Tidak ada memori masa kecil Haruto yang tidak di sertai oleh sosok pemilik sepasang mata coklat dan pipi gembil didalamnya. Sejauh yang dia bisa ingat, sejak pertama kali dia bertemu sahabatnya, Jeongwoo, Junghwan, adik kecil Jeongwoo, selalu menjadi bayangan yang terus mengikuti mereka kemana-mana.
Awalnya Haruto tidak terlalu menyadari keberadaan Junghwan, dia juga tidak terlalu menggubris adik sahabatnya itu --lagi pula dia baru berumur 8 tahun, masih terlalu kecil untuk memikirkan hal-hal yang tidak perlu.
Dan meskipun Haruto tidak memiliki adik laki-laki sendiri, dia cukup tahu plus minus-nya punya adik. Begitu pula adik sahabatnya ini, peran Junghwan adalah sebagai ganguan kecil manis yang harus Haruto dan Jeongwoo bayar. Harga yang harus mereka setujui jika mereka ingin bebas bermain sesuka mereka. Orang tua mereka selalu mengatakan 'oke, boleh main ke lapangan, asalkan adek ikut' atau 'boleh pergi ke pasar malam, tapi adek juga harus diajak.'
Syarat yang tampaknya tidak sulit bukan? Tapi bagi Haruto dan Jeongwoo, membawa Junghwan sama saja dengan membatasi gerak mereka. Siapa yang akan dimarahi kalau Junghwan kenapa-kenapa? Ya tentu saja mereka berdua.
●○
Saat Haruto dan Jeongwoo berumur 10 tahun, mereka sudah merasa cukup besar untuk berjalan sendiri ke sekolah, mereka malu karena terus-terusan dipanggil anak mami setiap pagi di sekolah, dan seperti biasa orang tua mereka mengatakan, 'kalian boleh jalan ke sekolah nggak sama mama atau papa, tapi adek juga harus jalan bareng sama kalian.'
Selalu begitu.
Padahal Junghwan belum 10 tahun, dia baru 8 tahun. Dan menurut Jeongwoo dan Haruto anak kecil umur 8 tahun harus diantar orang tua, seperti mereka dulu. Tapi kemudian mama berkata, 'Kalau kalian nggak mau adek ikut jalan bareng kalian, berarti besok kalian tetep diantar orang tua.' Dan kalau Haruto dan Jeongwoo tidak mau diledek sebagai anak mami, maka pilihan mereka hanya satu: setuju. Setuju untuk membawa Junghwan berjalan ke sekolah tanpa orang tua.
Tapi suatu hari, Jeongwoo sakit demam, demamnya cukup parah sampai-sampai dia harus izin tidak masuk sekolah, dan Haruto harus berangkat sekolah hanya dengan Junghwan. Junghwan bukan anak yang merepotkan atau susah diatur, dia pintar dan penurut, hanya saja..., Junghwan suka mengikutinya kemana-mana dan menempel seperti benalu. Dan itu membuat Haruto terkadang merasa risih.
Hari itu setelah dia antar Junghwan ke kelasnya dan dia pergi ke kelasnya sendiri, Haruto kecil menghabiskan hari tanpa teman satu meja dan merasa sangat kesepian karena sahabatnya sakit, saking sedihnya karena tidak punya teman untuk bermain seharian, saat bel pulang berbunyi, Haruto langsung pulang ke rumah sendirian, Haruto bahkan tidak kepikiran soal Junghwan sama sekali, sampai dia sudah setengah jalan pulang dan tiba-tiba merasa ada sesuatu yang kurang, dia hampir memutuskan untuk terus berjalan. Tapi sesuatu --entah apa-- membuatnya berbalik dan berlari kencang, kembali sekolah.
Haruto melihat Junghwan disana, di depan pintu gerbang sekolah, berjongkok sambil memeluk lututnya, bibir mengerucut dan pipinya memerah kepanasan. Wajah Junghwan terangkat dan menatap sedih ketika dia mendengar langkah kaki mendekat tapi kemudian wajahnya terbelah menjadi senyuman tercerah yang pernah Haruto lihat ketika dia sadar bahwa langkah yang medekatinya adalah langkah kaki Haruto.
"Maaf," kata Haruto, mengulurkan tangannya, "aku nggak sengaja lupa buat pulang sama kamu."
"Nggak papa," jawab Junghwan, menyelipkan jari-jari kecilnya kedalam telapak tangan Haruto, "aku tau kakak pasti bakal balik."
Dan sesuatu menghangat di dalam diri Haruto.
●○
KAMU SEDANG MEMBACA
Chasing
Romance[[HaruHwan]] Junghwan sudah gigih, tapi dia ingin dikejar sekarang... Pairing: Haruto/Junghwan (HaruHwan) Warning: bxb