Chapter 29💧

107 13 7
                                    

Hari kelulusan

Semua murid kelas 12 telah berkumpul di lapangan, membentuk sebuah lingkaran besar. Saling menggenggam satu sama lain. Terlihat dari raut mereka menunjukkan kesedihan.

Apalagi Dhea sudah menangis sejak tadi, disusul Ranti. Bertepatan dengan lagu diputar. Semuanya menyanyi dengan syahdu.

Datang akan pergi
Lewat kan berlalu
Ada kan tiada bertemu
Akan berpisah

Awal kan berakhir
Terbit kan tenggelam
Pasang akan surut bertemu
Akan berpisah

Hey sampai jumpa di lain hari
Untuk kita bertemu lagi
Kulerakan dirimu pergi
Meskipun kutlah siap untuk merindu
Ku tak siap tanpa dirimu
Kuharap terbaik untukmu

Dilla mengusap air matanya, rasanya ingin menangis. Dilla menatap ke arah langit. Banyak kenangan di sekolah ini. Dimulai dari mata tajam, jadi dirigen, dimarahin sama bu Tuti, Savira kembali, jadian sama Reinhard. Dilla benar-benar tidak menyangka semuanya berjalan dengan cepat.   

Datang akan pergi
Lewat kan berlalu
Ada kan tiada bertemu
Akan berpisah

Awal kan berakhir
Terbit kan tenggelam
Pasang akan surut bertemu
Akan berpisah

Hey sampai jumpa di lain hari
Untuk kita bertemu lagi
Kurelakan dirimu pergi
Meskipun ku tak siap untuk merindu
Ku tak siap tanpa dirimu
Kuharap terbaik untukmu

Kini semua murid berhamburan menuju temannya masing-masing. Berpelukan satu sama lain.

Nadia, Ranti, Dhea dan Dilla memeluk membentuk lingkaran. Mereka menangis melepas kesedihan.

"Gak nyangka kita udah lulus aja ...." lirih Dhea terisak

Ranti mengangguk. "Banyak kenangan, gue kangen jadi lambe ...." lirih Ranti.

Nadia menoyor pelan kepala Ranti. "Jadi lambe aja lo seneng, Ran," cibir Nadia malas.

Dilla terkekeh pelan. Mereka pun kini memandang satu sama lain.

"Emang dah geng kita the best banget," ungkap Dhea tersenyum senang.

Mendengar itu mereka menyatukan tangan lalu mengangkatnya tinggi-tinggi.

"Kompak selalu!" ucap mereka bersamaan.

Pandangan Dilla beralih pada gadis di sebrang sana yang tengah tersenyum. Dilla pun langsung menghampirinya lalu memeluknya dengan erat.

Savira membalas pelukan Dilla. Ia pun mengusap punggung cewek itu.

"Cup cup cup jangan nangis dong," ucap Savira terkekeh.

"Siapa yang nangis?" tanya Dilla, padahal air matanya sudah ingin keluar.

Savira melepas pelukannya, lalu menatap Dilla dengan dalam. Ia pun mengusap bulir yang jatuh di pipi Dilla.

"Gengsi banget ya sahabat gue," ungkap Savira terkikik.

Dilla buru-buru menghapus air matanya lalu tertawa pelan.

"Lo bener pengen ke Palembang lagi?" tanya Dilla memastikan.

Savira mengangguk. "Iya, gue emang bakal kuliah di sana, setelah selesai kuliah, gue akan pindah lagi ke sini kok," jawab Savira.

PARADILLA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang