Blinded

74 3 0
                                    

"Hanya satu yang aku ketahui, bahwa aku tidak tahu." - Socrates.

Aku mengakui bahwa aku tidak tahu apa-apa. Tapi hati nuraniku tahu mana yang benar dan salah. Kurasa semua orang begitu. Aku mungkin tidak tahu kalau kamu sedang sedih atau menangis kenapa atau bagaimana. Namun hati nuraniku bilang bahwa sedih dan menangis terus-menerus adalah salah.

Aku tidak tahu bagaimana keseharianmu. Apakah kamu diejek lagi hari ini? Apakah kamu sedang dijauhi? Apakah kamu sedang bimbang? Atau kamu merasa dirimu tidak berarti? Tapi hati nuraniku berkata bahwa kamu tidak boleh menyimpan perasaan negatif. Tidakkah itu benar? Meski aku tidak tahu bagaimana cara menghilangkan perasaan negative itu, aku tahu bahwa perasaan itu seharusnya tidak ada.

Socrates, Socrates, seseorang yang mengubah cara pikirku. Nama itu mungkin terasa asing bagi sebagian besar orang. Tapi tidak bagi penggemar filsafat. Aku sendiri bukanlah seseorang yang mendalami filsafat, namun aku sangat menyukai Socrates. Bahkan mengidolakannya.

Socrates hidup di Athena ribuan tahun yang lalu. Yaitu sekitar 300 tahun sebelum Masehi. Pada zaman itu, belum ditemukan ilmu-ilmu sains seperti sekarang. Manusia masih menggunakan akalnya untuk berpikir. Bukan buku teks hafalan yang biasa kita hadapi. Namun, dia adalah filosof yang sangat fenomenal. Seperti Yesus.

Banyak sekali persamaan antara Yesus dan Socrates. Keduanya tidak pernah menulis satu kalimatpun. Socrates dikenal dari tulisan Plato muridnya. (Nama ini tidak asing bukan?) Dan Tuhan Yesus dikenal dari tulisan-tulisan muridnya. Keduanya membingungkan dan penuh teka-teki. Keduanya adalah seorang guru. Dan keduanya memiliki musuh yang juga 'mirip'. Yesus dibenci oleh para imam, petinggi-petinggi agama pada saat itu. Dan Socrates dibenci kaum Sophis, kaum yang menyebarkan ajaran di Athena pada saat itu. Keduanya meninggal oleh ketidakadilan. Meski Socrates tidak meninggal dalam kesakitan dan tidak pernah bangkit dari kuburnya.

But let's focus on Socrates, because some people may hate me because racism. (mungkin.)

Socrates punya cara yang unik untuk mengajarkan orang lain. Tidak seperti orang lain di seluruh dunia ini, dia tidak memberitahu. Dia bertanya. Mungkin aneh, karena kita terbiasa diberitahu ilmu-ilmu yang kita butuhkan. Tapi pada masa itu, pertanyaan-pertanyaan Socrates memaksa kita berfikir untuk menemukan jawaban yang tepat. Dan tentu saja, aku tidak bilang itu cara mengajar yang terbaik. Bayangkan saja berapa lama agar setiap orang memahami apa yang dikatakan Socrates! Bisa berjam-jam!

Di chapter yang lalu aku membahas tentang cita-cita, tujuan hidup, dan nilai. Kini aku akan menyinggungnya sedikit.

"... Aku mengacu pada semua guru sekolah dan orang yang menganggap dirinya tahu segalanya, yang puas dengan sedikit pengetahuan yang mereka miliki, atau yang membual bahwa mereka mengetahui segala hal mengenai subjek-subjek yang sedikitpun tidak mereka ketahui."
- Dikutip dari Dunia Sophie oleh Jostein Gaarder page 122 alinea 1.

