05. Kecelakaan

3 3 1
                                    

Mungkin dunia sudah mulai bosan dengan
Kisah kehidupan ku yang mungkin
tampak membosankan:)
Bye: Alika Syerlin Yordan

Cuaca di pagi hari ini tampaknya sangat terik, dengan sinar matahari yang memancarkan sinar kebanggaan nya dengan gagah dan berani.

Tubuh kekar dengan kulit putih pucat itu tampak nya di banjiri oleh keringat yang bercucuran. Hidup nya yang mancung seakan meneteskan air keringat. Wajah nya yang tampan, nampak nya memerah akibat sinar matahari.

Suara bising kendaraan motor begitu menggemah di gendong telinga nya. Sekarung beras ia angkat dan meletakkan nya di pundak nya yang kekar. Meskipun tubuh nya tampak letih, ia tetap berusaha tegar dengan senyuman tipis.

"Aku harus kuat. Aku nggak mau ngerepotin kakak terus menerus."batinnya.

"Berasnya di letakan di mana pak?" Tanyanya dengan nada rendah.

"Di sini-sini ah ia di situ." Instruksi si pemilik toko.

Dengan telaten ia meletakkan karung beras tersebut. Sesuai dengan instruksi dari si pemilik toko.

"Ni besok jangan telat, kalau kamu masih mau mengangkat karung beras di toko saya lagi." Ujar pemilik toko dengan menyerahkan dua lembar uang berwarna hijau.

"Terimakasih pak, tapi besok saya sekolah pak."

"Loh! Kamu masih sekolah?" Anggukan dengan senyuman tipis ia perlihatkan di hadapan pria paru baya dengan kulit sawo matang.

"Baiklah. Jangan bolos sekolah lagi!" Peringat si pemilik toko dengan mimik wajah datar andalan nya.

"Ia pak."

Kedua bola mata berwarna coklat terang itu menatap lekat, pada sosok pria berkulit putih pucat di sebrang sana.

"ARGA!"

Seakan sadar dari lamunan sesaat nya, pemuda yang merasa namanya terpanggil itu pun. Menoleh dan membalikkan badannya dengan gerakan spontan.

DEG

"Kakak" gumamnya lirih.

Tes, setetes air mata lolos begitu saja dari kelopak matanya. Yang sedearatadi membendung dengan mata berkaca-kaca.

Dengan langkah perlahan, ia mendekat kearah Arga yang berdiri mematung dengan kepala menunduk. Ia sadar bahwa ia salah dalam mengambil keputusan sepihak, tanpa berbicara terlebih dahulu pada sang kakak.

PLAK

Tamparan kekecewaan ia beraikan di pipi sebelah kanan Arga. Ada bercak merah dengan tercetak nya telapak tangan Syerlin.

"Kamu pikir kakak nggak sanggup buat bayar uang buku kamu."

"kak..."

"Kakak sanggup Arga! Kakak sanggup. Tap...tapi kenapa hiks... hiks kamu malah bolos sekolah dan nggak mau cerita ke kakak, soal uang buku kamu yang harus segera di bayar. Kakak bisa bayar itu kalau kamu jujur dan terus terang sama kakak." Dada nya teras sesak, ia kecewa dengan sikap adik nya yang selalu tidak mau terbuka pada nya.

"Kamu sama Tiara adalah tanggung jawab kakak. Apa yang kamu butuhkan dan Tiara kakak akan berusaha penuhi itu meskipun tidak dengan jangkau waktu yang cepat." Ujar nya sekali lagi ia berucap panjang lebar dan untuk pertama kali nya ia menangis dengan kekecewaan yang cukup mendalam.

"Kak Arga minta maaf"

"Kamu tahu kan! Kakak paling nggak suka liat kamu bolos sekolah. Hanya karna kamu nggak mau jujur sama kakak soal uang buku kamu yang belum lunas. Apa salahnya kamu buat jujur dan nggak bertingkah semua kamu kaya gini. Kamu udah buat kakak ngerasa gagal dalam bertanggungjawab hiks... hiks."

ATIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang