21 : Ruang Bimbingan Konseling

357 35 0
                                    

"Deeva? Kamu Deeva?"

Mendengar seseorang yang memanggil namanya, Deeva cepat-cepat menoleh, "Ehh iya Bu?"

Di sana Bu Mesti, guru bimbingan konseling di sekolahnya berdiri gelisah sambil menatap ke arahnya dengan tatapan yang sulit dimengerti.

"Kamu ikut saya ke ruang BK ya."

Tanpa bertanya apa-apa Deeva bangkit dari kursi panjang itu, berjalan meninggalkan taman sekolah yang sedari tadi mengobati rasa lelahnya. Dalam hati Deeva bertanya-tanya mengapa Bu Mesti memanggilnya, selama ini Deeva tidak pernah berurusan dengan beliau, namanya bersih dari kasus-kasus yang mambawanya ke ruang BK. Tapi hari ini? pasti sesuatu yang tidak beres telah terjadi.

Gadis itu terus mengikuti langkah Bu Mesti, hingga beberapa meter dari ruang BK, ia mendengar suara ibu-ibu yang sedang teriak-teriak sambil sesekali menyebut namanya.

Klek.

Semua orang diam menatap dirinya yang baru saja masuk.

"Oh, jadi kamu? Jadi kamu yang udah bikin anak saya celaka?!" Ibu-ibu dengan gelungan yang menyerupai sanggul itu bangkit dari kursinya, ia berjalan maju mendekati Deeva yang terbengong di dekat pintu.

"Ibu, sabar ya kita selesaikan secara baik-baik." Kata Bu Mesti menghalangi ibu-ibu itu.

"Minggir!" Sentak ibu-ibu itu mendorong Bu Mesti cukup keras.

Tidak ada yang menghentikan, karena semua orang yang ada di ruangan itu tahu, bahwa orang itu adalah salah satu donatur tetap dengan jumlah yang cukup besar di SMA Batavia. Seperti biasa uang mampu membeli apa saja di dunia ini, misalnya sikap tunduk atau patuh.

"Kamu ini yah?! Mau jadi apa kalo udah besar? Masih remaja aja udah jadi kriminal, ngga dididik sama orang tuamu, iya? Bisa-bisanya bikin anak orang celaka." Cerocos ibu-ibu itu sambil menuding-nuding Deeva. Sementara yang dituding hanya diam sambil menatapnya.

Dari gelagat bicaranya Deeva bisa menebak, ibu itu adalah ibu dari Arrasya Adeeva. Gadis cantik bak dewi yang mempunyai mulut pedas dan keberanian yang melebihi batas, buktinya gadis mungil itu berani memarahi Deeva dan yang lebih parah lagi membentak-bentak Deeva dengan kalimat-kalimat kasar.

"Muka doang dipentingin, tapi ngga ada akhlak sama sekali. Mana bawa temen-temen kamu segala lagi buat ngeroyok anak saya. Kalo sampe luka Rasya infeksi, saya ngga segan-segan bawa kamu ke meja hijau!" Katanya masih mengomeli Deeva dengan nada tinggi.

Sedang Deeva? Gadis itu hanya terdiam, membisu, sepertinya dia memang tidak berniat mengeluarkan suaranya. Deeva mungkin tahu, suaranya atau apa pun yang diucapkan oleh mulutnya tidak akan merubah apa pun. Ibu-ibu itu memang sengaja memarahinya, dan ingin terus memarahinya. Bukan ingin mendengarkan kebenaran apalagi kalimat pembelaan.

"Kenapa kamu diam aja? Hah? Ini ajaran dari ibu kamu? Iya? Atau kamu ngga pernah diajarin sopan santun sama ibu kamu? Jawab pertanyaan saya!"

Deeva hanya menghela nafasnya panjang, sekilas ia melirik orang-orang yang ada di sekelilingnya, mereka nampaknya tidak ingin memisahkan ibu-ibu itu dengan Deeva, atau mungkin mereka tidak ingin adegan marah-marah ini cepat selesai? Deeva tidak tahu. Yang jelas ekspresi mereka biasa-biasa saja, kecuali Bu Mesti.

"Apa-apaan kamu malah melototin saya! Dasar anak kurang ajar, cepat panggil ibu kamu kesini! Biar saya kasih tau dia cara didik anak yang bener! Cepet panggil ibu kamu!"

SBBS #1 | Lengkap ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang