Masa kini,
Bandar udara Latverie de Skovie dini hari terlihat ramai akan para pria berbadan kekar yang dibaluti jas hitam layaknya seorang bodyguard. Ah, tidak, mereka memang seseorang yang berprofesi sebagai bodyguard.
Mereka seperti tengah menunggu kedatangan orang penting yang entah siapa, para pengunjung bandara pun dibuat bingung karena memang tidak ada pemberitaan sebelumnya tentang siapa yang akan tiba ataupun pergi.
Mereka semua berdiri berjejer mengelilingi area pintu kedatangan luar negeri. Hingga tidak lama kemudian sang tuan yang ditunggu kedatangannya pun muncul.
Seorang laki-laki berhoodie hitam lengkap dengan tudungnya, tak lupa juga masker hitam yang menutupi wajahnya melangkah dengan pasti ke arah pintu kedatangan yang tadi dijaga ketat oleh para bodyguard.
Dia adalah Arjean D'angelo, putra bungsu dari Presiden Latveria yang tengah menjabat pada periode saat ini.
Saat melihat eksistensi tuannya, para bodyguard itupun dengan segera mengelilingi tuannya agar terhindar dari ancaman sekitar.
Tiba-tiba saja blitz kamera yang entah dari mana asalnya ramai menyerbu rombongan, para bodyguard dengan cekatan melindungi tuannya dari para reporter.
Disisi lain,
Terlihat seorang gadis bertubuh jenjang tengah melangkah santai menyusuri area bandara seraya menggeret dua koper besar berisi barang bawaannya.
Tak ada satu orangpun yang menyadari eksistensinya, karena semua orang saat ini memusatkan perhatiannya hanya pada putra presiden di pintu kedatangan sana.
"Oh, Arjean yang malang. Haruskah aku berterimakasih padanya karena dengan sukarela mau menggantikan ku untuk menjadi pusat perhatian?" batin Kèilyn.
Ya, gadis itu adalah Kèilyn Kavinsky. Ia baru saja landing, bersamaan dengan Arjean, keduanya berada di satu penerbangan.
Tak hanya itu, keduanya juga berteman baik. Dan tadi, sebelum memutuskan untuk melangkah keluar dari area private, keduanya sempat berbincang ringan seputar siapa yang akan menjadi pusat perhatian dan siapa yang akan terbebas dari pusat perhatian.
Naasnya keberuntungan tak berpihak pada Arjean karena orang tuanya, lebih tepatnya Ayahnya, telah mengirimkan rombongan bodyguard untuk menjemputnya.
"Brother." seru Kèilyn saat netranya menangkap eksistensi sang Kakak.
"Hey, Babysist." balas sang Kakak seraya membawa badan ramping Kèilyn kedalam dekapan hangatnya.
"Maaf karena tidak bisa menjemputmu secara langsung, Babysist." sesal Lorenzo Kavinsky kepada sang adik.
Kèilyn menggeleng cepat, "Tak apa, sungguh. Lagipula ini kan masi masa cuti mu, wajar saja kalau tak ada jadwal penerbangan, kan?" Benar, Lorenzo merupakan seorang pilot maskapai penerbangan asing yang saat ini tengah mengambil jatah cutinya.
Lorenzo tersenyum tipis seraya mengusap lembut surai sang adik, "Ayo pulang. Ayah dan Haje menunggu mu di Mansion."
━─━───༺༻───━─━
Jericho tersadar dari tidurnya, peluh keringat membasahi sekujur tubuh. Dalam hitungan detik tak terhitung sudah berapa kali ia menarik dan membuang nafas secara terburu-buru.
Tanpa ia sadari air matanya merembes membasahi pipi, hatinya terasa begitu sakit setiap kali mimpi itu datang menghampiri alam bawah sadarnya.
Mimpi buruk yang hampir tiap malam selalu menghantui tidurnya, mimpi yang selalu berhasil membuatnya dilingkupi rasa bersalah juga penyesalan tak berujung.
Semua berawal dari kecelakaan itu, kecelakaan maut yang berhasil merenggut nyawa orang terkasihnya untuk selama-lamanya. Gadis yang berhasil mengambil alih hati juga dunianya itu pergi begitu saja tanpa mengucapkan selamat tinggal.
Tangannya bergerak cepat meraih vas foto yang terpajang diatas nakas, foto tersebut berisikan dua orang berbeda jenis kelamin yang sama-sama menggunakan seragam sekolah. Berpose layaknya tengah melangsungkan perpisahan dengan seragam yang telah dipenuhi oleh berbagai macam coretan.
"Lie,.." lirihnya seraya mengusap lembut wajah sang hawa yang berhasil diabadikan kamera dalam bentuk foto beberapa tahun silam.
"Saya rindu." sambungnya pelan.
Jericho menarik nafas secara perlahan, berharap sesak di rongga dadanya kembali normal. "Kamu tau Lie? Saya tidak pernah percaya dan membenarkan pemikiran orang-orang diluar sana yang mengatakan bahwa cinta pertama itu tidak akan pernah berhasil, sebelum saya sendiri mengalaminya."
Jericho menelan ludahnya susah payah sebelum kembali berucap, "Namun, saya percaya sekarang karena saya kehilangan kamu untuk selama-lamanya. Bahkan, saya belum sempat mengutarakan perasaan saya dan kamu dengan lancangnya meninggalkan saya tanpa berpamitan." tanpa bisa ditahan, air mata kembali membasahi pipi sang adam.
"Lie,.. saya takut,.. saya takut tidak bisa mengikhlaskan mu." Jericho tertunduk lemas, air matanya mengalir deras bak air sungai tanpa bisa dicegah sang empu. Ia, Jericho McCalister, malam ini menangis sejadi-jadinya tanpa diketahui oleh seorang pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
End of Beginning
Teen Fiction-------------------- "𝐈 𝐥𝐨𝐯𝐞 𝐲𝐨𝐮, 𝐉." "𝐈 𝐤𝐧𝐨𝐰, 𝐊è𝐢𝐥." "𝐊𝐚𝐥𝐨 𝐚𝐤𝐮 𝐛𝐢𝐥𝐚𝐧𝐠 𝐈 𝐥𝐨𝐯𝐞 𝐲𝐨𝐮 𝐢𝐭𝐮 𝐛𝐚𝐥𝐚𝐬𝐧𝐲𝐚 𝐈 𝐥𝐨𝐯𝐞 𝐲𝐨𝐮 𝐭𝐨𝐨, 𝐉. 𝐁𝐮𝐤𝐚𝐧 𝐈 𝐤𝐧𝐨𝐰!" -------------------- 𝐊è𝐢𝐥𝐲𝐧 𝐊𝐚𝐯𝐢𝐧𝐬𝐤𝐲...