tak menyisakan tempat buat yang lain? Sekali lagi Steve hanya bisa memejamkan mata dan tertidur karena kelelahan.

.
.
.

"Ya Allah masa tiap malam aku dipeluk-peluk kayak gini? Lama-lama kan jadi pingin." Desis Afan saat malam kesekian menemani Berta yang lagi-lagi minta dipeluk.

Afan menatap Berta yang tidur nyenyak, sejujurnya Afan mengakui jika majikannya ini sangat cantik tapi sifat judes dan gampang marah yang membuat Afan sangat tidak menyukai Berta.

Tak lama Berta mulai bergerak dan perlahan membuka matanya. Menatap ke arah laki-laki yang ia peluk dan kaget, ia dorong Afan dengan kasar.

"Kurangajar kamu! Siapa yang nyuruh kamu peluk-peluk aku! Pergi! Pergiiiii!"

Afan menekan tombol merah dengan wajah ketakutan. Tak lama muncul perawat tergopoh-gopoh. Lalu menenangkan Berta yang masih berteriak.

"Ibuuu tenaaang, Mas ini yang menjaga ibu beberapa malam, Mas ini yang terkantuk-kantuk menjaga Ibu, karena Ibu minta peluk terus, dia nggak kurangajar tapi Ibu yang narik-narik dia terus."

Berta menghentikan teriakannya, ia tatap wajah Afan yang ketakutan. Lalu memejamkan mata setelah perawat itu menyelimutinya hingga ke dada.

"Tidur ya Ibu, tenang, ada Mas ini yang jaga Ibu." Perawat itu keluar kamar tapi sebelumnya memberi kode pada Afan agar Afan duduk di dekat Berta lagi.

"Siapa yang menyuruhmu menjagaku?"

"Ibu sepuh, Bu."

"Jangan sekali-kali kau mengambil keuntungan dengan memelukku."

"Maaf, saya tidak memeluk Ibu, tapi Ibu yang menarik-narik saya, manggil-manggil nama laki-laki, lalu minta peluk sampai teriak-teriak kan saya takut ya saya peluk Ibu meski saya takut dan geli."

Berta melirik Afan dengan wajah jengkel.

"Ya gak usah peluk-peluk lagi."

"Meski Ibu teriak-teriak meminta?"

"Iyaa!"

🔥🔥🔥

18 Juli 2021 (11.07)

Fragile (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang