03. Perempuan itu!

11 3 0
                                    

"Memang aku tidak menyukainya
tapi percayalah, aku selalu
memperhatikan nya dalam diamku:)"
🐰

By: Arsen Radika Dellon


Saat akan membersihkan pecahan dari jam weker itu, terdengar suara langkah kaki yang mendekat di arah belakang nya. Sang wanita paru baya tersebut, membalikan posisi jongkok nya kearah samping. Mencoba ingin mengetahui siapa seseorang yang berada di belakang punggung nya.

"Eh adek kembar" ujar asisten rumah tangga dengan senyuman yang melengkung sempurna. "Habis Lari pagi Aden?" hanya anggukan kecil yang terbalas akan sapaan ramah sang pembantu.

"Ada apa bi?" tanya salah satu laki laki kembar tersebut. Saat melihat serpihan kaca yang berada di balik badan yang tampak gemuk. Seakan sadar Kemana arah pertanyaan dari anak majikan nya, sih wanita paru baya berbadan gemuk itu langsung saja menggeser posisi jongkok nya menjadi berdiri.

"Biasalah Aden, sih nona Atika lempar jam lagi."

Lelaki yang terdiam dengan tenang itu pun mulai mengalihkan perhatian nya kearah jendela kamar yang sudah terbuka. Lampu kamarnya bahkan sudah di nyalakan, bisa ia simpulkan bahwa adik perempuan nya itu sudah terbangun. Di karenakan jam weker yang tidak berdosa dan lihat nasib jam itu pun sudah begitu malang.

Yap! Atika tidak suka tidur dengan keadaan kamar yang terang. Ia bahkan lebih suka kamar nya gelap dan sunyi.

"Perempuan itu bener bener ya!" gerut nya kesel. Sudah beberapa kali kejadian yang sama seperti saat ini terulang ulang dan sudah tidak bisa di perkirakan lagi berapa banyak jam weker, yang tidak berdosa itu harus menerima nasib malang dari sih pemilik kamar. Yang begitu kasar tanpa berperasaan saat ingin membuang nya dari balik jendela keramat tersebut.

"Perempuan yang Lo maksud itu adalah adik Lo sendiri." Jawaban dengan nada santai itu, mampu mengalihkan perhatian lelaki yang masih dalam mode kesel nya.

"Cihhh tapi sayang nya gua terlalu muak mengakui dia sebagai adek gua sendiri." Sahut nya tak kalah pedas. Merasa tak nyaman dengan arah pembicaraan, dengan tak lain sebuah sindir menyindir itu pun segera ia ahli dengan cara pergi dari hadapan kembaran nya.

"Kerasa kepala!" gumamnya

🍄🍄🍄🍄🍄

Tumis sayur kol, tahu tempe di sambel cabe merah beserta nasi putih yang masih mengeluarkan uap panas nya. Pagi ini Syerlin memasang makanan kesukaan adik perempuan nya. Meskipun sederhana, tapi itu mampu membuat lidah ketagihan akan cinta rasa masakan Syerlin yang tidak ada duanya.

Syerlin sangat pintar dalam memasak. Masak apa pun selalu terlihat enak jika dia yang mengolah. Maka tak heran jika adik perempuan nya, sangat senang memakan sarapan yang kakak nya buat.

"Kakak!"

Panggilan dengan nada hebo itu terdengar dari arah belakang punggung Syerlin. Saat ia berbalik ia melihat adik perempuan nya berlari kearah nya.

Pelukan hangat Syerlin dapatkan dari si gadis kecil ini. Dia begitu erat memeluk pinggang ramping Syerlin. Tinggal tubuh Tiara hanya Sepinggan Syerlin, dia gadis yang manis dan masih menduduki bangku sekolah dasar.

"Hehehe" kekehan kecil lolos dari bibir tipis Tiara.

Lengkungan yang membentang senyuman itu terpencar begitu indah. Syerlin sangat suka memamerkan senyuman manis nya kepada kedua adik nya. Tapi jika dia di luar rumah, maka senyuman manis itu tidak akan terlihat di bibir merah alam yang bentuknya hampir mirip seperti ibu nya.

Syerlin yang awalnya berdiri mulai mensejajarkan, tubuh mungil sih gadis manis ini.

"Adek"

Dengan semburan merah di kedua pipi tirus mampu membuat kesan manis tersendiri. Tiara sangat lah imut.

ATIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang