"BESOK lagi kalau mau berantem, lihat dulu siapa lawannya." Pak Arka berseru di depan sana. Mengomandai Agra dan beberapa temannya yang terlibat perkelahian.Menurut informasi yang kudapatkan, mereka berkelahi dengan salah seorang anak pejabat yang mana ia mampu menutup sekolah kami bahkan tanpa alasan yang logis.
Sudah tahu 'kan, jika kekuasaan mampu mengalahkan semuanya? Ya, meskipun Dasadharma didirikan tanpa bantuan pemerintah, jika ia mendapat laporan kekerasan dari orang 'atas' bukan tidak mungkin, jika sekolah ini tinggal kenangan.
"Bapak pikir, gue peduli?" sahut Agra yang sukses menghadirkan banyak gelengan kepala.
Jika Kamu bertanya, alasan apa yang mendorong mereka berkelahi hingga tidak ingat bahwa lawannya itu orang penting, maka jawabannya aku tidak tahu.
"Jangan kurang ajar. Kamu mencoret nama baik sekolah, Agra!" Nada bicaranya enggan menunjukan bau-bau perdamaian.
Ingat kejadian beberapa menit lalu? Kejadian di mana Agra Yanuar Sanggani membentak Kepala Sekolah Muda SMA Dasadharma? Tahu yang terjadi selepas itu?
Koridor sekolah yang mulanya sepi mendadak padat pengunjung. Tidak, bukannya mereka berbondong-bondong untuk menyaksikanku membersihkan tempat ini. Sebab seseorang yang 'tersiksa' di bawah sana benar-benar menyingkirkan opsi pertama.
"Alexandra, lo ngapain jadi babu?" tanya seseorang yang wujudnya belum kuketahui. Nada bicaranya terdengar serius.
Anya Candramaya tersenyum angkuh mendengarkan penuturan temannya. Seakan tidak peduli dengan tempat ramai ini, ia mendorong bahuku tidak suka.
Bergidik cuek, ia berucap tajam, "Emang pantesnya jadi babu, sih. Mukanya, cocok dianggil 'emba'."
Alana Victoria, cewek bersurai sebahu yang terdapat warna merah pada bagian bawahnya itu setuju dengan penuturan sang sahabat.
"Hah? Serius? Alexandra serius jadi babu?! Kenapa?!" Kinan Amora memecah tawa keduanya.
Cewek cantik dengan bandana merah mudanya itu sukses menumbuhkan rasa kesal bagi Anya juga Alana.
Anya mengencangkan bawahan abunya hingga berhasil mencetak paha mulus cewek itu. Ia mengembuskan napasnya kasar, lalu membalas, "Kurang duit."
"Hah serius? Lo kurang duit? Bokap lo kan, pengusaha! Bankrut? Ya ampun, kasian banget. Ini gue kasih, deh. Uang jajan gue masih banyak."
"Eh buset. Lo jangan lola-lola amat napa!" kata Alana tidak sabaran.
Kinan yang menyaksikan hal tersebut di depanku menggelengkan kepala pelan dan bersikap seakan percaya dengan penuturan teman berkumpulnya.
Ia bingung.
"Gue kasian, Na. Kita harus membantu orang yang lagi kesusahan." Ini kata Kinan yang sedikit sendu.
KAMU SEDANG MEMBACA
FOR YOU AGRA
Teen FictionWalau tidak ditelaah lebih dalam, predikat orang bodoh mestinya bertengger pada Agra. Meski sering mendapat penolakan bahkan cemohan yang mendorong ke arah penghinaan dari seorang Alexandra, ia tetap berdiri pada pendiriannya untuk tidak berhenti da...