2 - Pro

34 20 115
                                    

"Ann, ajak cowok gue selingkuh dong,"

Kalimat yang keluar dari mulut Ay itu membuat Ann mengeryit bingung dalam posisi duduknya. "Gila, lo! Mau ngapain emangnya?"

"Mau putus," jawab gadis itu santai sambil meminum Cimory Squeeze-nya.

"Putus ya tinggal putus, Ay."

"Alasannya apaan?" tanya Ayleen seraya menaik-turunkan alisnya.

"Gue bosen sama lo. Udah! Selesai.  Gitu aja lho, dodol!"

"Gak semudah itu, bego! Harus alasan yang logis dong. Entar gue di ghibahin sama temen-temennya, dijelek-jelekkin gue,"

"Ya udah, jelekin balik klo gitu, Ay." Kali ini Varendra yang menyahut.

"Nah, papa aja tau apa yang harus dilakuin,"

Ay beralih menatap papanya. "Pah, dapet salam tau..."

"Dari siapa tuh?" tanya Varendra yang sedang menuangkan susu uht ke cangkir yang di dapatkan Ann dari give away.

"Tante Dessy."

"CIEEEE! PAPA KIW. JANTUNG KU BERDEBAR-DEBAR. PIU~"

"Apa sih, Ann? Kalau IU yang titip salam, baru jantung papa berdegup sangat kencang,"

Ay dan Ann dibuat tertawa keras dengan kalimat Varendra barusan. Mereka memang memiliki selera humor yang sangat rendah.

Ay merupakan anak pertama dari Varendra dan almarhumah Zila. Sedangkan, Ann adalah anak bungsunya.

Ditemani kedua anak gadisnya, Varendra menjalani hari-harinya. Tak pernah ada kata sepi dalam rumah mereka, kecuali jam-jam tertentu seperti pukul 11 malam sampai pukul 4 pagi karena mereka tidur.

Ditinggal Zila selama 3 tahun, bukanlah hal yang mudah bagi Verandra. Mengasuh dan mendidik kedua anaknya yang tak bisa dibilang menurut itu.

Keduanya sama-sama jail dan sulit untuk diam. Yang berbeda, Ann akan berlaku demikian dengan orang yang sekalipun tak ia kenal. Sedangkan, Ay hanya kepada orang-orang yang dikenalnya saja.

Jika Ann, itu kelewat ramah hingga jatuhnya seperti orang yang sok akrab. Mungkin, sifat itu menurun dari diri Verandra sendiri.

Kalau Ay, terturun sifat jailnya dari Verandra, dan masih memiliki batas sopan dengan orang asing. Sedikit kalem jika dengan orang lain, seperti Zila.

Namun, Zila itu kelewat kalem. Sampai-sampai setelah menikah dan memiliki anak, wanita itu tetap tidak terlalu banyak bicara ataupun bercanda.

"Ehh, ehh. Papah, pacar Ay mau keluarin album baru! Mau beli... Boleh, ya?"

"Gak usah! Duit papa habis entar, gak ada lagi duit untuk gue beli novel!"

Ay melebarkan matanya, "Dih! Ya itu derita, lo!"

"Ih! Gak usah, pah! Gak usah!!"

"Dih, apaan?! Boleh ya, pah? Papah cangkuu?"

"Ay, ngalah gila!"

"Gak, kalau soal ini gak akan pernah mengalah gue!"

Sebuah ide jail terlintas dipikiran Ann. Dengan senyum tengilnya, Ann menatap Ay. 

Tak lama setelahnya, terdengar suara Ay yang berteriak karena baju kaosnya yang berwarna hitam dengan motif tulisan EN- di dada kirinya itu di tarik oleh adiknya.

Tak mau kalah, Ay memutar badannya dan menangkup wajah Ann. Lalu, mencubit-cubit pelan pipi chubby adiknya.

Verandra yang sudah terbiasa dengan situasi ini, bergegas lari ke kamarnya. Karena ia yakin, setelah ini kedua gadis itu akan berlomba-lomba untuk memeluknya. Pelukan yang dapat disebut sebagai penyiksaan.

•••

Cowoknya Ay

Hai
Fajar ya?
Sv nomor gw blh kn?
Hehe

Ya
Siapa y?

Okky
Sv yaaa

Oke
Btw, Okky mn?

Okky ank Bengkulu jg
ko

Knla gw dr mn?

Lo kn trknl di kmpus
Y kli gw g knl, hehe

Ok
Dpt no gue dr mn?

Kepo ya
Hehhe, g ush tau deh
Bru tau trnyta lo seramah itu
Gw kira bkl cuek bgt gt

Nggk kok

Eh, lo sm ayleen mrhn?

Nggk
Knp tuh?

Oh, nggk kok
Cm klihtnny g sedekt
dlu aja, hehe

Msa sih?
Biasa aj pdhl

Iya lho
Klihtn bgt mlhh
Eh, lo udh mkn Jar?

Blm, prhtn bgt sih lo
Wkwkkw

Gw emhg gni
Heheh

Udh mlm, gw tdur y
Bye

Bye Fajar
Have nice dream


"Fajar gampangan banget anjir!"

"Makanya ntu! Gebet terus sampe bisa gue jadiin bukti!" balas Ay dengan menggebu-gebu.

"Kalau lama begimana?" tanya Ann dengan bibirnya yang dimajukan dan matanya yang menerawang bagaimana hasil usahanya nanti.

"Harus cepet pokoknya. Kan lo pro tuh dalam urusan baper-membaperi cowok,"

Ann berpikir sejenak. "Untungnya untuk gue apa?"

"Kalau lo berhasil buat gue sama Fajar putus, nanti gue bantuin lo rayu papa biar dibolehin ikutan PO novel. Gimana?" Ay menaik-turunkan alisnya dan tak lupa dengan senyum menggodanya.

"Dih! Kalau itu mah, gue sendiri juga bisa anjir! Yang epic dikit 'lah," sinis Ann.

Ay terkekeh melihat raut wajah adiknya yang terlihat sangat menggemaskan itu. "Ya udah, entar lo boleh tidur di kamar gue satu malam. Gimana?" gadis itu menaik-turunkan alisnya lagi, mencoba bernegosiasi dengan adiknya.

"Bayarin PO novel paket paling hot aja deh. Mau gak?" tawar Ann tentu dengan bibirnya yang dimajukan ke samping.

Mengerucutkan bibirnya adalah jurus andalan seorang Andhini ketika sedang berbicara dengan orang.

Entah itu ketika berpikir, ketika kesal, ataupun ketika malu.

"Gila, lo! Gue aja mau beli album gak ada cuan, bego!"

"Sudahlah. Sampai di sini saja kerja sama kita," Ann segera beranjak dari posisi tengkurapnya.

"Lo gitu banget sih, Ann? Jahat lo sama gue. Ya udah iya, entar gue bayarin novel lo. Bangke, bangke."

Ay terlonjak kaget saat Ann tiba-tiba memeluknya hingga keduanya berbaring di karpet bulu berwarna blue sky berukuran 100 × 150 cm di kamar berantakan Ann.

"Sayang Ay deh,"

"Tapi ngutang dulu, ya? Lo bayar dulu entar. Kalau duit gue udah ada, baru gue ganti,"

"Ay kampret!"

***

AndhiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang