"Jam segini kamu baru pulang, apa yang kamu cari? Apa kamu merasa sudah puas dengan pencapaianmu hingga tiap malam hanya menghamburkan uang? Lihat tubuhmu, apa tak malu seolah tak memakai baju, juga bekas-bekas menjijikkan di dadamu, perutmu, tak ingatkah kau kalau kita dari keluarga terhormat? Tapi kelakuanmu lebih pantas kau berada di jalanan?"Berta berhenti melangkah, ia menoleh menatap wajah marah ibunya.
"Ibu, aku lelah menjadi tulang punggung keluarga, aku ingin menikmati hidup, setelah seharian berjibaku, apa aku salah jika ingin bersenang-senang? Menikmati kepuasan yang tak pernah aku dapatkan di rumah ini selain caci maki ibu, dulu saat Bapak ada pun hanya Bram yang disanjung, aku sudah berkorban cukup banyak untuk Bram sedang Bram, apa yang sudah ia lakukan untuk keluarga ini belum nampak kan? Selain hanya menjadi anak yang penurut dan cerdas, sedang aku sebagai kakak, apa ada yang membanggakan aku? Bapak yang sejak dulu bangganya setengah mati pada Bram, Bram yang cerdas, Bram yang tak pernah merepotkan orang tua, lalu aku? Tak ada satupun pujian untukku, hingga aku berpikir jika aku dilahirkan memang hanya untuk menjadi pelengkap penderita."
Berta berlalu dari hadapan ibunya, masuk ke kamarnya dan dengan keras menutup pintu kamar. Membuka seluruh bajunya lalu masuk ke kamar mandi. Air yang memancar dari shower sedikit banyak cukup menyegarkan badannya, ia usapkan sabun ke seluruh badannya, seketika ingatannya kembali pada wajah laki-laki yang semalam bercinta dengan hebat, menyentuh seluruh tubuhnya dengan kasar tapi ia suka, meski samar-samar ia dengar laki-laki itu merintihkan nama wanita lain Berta tak peduli yang penting dia sangat terpuskan hingga akhirnya Berta memuaskan dirinya sendiri di bawah shower yang terus memancarkan air segar, terengah lalu mendesiskan nama laki-laki itu.
.
.
.Betsy, lu ada kabar nggak tentang si Satria?
Alah ellu itu aja seharian yang ditanya, gue dari tadi tanya sama yang punya club' nggak tau yang namanya itu, gak ada katanya, trus ke beberapa club' langganan kita juga gak ada nama dan ciri-ciri cowo kayak gitu
Ck gue cari kemana ya? Tar malem kita ke sana lagi yuk, sumpah gue gak konsen Bet, kerjaan gue jadi kocar-kacir
Hadeuh ellu yang diingat cuman selangkangan doang
Lain ini Bet laiiin sumpah rasanya beda, nagih beneran, masa sehari ini gue dua kali ngerjain gue sendiri
Hahahaha gak papa, itung-itung gratis
Gak enak Bet, udah ah gue mau lanjut kerja
Iya dah
.
.
.Malam hari kembali Berta mencari Satria di club' yang sama, tapi ia berkeliling tak juga bertemu.
"Bet, Ge, ini gimana, mau cari dia di mana?"
"Gue heran deh ke lu sampe segitunya, tuh lihaaat masih banyak laki-laki lain yang ganteng, keren dan yang pasti bisa muasin kita."
"Pokoknya kalo nggak dia gue gak mau, kayaknya gue sakau si Satria deh."
Betsy dan Gea tertawa riuh di samping Berta yang terlihat bingung. Dan Berta segera menarik kaos laki-laki tinggi besar yang mereka tahu sebagai bodyguard di club' itu.
"Heh lu, lihat nggak laki-laki yang bernama Satria ya semalem ada di sini keren, ganteng."
"Yang sering ke sini cowok setahu gue gak ada yang namanya Satria lu salah kali."
"Salah pala lu semalem dia ena-ena sama gue, semaleman dua jam an deh pokoknya gue sampe ketagihan ini."
"Beneran gak ada tanya aja lu ke semua bodyguard yang ada di sini gak bakalan lu Nemu cowo yang namanya Satria yang sering ke sini."
"Ya dah pergi lu, gak guna gue tanya ke lu masa setan yang tadi malam nyodok gue."
