(04) EMPAT

5 2 0
                                    

Tidak terasa hari sudah gelap. Dyren masih tidur di kamarnya karena dari pulang ke sekolah dia bolak-balik ke kamar mandi, mungkin belasan kali dia ke kamar mandi.
Tiba-tiba terdengar suara ketukan yang berasal dari pintu kamar Dyren. Diiringi dengan suara perempuan.

Tok! Tok! Tok!

"Sayangg, ini obatnya diminum dulu! Biar lebih enakan perutnya " Ucap perempuan tersebut.

Karena mendengar suara dari luar kamar membuat Dyren terbangun dari tidurnya.

"Engghhh.. Iya Maa" jawab Dyren menghampiri pintu kamarnya dan memegang engsel pintu bertujuan untuk membuka pintu tersebut. Setelah pintu terbuka, terpampang lah seorang wanita setengah baya yang masih cantik meski usianya sudah menginjak 35 tahun. Gatau deh itu muda atau tua. Wanita tersebut lalu menyodorkan sebuah obat ke Dyren. Ya,, wanita itu merupakan Mama Dyren.

"Ini sayang obatnya" ucap Linda -Mama Dyren- sambil tersenyum hangat. "Diminum ya! Jangan cuma diliatin doang! Kalau nggak" Peringatan dari Linda sambil tangannya menunjuk lehernya sendiri bagian kiri lalu bergeser perlahan ke sebelah kanan dan tidak lupa dengan matanya yang menatap dyren tajam.

"Ck! Iya-iya ma. Dyren minum kok." Jawab Dyren dengan raut muka yang tidak bisa di baca.

"Awas aja kalo gak diminum!" Linda pergi menjauh dari kamar Dyren. Pintu yang semula terbuka kemudian kembali ditutup oleh sang pemilik kamar.

Dyren menaruh obat diatas meja kecil berbentuk lingkaran yang terdapat pada samping tempat tidurnya. Dia menatap obat tersebut dengan wajah ditekuk dan duduk di sayap tempat tidur. Dia mulai berbicara dengan dirinya sendiri.

"Enak gak ya obat nya?"

"Pahit gak ya obat nya?"

"Atau manis?"

"Kalo pahit gimana?"

"Kalo ga enak gimana?"

"Diminum gak ya?? Tapi kalo ga diminum nanti dimarahin ibu negara. Kan seremm"
Wajahnya sangat gelisah.

Sehingga pintu kembali dibuka oleh seseorang yang Dyren tidak ketahui siapa itu karena orang nya masih dihalangi oleh pintu kamarnya. Disaat pintu sudah terbuka dengan lebar barulah terlihat mama nya kembali masuk ke kamar Dyren.

"Loh kok belum diminum sih!? Kan tadi udah disuruh langsung minum!!" Omel Linda.

"Kan Dyren belum makan ma" jawab Dyren memelas.

"Belum makan apaan? Orang mama tadi udh liat kamu bawa makanan dari dapur ke kamar. Noh di samping obat kamu ada piring kotor. Siapa lagi yg makan kalo bukan kamu?" Sarkas Linda

"Bukan aku ma. Mungkin papah." Elak anak itu.

"Mana ada papah makan di kamar kamu! Ga usah ngeles Mulu! Buru diminum!!" Linda menghampiri anaknya lalu memasukkan obat ke dalam mulut anak nya.

"Pa--" ucap Dyren tidak diteruskan karena sudah langsung ditutup mulutnya oleh linda dan langsung memasukkan air ke dalam mulutnya.

"Gitu amat susah doang" dumel Linda meninggalkan Dyren yang masih menahan rasa pahit dari obatnya.

"KEBALIK MAAA" Koreksi Dyren.

"SAMA AJA"

*****


Jam dinding sudah menunjukkan pukul 00.00. Nesya yang sedari tadi berguling kesana kemari di atas tempat tidur akhirnya jengah. Nesya bangkit dari tempat tidur nya lalu pergi ke depan televisi untuk nonton film sebentar agar matanya lelah dan bisa tidur.

Lama kelamaan Nesya bosan dengan film yang ia tonton. Tangannya kali ini mencari hp yang biasanya ia bawa kemana-mana. Seingat Nesya tadi dia sudah membawa hp tapi ternyata nihil. Benda pipih itu tidak ada di samping nya. Dia mengubah posisi menjadi telentang di atas sofa. 30 menit kemudian rasa kantuk menyerang matanya. Hingga beberapa detik mata Nesya perlahan tertutup dan dia tertidur di sofa.

Fajar sudah tiba. Matahari mulai memasuki rumah Nesya. Ia bangun dari tidur untuk bersiap-siap berangkat sekolah. Ini bocah kadang juga suka ngebo kadang kagak. Kini Nesya ingin sarapan terlebih dahulu. Takut entar kalau tiba-tiba lemes di lapangan karena hari ini ada mapel pak Budi yaitu guru olahraga.

"Bang, kok lu udh disini? Lu mau kemana?" Tanya Nesya pada Ezra yang sedang menyuapkan satu sendok nasi goreng ke dalam mulutnya lalu ia urungkan karena sebuah pertanyaan masuk ke gendang telinganya.

"Kepo lu." Jawab Ezra.

"Halah, palingan juga cari cewek lu." Tebak Nesya lalu duduk disamping kursi Ezra.

"Lah, gitu tau terus ngapain nanya?"

"Ya kirain gue lu mau tobat atau apa kan bisa jadi. Ehh-- tapi kayaknya kagak mungkin deh. MUSTAHILL TAU NGGAK!!" Suara tersebut berhasil membuat Ezra menutup matanya sebelah. Kemudian dia mengambil nasi yang terdapat di meja lalu menjauhkannya dari Nesya hingga perempuan tersebut tidak bisa menggapai nasi gorengnya.

"Bang!! Kok lu gitu sih! Nasi gorengnya jangan dijauhin elahh! Keburu kesiangan gue" Ucap Nesya kesal.

"Makanya jadi orang jangan suka ganggu orang. Toh kena akibatnya. Dan satu lagi, jadi orang jangan kecil-kecil amat. Punya adik masih SMA serasa punya adik masih TK." Ucap Ezra sambil tertawa terbahak bahak.

"SERAH!"

Gak di sekolah, gak di rumah, tetep aja ada orang yang sifat kaya gini -batin Nesya. Ia langsung bergegas meninggalkan meja makan dan berangkat ke sekolah tanpa sarapan.

"Woi! Cium tangan dulu kek main nyelonong aja!"

My Ketos Is BegoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang