"Do to others what you want others do to you."
Kata-kata itu sangat berbekas di kepala gue. Mungkin karena sering mendengarnya saat kecil, mungkin karena menyadari artinya saat dewasa kini.
Sexual Crime adalah satu kejahatan terbesar yang dilakukan manusia pada sesamanya. Seperti hewan saja, bukan? Mereka memperkosa orang lain dan tidak pernah berubah. Memuaskan nafsu daging yang sementara saja.
Tapi lucunya, Sexual crime tidak betul-betul ditanggapi dengan serius. Mungkin karena yang lebih banyak dilihat adalah luka fisik, bukan luka batin. Padahal, luka batin lebih dalam, lebih menyakitkan daripada luka fisik.
Mereka sangat beruntung. Mereka tidak melihat kebencian. Mereka tidak melihat senyuman sinis. Karena mereka buta.
Mereka juga beruntung. Mereka tidak mendengar tangisan. Mereka tidak mendengar tawa sinis. Karena mereka tuli.
Mereka pun beruntung. Mereka tidak memukul. Mereka tidak menendang. Karena mereka tidak lengkap. Namun, haruskah kamu menjadi mereka? Karena kamu tersenyum sinis.
Kamu membuat mereka menangis. Kamu membuat mereka membenci. Kamu memukul dan menendang. Karena kamu tidak memiliki hati.
******
Jam istirahat biasanya aku akan naik ke kantin, jajan lalu makan dikelas. Tapi hari itu berbeda. Kelasku habis menonton film yang ditayangkan di jam pelajaran. Aku lupa kenapa, atau bagaimana. Tapi aku sangat terpaku pada layar komputer. Mengutak-atik entah apa.
Tidak seperti biasanya juga kelasku lumayan ramai. Banyak yang tertawa, namun aku tidak memperhatikan. Hingga temanku menunjuk- nunjuk ke belakang kelas. Aku harus berdiri melihat apa gerangan yang mereka tertawakan, karena kebetulan atau bukan, pandanganku terhalang komputer sedari tadi.
Aku terkejut. Kulihat seorang teman sekelasku di pojok kelas. Beberapa cowok mengelilinginya. (Dia juga cowok.) Mereka sedang melakukan God-knows-what kepada temanku itu. Disekitarnya orang-orang tertawa.
Dadaku terasa tertohok sebongkah batu. Manusia-manusia ini, mereka tidak berfikir dan bercanda layaknya binatang. Tidak, lebih buruk daripada itu. Mereka menganiaya orang yang lebih baik dari mereka.
Kuteriakkan satu dua kalimat dan mereka seakan kaget melihatku ada disana, berpura-pura tidak tau. Aku marah saat itu. Kulontarkan kata-kata yang membekas di kepalaku.
"Bego ya lo semua! Gak pake otak! Itu yang nonton juga malah ketawa-ketawa aja. Idiot apa gimana sih. Useless banget."
Yah kira-kira itulah isinya. Yang jelas ini bukan kali pertamanya aku melihat hal serupa. Orang yang sama, diganggu dengan cara yang sama.
Mereka bilang tau Tuhan.
Kedua orang tua, terpandang.
Fasilitas ada, bahkan lebih.
Tapi tindakan mereka,
Lebih parah dari binatang.
Lebih hina daripada pencuri.
Lebih bodoh daripada keledai.Karena mereka tidak tau.
Karena mereka tidak mengerti.
Karena mereka tidak merasakan.
Hati mereka sehitam arang.
Dan perkataan mereka setajam belati.
Meski wajah sebening kristal.
Mereka tidak pernah belajar,
Apa itu mengasihi.Beberapa minggu setelah kejadian itu, aku mendengar sebuah renungan prapaskah. Saat mendengarnya aku tertawa. Aku melihat wajah-wajah mereka. Tidak ada yang peduli pada renungan itu.
Karena itu akan kuulang. Kali ini untuk menyindirmu. Ya, KAMU yang mengaku anak Tuhan. KAMU yang punya orangtua baik-baik. KAMU yang merasa hebat. KAMU yang pikirannya bodoh.
25:31 "Apabila Anak Manusia datang u dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya.
25:32 Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing
25:33 dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya dan kambing-kambing di sebelah kiri-Nya.
25:34 Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan.
25:35 Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan;
25:36 ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku. d
25:37 Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum?
25:38 Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian?
25:39 Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau?
25:40 Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.
25:41 Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiri-Nya: Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api g yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya 2 .
25:42 Sebab ketika Aku lapar, kamu tidak memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu tidak memberi Aku minum;
25:43 ketika Aku seorang asing, kamu tidak memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu tidak memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit dan dalam penjara, kamu tidak melawat Aku.
25:44 Lalu merekapun akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar, atau haus, atau sebagai orang asing, atau telanjang atau sakit, atau dalam penjara dan kami tidak melayani Engkau?
25:45 Maka Ia akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku.
25:46 Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal.
KAMU yang melihat, dan KAMU yang melakukannya. Selamat siang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita di Dunia
Short StorySetiap lagu memiliki cerita. Setiap manusia punya seberkas memori. Setiap hati punya sebuah luka. Hanya sebuah buku yang menceritakan kehidupan disekitar gadis yang berumur 15 tahun. Segaris pembatas ndiantara mimpi dan kenyataan. Abu-abu diantara h...