"Pah, koko krunch Ann habis," lapor Ann yang sedang menuangkan susu UHT ke dalam gelasnya.
Mata Varendra melebar mendengar perkataan anaknya itu. "Kok bisa? Perasaan baru kemarin belinya," jawab Varendra sembari mengingat kembali kapan ia pergi ke supermarket untuk berbelanja.
"Ya... Kan dimakan tiga kali sehari, jadinya cepat habis deh," ucap Ann yang sudah duduk di kursi meja makan dengan kedua tangannya yang dijadikan tumpuan.
"Kalau sehari tiga kali enggak secepat itu dong habisnya. Rakus banget kamu ini,"
"Ih. Kan kalau malam Ann enggak makan, karena laper jadinya nambah satu mangkuk penuh deh." Ann terkekeh geli melihat raut wajah papanya.
Varendra menatap garang putrinya. "Kalau laper itu makan nasi! Bukan makan sereal,"
"Galak bener. Kan biasanya begitu. Kok keselnya baru sekarang?" Dengan sengaja, Ann memancing kekesalan papanya.
Rasanya, sudah lama ia tak menjaili laki-laki kesayangannya itu.
"Makin ke sini kamunya makin boros, Ann. Mending makan nasi atau roti aja lebih sehat,"
Dengan bibirnya yang dimajukan, Ann menjawab, "Ya udah kalau gitu, Ann mau ke rumah mas Niel aja. Ajak bunda Vinny ke minimarket beli koko crunch. Jangan papa pikir Ann enggak punya uang, ya?!" balasnya dengan wajah yang dibuat sinis.
"Ngapain pake acara ajak bundanya Daniel beli makanan enggak berfaedah kamu itu? Caper banget," cibir Varendra.
"Ya harus dong, Pa! Biar Ann dengan bunda Vinny makin deket. Emang Papa enggak mau punya menantu kayak mas Niel?"
Varendra menghela nafasnya. Bagaimana bisa anaknya itu se-percaya diri itu?
"Bukan enggak mau, Papa ngaca dulu kali bisa punya menantu kayak Daniel. Anak Papa aja gimana kelakuannya," ucap Varendra yang setelahnya berlari dengan kencang ke kamarnya.
"Bokap gue gini banget sih. Ya Allah, mau un-father boleh enggak, sih?"
Beranjak dari tempatnya, Ann berjalan santai menuju kamarnya dengan niat bersiap untuk pergi ke rumah Daniel.
Perkataannya itu tak bercanda. Datang ke rumah Daniel untuk menemui Vinny dan mengajak wanita itu ke minimarket.
•••
"Ay, gue ke rumah bunda dulu, ya?"
Mendengar suara adiknya, Ayleen yang tengah fokus pada layar laptopnya itu menolehkan kepalanya.
Menatap Ann dari atas kepala hingga ujung kaki dengan tatapan menilai.
Alisnya dinaikkan sebelah, kemudian ia bertanya, "Mau kemana, lo?"
"Mau ke rumah calon suami. Bye, Ay."
Ann melambaikan tangannya, berjalan dengan gaya yang membuat Ay ingin menendangnya.
"Enggak usah malu-maluin di sana!" sorak Ay disertai kekehannya.
Gadis yang baru saja disoraki kakaknya itu berjalan dengan bersenandung kecil. Menyanyikan lagu Fever yang dibawakan boyband kesukaan Ay. Semakin didengar, semakin Ann menyukainya.
Setelah menutup pintu utama rumahnya, Ann bergerak mengambil sandal Nevada abunya.
"Ku ingin dinikahi kamu... Jadikan kau suamiku... Ku ingin kau jadi ayah, dari anak-anakku..."
Ann terkekeh dengan lagu yang dinyanyikannya. Lagu milik Aron Ashab itu sedikit ia ubah liriknya, menyesuaikan dengan kondisinya.
"Kak Ann!" seruan itu membuat dia menoleh.
Tampak 5 orang anak laki-laki yang berusia sekitar 11-12 tahun sedang berkumpul dengan memegang handphone di masing-masing tangannya.
"Halo, Septa," balasnya menanggapi panggilan anak laki-laki yang bernama Septa tadi.
"Kak Ann mau kemana, tuh?" sorak anak lain yang bernama Deva.
Ann terkekeh atas sorakan yang diberikan. Ia sudah biasa seperti ini. Ini bermula karena dirinya yang sering kali mengganggu anak-anak itu.
"Ke rumah calon suami," jawabnya enteng.
"KAK ANN UDAH MAU NIKAH?!"
•••
Ann kembali merapikan rambutnya setelah ia menekan tombol bel di depan pagar kediaman Daniel beserta bundanya.
Dengan menampilkan senyum lebarnya, Ann terus menatap pintu utama itu terbuka.
Matanya berbinar kala laki-laki dengan kemeja hitam itu datang mendekat hendak membuka pagar.
"Ada apa?" tanya Daniel dengan tangan yang masih memegang pagar.
Sebelum menjawab, Ann kembali membawa rambutnya ke belakang telinga. "Enggak, mau main aja."
Kening Daniel mengerut mendengar jawaban gadis dihadapannya.
"Ehh, anu mau jemput bunda. Katanya mau belanja,"
Berhadapan dengan Daniel ternyata membuat jantung Ann berdegup lebih cepat dari biasanya.
Tatapan datarnya, wajah tak berekspresi, serta arah pandangan Daniel turut membuat Ann salah tingkah sendiri. Daniel memang tak menatapnya langsung, hanya saja arah pandangan laki-laki itu yang membuatnya sedikit sungkan.
Sudah 4 hari Daniel menetap disini, dan selama itu pula Ann mulai mendekatkan diri dengan Vinny, bunda Daniel.
Ann pikir akan sulit mengakrabkan diri dengan Vinny, nyatanya ia diterima dengan senang hati wanita itu.
Ann melongo saat Daniel meninggalkannya begitu saja. Dengan mendumel pelan, gadis itu berjalan mengikuti Daniel.
"Eh, udah dateng. Duduk dulu, Ann."
Kalimat itu adalah pembuka obrolan antara gadis yang mengenakan sweater pelanginya dengan Vinny, sang pemilik rumah.
Ann tersenyum tak kalah lebar dari Vinny. Memandang wanita berhijab di hadapannya dengan kagum.
"Tunggu Abang dulu, ya?" lanjut Vinny sembari duduk di sofa ruang tengah rumahnya.
"Hah?" Ann sontak memutar kepalanya, menatap Vinny dengan heran.
Tanpa mengubah ekspresinya, Ann mengikuti kode Vinny untuk duduk di sebelah wanita itu.
Bunda Daniel itu terkekeh melihat ekspresi tercengang Ann. "Tuh, Abang udah siap. Yuk, Ann."
"MAS NIEL IKUT?!"
•••
Ya kali pangeran kita ditinggal😏
Ak undur diri bersama mas crush
Anggun udh ak ksihin ke papany😏
KAMU SEDANG MEMBACA
Andhini
Genç Kurgu================= Sering mainin cowok dengan ilmu D2BT a.k.a Deketin, Buat Baper, Tinggalin! Malah membuat seorang Andhini Vasilissa Varendra kena karma. Di tinggalin cowok se-idaman Muhammad Daniel Agnibrata! Laki-laki dengan ilmu agama yang bagu...