Menurutku, inilah yang aneh di dunia sekarang. Beberapa guru (yang kukenal) selalu menyindir jika anak muridnya mendapat nilai jelek. Tapi dia tidak pernah berusaha mengajarkan lebih pada mereka. Aku tidak pernah tahu rasanya seperti apa disindir seperti itu. Namun, mendengarnya saja terasa menyebalkan. Ejekkannya bahkan tidak lucu.

Dan guru-guru itu akan membahas seakan-akan mata pelajarannya paling penting. Padahal, menurutku lebih penting belajar PKN daripada mengerjakan soal tidak berguna itu. Bukan karena aku suka mata pelajaran PKN, atau gurunya favoritku. Tapi jika PKN saja tidak dianggap penting. Apa artinya mata pelajaran yang lain?

PKN mengajarkan norma. Peraturan. Kadang menyinggung sejarah, kadang politik. Namun bukankah Indonesia sedang diguncang politik? Rasanya berita politik lebih kencang daripada berita gempa atau tsunami. Atau aku hanya berlebihan. Hahaha.

Jadi kembali ke Socrates. Menurut Socrates, ada dua dunia. Dunia ide, dan dunia nyata. Menurutku, cukup logis kalau tidak dipikirkan sexara mendalam.

Dunia nyata adalah dunia disekitar kita. Sedangkan dunia ide adalah dunia ideal. Dunia sebenarnya, dunia Tuhan.

Apakah semua jenis ikan sama? Kenapa ketika kita melihat ikan paus dan ikan pedang, kita sebut ikan? Mumgkin kamu akan menjawab, mereka bernafas dengan insang. Tapi itu setelah ilmu sains ditemukan. Jaman dulu orang menyebutnya ikan, karena menurut mereka begitu.

Hal ini memicu pemikiran Socrates bahwa ada ikan yang sebenarnya. Ikan 'ide' yang bayangan tidak sempurnanya tersebar di dunia. Oke. Baiklah. Menurutku ini tidak penting.

Tapi manusia dikatakan serupa dengan Allah. Tapi manusia beragam. Ada yang sipit, mancung, bibirnya tipis. Ada yang berkulit hitam, berambut lurus, matanya hitam. Ada juga yang berambut pirang, berkulit putih, bermata biru, dan bibirnya tebal. Begitu banyak perbedaan, bukan? Tapi semuanya serupa dengan Allah. Kini, dapatkah kau mengerti maksud Socrates?

Dan dia berkata pula, bahwa manusia berusaha mencari manusia 'ide' (Allah.) Karena mereka memiliki akal budi. Berbeda dengan ikan yang tidak akan pernah berpikir siapa yang sesungguhnya benar-benar ikan.

Jadi sekarang aku mengerti kenapa manusia suka sekali mencari dan mengenal Tuhan. Begitu pula denganku. Dan karena manusia tidak sempurna, maka kita ingin menjadi sempurna. Dengan mendekati Allah, dan berusaha menjadi mirip dengannya. Buatku, ini tidak salah.

Lalu bagaimana dengan hasilnya? Manusia berusaha, tapi mereka tidak pernah berhasil (dalam masa Socrates.) Sehingga mereka mencari alternatif lain. Tuhan yang lain, yang lebih nyata. Dan itulah yang kita sebut menyembah berhala.

Maka manusia mulai terpecah ketika mereka mencari. Yang berhala, yang masih mencari, dan yang tersesat. Kusebut teesesat karena mereka melupakan, atau bahkan tidak tau apa yang dicari. Sehingga akhirnya mereka berhenti mencari Tuhan. Mereka beralih dan mencari yang mudah ditemukan. Mereka yang tersesat menurunkan standar mereka. Sehingga mereka lebih mencari kekayaan, nafsu, kesombongan, dan mereka menjadi tamak hatinya. Dan melahirkan dosa-dosa.

Ini lucu. Karena sebetulnya, mencari uang itu perlu. Di jaman seperti ini, tidak mencari uang bagaimana mau hidup?

Jadi, kemana kamu akan melangkah sekarang? :)
Semoga beruntung!

Cerita di DuniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang