Perfection in Imperfection [3]

241 55 18
                                    

"Hal yang paling indah dalam hidupku adalah bertemu denganmu."

.
.
.

Aktivitas di kantor tempat Canna bekerja hari ini betul-betul padat, semua orang sibuk mempersiapkan segala sesuatu untuk acara Anniversary 20 tahun perusahaan yang akan diadakan kurang dari sebulan lagi.

Lain halnya dengan Canna, Canna hanya sibuk mencorat-coret kertas di hadapannya dengan sebuah pensil di dalam ruangannya.

"Astaga. Aku seperti orang gila!" gerutunya sambil mencoret-coret kertas yang kini hampir sobek.

"Gara-gara lelaki tadi aku sampai harus dapat omelan lagi dari atasanku." lanjutnya, kali ini sambil menyobek kertas yang sedari tadi dia coret-coret lalu menggumpalnya seperti bola dan melemparnya ke dalam tempat sampah di ujung ruangannya.

"Astaga. Mengapa aku mengomel-ngomel sendiri." ujar Canna lalu membuang nafas dengan berat.

Dengan mood yang belum sepenuhnya kembali baik, Canna melanjutkan pekerjaannya dan mulai menggambar design baru yang akan dia buat.

Setelah kurang lebih 2 jam dia berkutat dengan designnya, Canna mengambil tas selempangnya lalu melangkahkan kakinya keluar dari ruangan kerjanya.
Canna turun ke lantai 3 tempat dimana seluruh karyawan mendesign gambar pakaian, lalu dia memperhatikan satu persatu design yang digambar karyawan lain.

"Kau serius akan memberi payet di bagian ini?" tanya Canna kepada seorang karyawan perempuan sambil menunjuk design tersebut.

"Kalau begitu dimana aku harus memberinya payet?" karyawan perempuan itu balik bertanya kepada Canna.

"Kalau kau memberinya payet, kau akan menghilangkan kesan elegan pada gaun ini." tiba-tiba seorang lelaki yang entah siapa menyahut.

Canna memutar kepalanya kemudian mendapati seorang lelaki yang sedang tersenyum tipis dengan segelas coffee ditangannya.

"Haii gadis ceroboh." lelaki itu menyapa Canna dengan nada yang sedikit mengejek.

"Kamu?!"

Canna mengkerutkan keningnya saat melihat lelaki yang ditabraknya tadi tengah berdiri tepat di hadapannya.

Lelaki itu menumpahkan segelas coffee ke coat yang dipakai Canna, "Astaga. Maaf, aku sengaja." ujar lelaki itu dengan mimik wajah yang membuat Canna jengkel.

"Apa kau bilang? Kau sengaja?!" tanya Canna dengan nada setengah berteriak.

"Maksudku aku tidak sengaja." jawab lelaki itu dengan wajah datar.

Canna langsung mengambil gelas coffee dari tangan lelaki itu dan menumpahkannya ke kemeja lelaki itu, lagi.

"Maaf aku sengaja." Canna meniru mimik dan nada bicara lelaki itu.

Sementara mereka berdua sibuk bertengkar, seluruh karyawan memperhatikan mereka dengan wajah bingung.

Setelah Canna menumpahkan coffee ke kemeja lelaki itu, dia mengembalikan gelas tersebut ke tangan lelaki itu lagi.

Lelaki itu hanya menatap Canna dengan tatapan dingin, sangat dingin, bahkan seluruh karyawan yang melihatnya pun terlihat ketakutan. Tapi tidak dengan Canna, dia malah menatap balik lelaki itu dengan tatapan tajamnya.

Beberapa detik hening, mereka hanya saling menatap satu sama lain sampai suara seseorang menghentikan mereka.

"Apa-apaan ini?" kata seorang gadis bertubuh tinggi dengan aksen khas Irlandia.

"Haii sayang. Sejak kapan kau pulang ke London?" lelaki itu langsung mencium pipi kanan gadis itu saat melihatnya.

"Tadi malam. Makanya aku langsung menemuimu."

Canna hanya kembali mengerutkan dahi dan mengutuk lelaki itu dalam hati, kemudian meninggalkan lelaki itu, sedangkan lelaki itu tetap memperhatikan Canna sampai dia memasuki lift.

"Kenapa wajahmu ditekuk begitu?" tanya Adelle saat melihat adiknya itu masuk dengan wajah ditekuk seribu.

Canna melempar tas selempangnya ke sofa lalu menghempaskan badannya di sebelah Adelle dan meletakkan kruknya di lantai.

"Ada apa?" Adelle bertanya lagi.

Canna menyenderkan punggungnya, "Nasibku betul-betul gak mujur hari ini. Aku bertemu dengan pria aneh." keluh Canna.

Adelle hanya senyum-senyum, "Siapa? Dia ganteng gak?" tanya Adelle sambil memutar badannya menghadap Canna.

"Kakak. Kamu sudah punya calon suami, untuk apa masih nanya-nanya tentang pria aneh itu." kata Canna dengan nada ketus.

"Awas saja kalau aku bertemu dia lagi!"

Canna mengambil kruknya lalu berdiri dan mengambil tasnya kemudian naik ke lantai 2 dan masuk ke kamarnya.

Canna duduk diatas ranjangnya dan melepaskan boots yang sedari tadi belum dia lepas. Kemudian dia meletakkan kruknya dan merebahkan badannya.

"Alhamdulillah masih bisa menikmati hidup." ujarnya sambil menutup kedua matanya dan menarik nafas dalam-dalam

Beberapa detik kemudian Canna kembali membuka matanya, "Satu lagi. Astagfirullah banget ketemu sama lelaki kayak gitu." ujar Canna, lalu kembali menutup matanya dan tak lama kemudian dia sudah mulai hanyut dalam tidurnya.

Perfection in ImperfectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang