Kehangatan

320 42 2
                                    

      Aku memeluk diriku erat di depan api yang berkobar. Jaket dan selimut yang kupakai sama sekali tidak berpengaruh. Rasa dingin masih menyerangku sampai ke tulang punggung.

Hari ini hingga 2 hari kedepan sekolah mengadakan perkemahan di bukit. Jadi aku harus terbiasa dengan suhu dingin disini.

"Hey, kau yang ada disana, kenapa belum tidur?"

Aku menoleh dan mendapati kakak kelas yang sangat kukenal beserta 2 temannya yang terlihat mirip tapi rambutnya berbeda mengikutinya dari belakang. Mereka adalah OSIS yang sedang berjaga.

Atsumu, "Ini sudah jam 2 pagi, semuanya tidur, kau kenapa masih disini?" Nadanya terdengar sok.

Osamu, "Matamu buta? Kau tidak lihat dia kedinginan hingga bibirnya pucat?" Sedangkan kembarannya bernada lembut tapi kalimatnya sangat pedas.

Suna-senpai menatap ku sebentar dengan pandangan sulit kuartikan, lalu pandangannya beralih ke Atsumu-senpai, "Buatkan dia teh"

Atsumu-senpai menunjuk dirinya sambil memasang pose bertanya. Sedangkan Osamu-senpai yang sepertinya geregetan dengan tingkah kembaranya itu akhirnya menarik kerah jaketnya dan pergi dari sana meninggalkan kami berdua.

Suna-senpai mengambil tempat disamping ku hingga suhu tubuhnya yang hangat sedikit menyapa lenganku. Sebenarnya aku merasa tidak nyaman. Bukan karena kehadirannya, tapi jantungku yang sejak tadi berdegup kencang sejak dia datang. Wajahku juga memerah dan tanganku semakin dingin karena gugup.

Suna, "Apa masih dingin?"

Aku mengangguk samar.

Suna, "berikan tanganmu"

Aku ingin menolak, tapi matanya seperti memaksa. Jadi mau tidak mau aku menurutinya dan mengulurkan tanganku. Dengan cepat dia meraih tanganku dan memasukkan ke dalam saku jaketnya.

Nani!!!!!!!!!!!!

Inerku berteriak kencang. Aku panik dan melihat sekitar karena takut ada yang melihat. Sepertinya Suna-senpai mengetahui itu dan malah semakin erat menggenggam tanganku disakunya.

Suna, "Tenang aja, aku udah berkeliling dan semuanya sudah masuk tenda, tidak ada yang keluar kecuali 2 temanku tadi dan kita"

Aku tidak tahu harus bicara apa. Karena aku sedang gugup. Orang yang ada disamping ku ini, yang sedang mencoba membuatku hangat, sebenarnya aku menyukainya. Tapi aku tidak berani mengungkapkan perasaan ku. Mengingat dia adalah wakil ketua OSIS dan terkenal di kalangan siswi, mana mungkin aku yang seperti remahan peyek ini berani mendekatinya.

Suna, "Namamu (Full name) kan? Kelas 1-C?"

Aku sedikit terkejut karena melamun.

"Y-ya" aku menjawab dengan suara serak.

Suna, "Bagaimana kalau kita pacaran?"

"....."

Ha?

Otaku loading saat mendengar itu. Atau mungkin aku salah dengar?

"Maaf, tadi ngomong apa?"

Tanpa ragu dia mengulangi perkataannya seraya menatapku, "Aku tau kau juga menyukaiku, jadi ayo kita pacaran"

'JUGA?!'

Aku kehabisan kata-kata. Mulutku terbuka tapi tidak ada sepatah katapun yang keluar. Jadi selama ini Suna-senpai menyukaiku juga?! Perasaan senang dan juga gugup bercampur aduk.

Kurasakan wajahku makin memerah, aku menenggelamkan setengah wajahku dengan syal yang mengitari leherku. Kesempatan tidak datang dua kali, jadi aku mengangguk untuk mengiyakan.

Terlihat wajah Suna-senpai yang berubah. Aku mengira dia hanya bisa berwajah datar dan terlihat mengantuk karena matanya yang sipit. Ternyata dia bisa membuat wajahnya sehangat itu. Sudut bibirnya tertarik hingga memperlihatkan giginya dan matanya berbinar.

Suna, "Yosh!!"

Tubuh dan hatiku ikut menghangat melihat pemandangan itu. Aku kira untuk mendapatkannya hanya lewat mimpi. Tapi nyatanya sekarang kami sudah terjalin dengan sebuah hubungan.

...

Jangan lupa vomment ya(~ ̄³ ̄)~

Suna Rintarou x ReadersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang