Sejak awal hati memang mengikat, hanya saja perlu waktu agar saling menarik.
❃.✮:▹◌◃:✮.❃
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Hari sudah menjelajahi ribuan kertas berbumbu angka, warna menari-nari mengitari keraton Amora. Salam aksara terus memintal, membagi kisah dalam hubungan mereka berdua.
Yah mereka, selaksa menyalakan pijar dalam pilar hati yang luluh. Fatamorgana melawan kehendak, hanya ingin berenang ke tatapan matanya. Yang memancarkan sinar rembulan pada siang hari.
Dua bulan berlalu, dan dalam waktu penuh itu kedua insan mempersembahkan dalang dibalik pertemuan. Mengaitkan kail yang sudah di ambang pengantar. Tepat dalam ruang, Levi dan Petra saat ini saling menyusun alibi tak terelakkan.
"Emh teh ini ditaruh dimana yah?"tanya Petra yang sedang memegang botol kaca berisi daun teh. Levi melirik sekilas, tanpa perlu mencari kamus di otaknya, ia sudah tahu seluk beluk teh yang ada di tangan mungil gadis tersebut.
"Taruh aja di laci sebelah kanan, nomor 139 paling atas,"jawabnya. Petra mengangguk, tangannya langsung bergegas menaruh toples kaca itu, sedikit berjinjit untuk menyesuaikan tingginya yang tidak seberapa.
Setelah itu Petra kembali menyusun beberapa teh yang berhambur di sekitarnya. Dengan telaten, juga dipastikan tertata rapi dan bersih; Petra melakukan tugasnya dengan baik.
Begitupun Levi, tubuhnya sibuk berpindah-pindah ke penjuru kedai teh miliknya guna memastikan tidak ada setitik debu pun di sela-sela terkecil. Mengerikan, awalnya juga Petra terkejut dengan hal tak lazim seperti itu. Sekarang sih tidak lagi, ia sudah sangat mengenal laki-laki bersurai hitam undercut tersebut.
"Petra, kenapa melamun? Kau lapar? Habis ini mau mampir ke suatu tempat nggak?"tanya Levi dengan wajah sedikit khawatir ke arah Petra. Sepasang kekasih itu baru seminggu menjalin hubungan, jangan tanya kenapa bisa mereka berpacaran- intinya pasti karena mereka saling mencintai.
Petra menggelengkan kepalanya, sepulang kerja ia selalu menyempatkan untuk membantu Levi di kedainya, karena menurutnya kedai Levi ini adalah tempat paling tenang untuk berduaan.
"Ah nggak Kok, mungkin sedikit cape doank. Lo- eh maksudku kau sudah selesai Levi?"
Levi mendekati Petra, menaruh perkakas bersih-bersihnya di tempat teraman. Ditariknya tangan Petra sambil mengambil kunci mobil yang tergeletak di meja. Sebelumnya tidak lupa ia mengunci kedai teh itu lalu masuk ke dalam mobil miliknya. Petra terbengong, kenapa ia tiba-tiba ditarik?
Iris hazelnya menatap bingung Levi. "Kita mau kemana?"
"Kau cape kan? Ini sudah sangat malam, jadi aku akan mengantarmu pulang."
Levi menyalakan mesin mobilnya, keluar perlahan dari area parkiran. Belum seperempat jalan, Petra membuka mulutnya.
"Tapi Levi, Rumahku sangat jauh. Lagi, rumah kita berlawanan arah. Kau bisa pulang sangat malam nantinya."
Mobil berhenti mendadak, untung saja jalanan sudah sangat sepi. Levi menghela nafasnya, lalu menatap Petra datar.
"Jadi ada solusi?"
"Turunkan aku disini. Nanti aku akan memesan taksi online aja,"saran Petra sambil melepas seatbeltnya. Levi menghentikan tangan Petra, tatapan datarnya kini berubah menjadi sangat tajam.
"Jangan berani-berani pergi sendiri di malam hari. Petra, aku nggak papa, kau nggak usah khawatir. Jadi sekarang pulang sama aku!"ancam Levi mampu membuat Petra bergidik ngeri. Sebenarnya malam ini kedai Levi lebih ramai dari biasanya, sehingga ia ikutan pulang larut. Meskipun begitu ia tidak ingin merepotkan Levi, laki-laki itu pasti juga sangat kelelahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Tea- RivEtra✓
FanfictionKatakanlah ini kisah cinta yang berawal dari teh manis untuknya. Rate T Modern-AU Genre. Romance, drama. Fanfic RivEtra © Kuchel_Ack25 Karakter AoT © Hajime Isayama Start: 17 Juli 2021 End : 29 Juli 2021