"Hei Bertaaa itu kek nyaaaa baru sampe dia dipojokan sana diem sendirian kayak orang murung, bener gaaaak?" Gea menunjuk ke satu arah, remang-remang yang sesekali dilewati gemerlap lampu sorot.
Mata Berta bersinar seketika, ia setengah berlari menemui laki-laki yang telah ia nantikan sejak tadi dan ia rindukan sejak pagi.
"Yaelaaaa gue baru kali ini lihat dia kayak orang gak waras, gak mungkin deh dia segitunya kayak tergila-gila sama cowo, apa ntunya enak bener kali ya?" Betsy penasaran.
"Heh lu, gak ada di kamus kita ngembat punya teman, kecuali dia gak mau baru kita nyicipin segoyang dua goyang." Gea dan Betsy tertawa riuh lalu melangkah menuju bar untuk menghabiskan malam dengan minuman yang memabukkan dan menyegarkan bagi mereka.
Sedang di sebuah kamar yang tersedia di club' itu terdengar desah dan deru napas dua orang yang saling berpacu, memuaskan napsu dan hasrat yang tertahan. Sang laki-laki gelap mata dihadapannya seolah wanita yang sangat ia rindukan ia raup dengan rakus dua dada yang menggantung itu hingga si wanita menjerit entah kesakitan juga nikmat yang tersalurkan.
Saling menggerakkan pinggul dengan liar, meneriakkan nama yang sanggup memuaskan dahaga keduanya, hingga dua jam lebih kamar itu menjadi arena pertarungan dua jiwa yang dagaha. Steve tersenyum mengejek saat wanita di bawahnya telah lelah hingga tak sanggup membuka matanya. Tangannya meraih wajah Steve lagi.
"Akuh ... mencintaimuh ... Satriah."
Dengus Steve terdengar, dan senyum puas ia rasakan, baru dua kali bermain secara liar wanita itu telah terjerat padanya, tinggal ia melihat bagaimana wanita angkuh ini mendapatkan apa yang ia inginkan dan ia akan menghilang.
"Menikah ... aku ingiiin ..."
Dan mata Berta telah menutup sempurna gempuran beringas Steve telah membuat tubuhnya luluh lantak.
Steve bangkit, wajah murungnya tak bisa ia sembunyikan, berpikir tentang Laksmi selalu membuatnya malas dan tak tahu akan ke mana, ia pakai bajunya dan meninggalkan Berta yang terlelap dengan kasur berantakan, baju yang tercecer di mana-mana dan seolah tanpa harga diri Berta tak menggunakan sehelai benangpun terlelap tanpa daya.
Steve melangkah menuju ruangan Bertrand. Ia melihat laki-laki itu sedang menghadapi komputernya. Bertrand adalah salah satu pemilik club itu.
"Sudah selesai buang hajat gue Ber."
Bertrand tertawa.
"Bangke lu Steve lu kira buang kotoran?"
"Untuk perempuan kayak dia gue anggap buang kotoran, jorok dia kalo main mulutnya segala barang dalem dia treakin,"
"Tapi lu kan puas secara barang dia overzise."
"Gue bayangin itu Laksmi, gue puas juga gue treakin nama Laksmi, gue pingin balikan sama Laksmi cuman gak tau caranya, masa gue berharap lakinya mati? Jahat banget ya gue?"
Bertrand terkekeh, lalu melihat wajah sahabatnya yang masih saja terlihat murung.
"Heh Steve, lu itu kaya, keren, dokter lagi lu, coba cari cewe lain, kayak nggak ada lagi selain Laksmi, sejak dulu lu diduakan sama dia, goblok banget sih lu, gue aja putus ya cari lagi, cewe banyak ini, apa sih alasan lu sampe mati-matian masih saja cinta sama wanita yang jelas-jelas sudah bikin lu sengsara bolak-balik?"
"Apa cinta butuh alasan Ber?"
🔥🔥🔥
1 Juli 2021 (05.38)
KAMU SEDANG MEMBACA
Fragile (Sudah Terbit)
RomanceSpinoff All at Once Cover by @Henzsadewa #maturromance!tidakuntukpembacadibawahusia21 Mohon maaf jika ada sedikit alur berbeda dengan cerita all at once dan still the one karena cerita ini lebih fokus pada kisah Berta. Sejak remaja Berta berpendapat...