щ Sweet Tea щ

178 21 3
                                    

In order to get a good experience in reading this story, read it first Medicine from Him-AruAni story'

Thank you ❤️

.
.
.
.
.
.

❃.✮:▹◌◃:✮.❃

Irama musik klasik mempersembahkan
senyuman bagi orang-orang yang datang. Mengulas drama yang diperlakonkan para penjahat tak bernama. Menunjuk pada kertas bermuatan ribuan penyantap, mengarungi pikiran yang bergelud tawaran. Hingga tangan tersebut berhenti, pada epilog yang menyusun satuan tanpa kuadrat.

Jika menunggu membuat seseorang memulai atensi baru, dimana pemandangan menjadi poin dalam kehidupan yang tidak terencana. Membuai kalbu yang tak disadari, mengkokohkan angan yang tenggelam dalam dasar lautan hati. Berulang-ulang, menyuguhkan tampang yang membosankan. Hingga satu jawaban pasti, kendali jiwa sudah meracau tidak jelas pada lubuk insani.

Gadis bersurai karamel pendek dengan iris cantik berwarna hazel sedang menunggu teh hitam manis pesanannya. Sesekali manik itu melirik jam tangan branded hasil jerih payah yang melingkar manis di pergelangan tangannya. Gawat, dia sudah sangat terlambat- rapatnya pasti sudah dimulai sekarang. Tapi entah kenapa dia sangat ingin minum teh hitam manis di siang bolong begini.

"A-ano, pesanan saya apa sudah jadi?"tanya Petra pada lelaki yang membuat teh pesanannya. Iris kelabu lelaki itu menatap datar Petra, membuat sang empu bergidik ngeri dan merasa sedikit takut. Aduh, Gue salah bicara yah?

"Sebentar!"jawabnya singkat, padat, jelas, dan penuh tekanan. Petra meneguk salivanya berat, ah dia jadi serba salah sekarang. Kenapa juga sih lidahnya ini minta yang aneh-aneh saat ia sedang sibuk.

"A-ah, maaf,"ujar Petra berniat memadamkan api diantara mereka. Namun yang ia dapatkan adalah decihan setajam silet dari sang penjual.

"Tch, ngapain Lo minta maaf. Nggak jelas banget."

Tangan Petra mengepal geram, sopankah begitu pada seorang pembeli? Pakai Lo-Gue lagi. Emang nggak ada akhlak banget.

"Maaf, pesanan saya cancel aja. Mood saya sudah hilang untuk minum teh buatan anda, permisi,"ujar Petra yang sudah tidak tahan berlama-lama disitu. Bukannya ia baperan, tapi hari ini mood nya sedang buruk karena lagi dapat bulanan. Percayalah semua perempuan hampir pernah merasakan hal seperti itu.

Wedges heels milik Petra sengaja dihentakkan kasar guna meredakan amarah. Padahal biasanya ia akan sabar menunggu hingga pesanannya kelar, tapi kali ini wajah penjualnya saja sudah bikin muak. Tampan sih, tapi kayaknya bukan selera Gue.

Dibukanya pintu kedai itu dan berlalu dari sana. Ia berjalan kaki menuju halte bus yang jaraknya tidak jauh dari kedai teh tersebut. Tangan mungil sesekali mengusap peluh yang membasahi pelipisnya. Memang alam saat ini enggan bersahabat dengan dirinya.

Huh, kenapa Gue nggak bawa mobil aja tadi.

Sambil menunggu, Petra memainkan ponsel pintarnya. Jarinya menelusuri kotak-kotak penuh kejutan yang bisa membuat seseorang larut kedasarnya. Tak terkecuali Petra yang sedang asik membaca fanfic anime kesukaannya di aplikasi Wattpad.

"Oh shit, Gue baru sadar ini death-fic. Sedih banget padahal di anime charanya juga mati. Arghh waifu Gue!"gumam Petra sangat gerah sebab dari tadi tidak ada yang berjalan sesuai keinginannya. Ingat, saat ini dia sedang dalam masa meresahkan.

Sudah cukup, dan berakhir dengan meletakkan kembali ponsel ke dalam tas Guchee miliknya. Petra merebahkan bahunya pada kursi halte, dipejamkannya mata sejenak untuk meredakan emosi yang mengurung sikap normalnya.

Sweet Tea- RivEtra✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang