2. Chasing

982 149 31
                                    


Haruto sudah SMA kelas 3, sudah mau lulus, Junghwan baru masuk SMA. Sekarang mereka sama-sama sudah besar, tapi kebiasaan Junghwan tidak berubah sama sekali. Malah bisa dibilang semakin parah.

Selama liburan musim panas, Yoshi --salah satu teman Haruto-- datang berkunjung dan setelah tinggal hanya untuk beberapa hari, Yoshi sudah hapal dengan bayangan berjalan Haruto yang selalu mengikutinya kemana-mana. Dia bahkan sempat menyindir tingkah Junghwan ketika dia mengikuti Jeongwoo dan Haruto seharian penuh tepat du depan Junghwan, sampai akhirnya Junghwan  --dengan enggan meninggalkan ruangan.

Harusnya Haruto senang bukan? benalunya akhirnya pergi. Tapi sesuatu tiba-tiba mengganjal dalam dirinya melihat punggung Junghwan menghilang melewati pintu.

"Cara Junghwan naksir Haruto tuh gemesin nggak sih?" kata Yoshi saat Jeongwoo bercerita tentang kebiasaan Junghwan, "dia kayak kucing kecil minta disayang."

Haruto mendengus kemudian melempar segenggam popcorn ke arah Yoshi. Biji manis jagung merekah terbang ke mana-mana, berserakan di sofa seperti salju berselimut mentega.

"Aku udah bilang begitu ke dia selama bertahun-tahun, bang, tapi dia nggak mau percaya." Kata Jeongwoo, "Junghwan itu gigih, bro. Udah berapa tahun coba? 8 tahunan mungkin dan dia belum nyerah?"

"Diem deh, lempar popcorn lagi nih!" Kata Haruto, tangan sudah siap dengan segenggam popcorn.

"Junghwan, the president of the great Watanabe Haruto fan club." Ledek Jeongwoo sukses membuat popcorn di tangan Haruto melayang tepat ke wajahnya.

"Aku yakin, Junghwan bakal kesepian setelah kalian masuk kuliah nanti."

Haruto tidak perlu khawatir soal itu karena dia dan Junghwan bertukar pesan setiap hari, jadi dia yakin Junghwan akan baik-baik saja.
















○●




















Haruto menghela napas, menunduk menatap Junghwan yang dari tadi pagi murung dan menolak untuk pergi dari sisinya, padahal sebentar lagi wisudanya akan dimulai, dan Haruto harus segera menyusul yang lain.

"Kamu kenapa lagi?"

Junghwan tetap menunduk tidak menjawab, tangannya sibuk memainkan jari-jari Haruto.

"Aku nggak bisa baca pikiran, Junghwan. Kalo kamu diem terus aku juga nggak bakal tahu masalah kamu apa."

Junghwan mendongak, menatap Haruto dengan sepasang mata coklatnya, "Kak..."

"Hmm?"

"Itu... bisa nggak kak Haru kuliahnya nggak keluar kota? disini aja sama Junghwan..." gumam Junghwan lirih, saking lirihnya Haruto harus memperhatikan gerak bibir Junghwan supaya tidak salah dengar.

"Nggak bisa, udah daftar udah diterima juga."

Junghwan menunduk lagi, melihat entah apa dibawah sana.

Haruto merutuk bingung apakah dia ingin menjambak rambut Junghwan karena dia bisa dengan mudah membuatnya ragu dengan keputusannya, atau malah menepuk-nepuknya kepalanya karena sekarang Junghwan tampak kecil dan sedih.

Tapi tentu saja Haruto tidak melakukan keduanya, dia hanya menarik lepas jari-jarinya dari tangan Junghwan sebelum berkata, "Kamu udah gede, udah nggak perlu ngikutin aku atau kakak kamu lagi."


















○●



















Haruto tidak terbiasa dengan hal ini.

Selama liburan sekolah, Junghwan tidak mengikuti Jeongwoo setiap kali dia datang berkunjung, atau saat mereka pergi kesuatu tempat untuk sekedar nongkrong atau main, saat ditawaripun Junghwan juga tidak bergabung.

Apa Junghwan betul-betul berhenti mengikutinya?

Ego Haruto terlalu tinggi untuk bertanya, selain itu dia juga ogah diledek Jeongwoo tentang Junghwan kalau dia betul-betul bertanya. Jadi dia simpan sendiri rasa penasarannya.

Tapi rasanya aneh.

Perasaan aneh terus menggangunya ketika Junghwan berhenti mengirim pesan atau bahkan membalas pesannya di minggu kedua liburan.

Apa Junghwan betul-betul berhenti sekarang?

Kepala Haruto rasanya kosong, ada sesuatu yang sepertinya hilang. Tapi jika di pikir lagi, mungkin begini memang lebih baik, Junghwan harus mencari teman seumurannya sendiri, dan sekarang Haruto sudah mulai masuk kuliah. Dia tidak akan punya waktu untuk anak SMA yang terus mengekorinya.



















○●




















"Well well... Junghwan bakal kuliah disini, semester depan," kata Jeongwoo, saat dia dan Haruto sedang makan siang di kantin kampus. "Kayaknya kamu nggak bakal bisa lepas dari Junghwan deh, To."

Haruto diam, termenung, sudah selama apa dia tidak melihat sosok Junghwan? Sudah berapa lama dia tidak menerima pesan dari Junghwan? Kenapa mendengar namanya saja sekarang membuatnya begini resah.

"Semangatzz kakackkk..." ledek Jeongwoo, menyalah artikan diamnya Haruto sebagai rasa frustasi. Padahal bukan itu, Haruto tidak frustasi sama sekali, dia  merasa aneh, aneh pada dirinya sendiri karena hatinya tiba-tiba bersemangat. Kenapa?

"Ini kampus gede, To... kita juga nggak satu jurusan sama Junghwan. Jadi kayaknya kita juga nggak bakalan sesering itu ketemu sama dia." Kata Jeongwoo lagi, berusaha menghibur.

Tapi Haruto tidak perlu dihibur, dia senang...

Tapi kenapa dia senang?

Ini kan cuma Junghwan.

Ini kan cuma Junghwan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






Ngueeeeeeng... mari ngebut!

ChasingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang