Chapter 10🤝

147 40 3
                                    

Dilla menatap pintu itu sambil menghembuskan nafas lengah.

"Aduhh,pintunya udah dikunci lagi. Gimana caranya gue masuk coba." Dilla terus mondar mandir di depan pintu.

"Kalo gue telpon pasti nanti yang ada gue dimarahin belum ditambah si Alvian bengek itu yang suka ngompor-ngomporin."

Dilla mendecak kesal. Ia melihat jam di tangannya sudah menunjukkan pukul 11 malam.

"Dah lah mendingan gue ke rumah Ranti aja deh dari pada dimarahin sama ibu pulang malem-malem." pikirnya.

"Gw telepon dulu deh."

Ia segera mengambil benda pipih itu di tasnya. Setelah mengambilnya ia segera mencari nomor Ranti. Baru saja ia mau menekan nomornya tapi ia urungkan niatnya dan menaruh benda pipih itu kembali ke tasnya.

"Ehh gausah telpon deh, gue mau langsung kerumahnya aja lagian juga kan di rumah dia sendiri. Hitung-hitung besok juga libur. Deket juga kan rumah Ranti dari sini."

Dilain tempat Ranti mulai membaringkan dirinya di pulau kapuk kesayangannya.

"Huhhhhh enaknya rebahan ...."

Tiba-tiba saja tenggorokannya terasa kering. Ranti turun dari ranjang menuju dapur. Mengambil gelas lalu mengisi dengan air sampai penuh.

"Huhhh lega," ucapnya setelah meneguk segelas air putih sampai habis.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu terdengar nyaring di telinganya. Ranti menyipitkan matanya. Sekaligus bergidik ngeri.

"Siapa si yang malam-malam kesini? Udah tau gue mau tidur. Mana merinding lagi gua."

Ranti melangkah menuju pintu lalu membukanya perlahan. Setelah membuka pintu ia sempat terkejut siapa yang ada dihadapannya ini.

"Haloo Ran!!" sapa Dilla.

"Anjir kirain gue siapa!!"

"Hehehehe, gue boleh nginep nggak di rumah lo?" tanya Dilla.

"Hah? Tentu aja boleh lah Dilla mana nanya lagi. Gue di rumah sendirian. Akhirnya ada temen merinding gue di rumah tadi. Yuk masuk."ajak Ranti mempersilahkan Dilla masuk.

"Makasih."

Ranti hanya menganggukkan kepalanya.

"Aduhh maaf ya berantakan soalnya habis ke kafe tadi gw mau langsung tidur jadi gak sempet deh beresin ruangannya."

Dilla hanya menganggukkan kepalanya. "It's okay, Ran."

"Dill, lo mau minum apa?" tanya Ranti sambil membuka lemari esnya.

"Gausah deh gue mau langsung tidur aja," tolak Dilla.

"Ohh yaudah. Yukk ke kamar gue."

Dilla pun mengikuti Ranti menuju kamarnya.

"Hehehe maaf ya kamarnya juga sedikit berantakan."

"Gue beda banget sama lo. Ibu gue kalau udah ngeliat kamar gue kayak gini langsung dimarahin gue hahahaha."

Ranti hanya menundukkan kepalanya seraya menghembuskan nafas lemas.

"Lo kenapa?" tanya Dilla heran. Tiba-tiba saja Ranti jadi murung gitu.

"Gue jadi inget papaj sama mamah gue. Mereka jarang menghubungi gue. Waktu itu gue pernah ngehubungin mereka tapi mereka langsung menolak telepon gue ...." lirih Ranti berusaha menahan air matanya yang ingin jatuh.

"Mungkin mereka sibuk jadi mereka gak sempet menghubungi lo, buktinya aja mereka tetep transfer uang buat lo," ucap Dilla sambil mengusap punggung Ranti.

PARADILLA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang