꒰🖇꒱ 'Cause U ♡꙼̈ ࿐ ࿔

56 8 2
                                    

"Tuan Diluc. Anda mau pergi kemana?"

"Windrise."

˚*•̩̩͙✩•̩̩͙*˚*

Diluc Ragnvindr

Disclaimer:
Story- Ryou_Mars
Genshin Impact- miHoYo
Event- Halu_Project

531 words

**•̩̩͙✩•̩̩͙*˚

Setahun telah berlalu takala tanpa di sengaja ia bertemu gadis yang membuatnya tidak bisa tidur, tidak bisa berhenti memikirkanya.

Melodi yang keluar dari pita suara membuat para angin ikut menari mengikuti aluan senandung bersama helaian rambut hitam malam. Kelopak mata gadis itu terbuka, menambilkan indahnya iris mata seperti berlian.

Ia menoleh pada Diluc yang dari tadi ada di sekitar jarak pandangnya. Manik mata menyipit takala ia sunggingkan senyum malaikat. Gadis itu lenyap di bawa pergi angin Archon Anemo.

Sejak kejadian itu Diluc selalu meluangkan waktu untuk ke Windrise hanya demi gadis yang tidak ia kenal. Diluc pernah mencoba untuk mencari siluet gadis itu di Mondstadt. Tapi tidak ada yang mengenal. Dirinya memilih terus menunggu di bawa pohon yang sangat di sukai penyair bernama Venti.

Disetiap waktu ia akan tetap menunggu.

Tanpa ia sadarin langit telah menggelap, ia yang mematikan kesadar pun memilih kembali pulang. Sesampai dirumah pun belum tentu Diluc dengan nyenyak tidur di pulau kapuk. Tentu sang adam yang dingin satu ini akan bergelud dengan pikirannya.

Apa besok ia akan bertemu dengan gadis itu?

Apa besok ia berhasil mengetahui nama gadis itu?

Apa besok ia dapat menangkap gadis itu?

Seluruh pertanyaan tidak di dapatkan jawaban. Hanya bisa menunggu pagi datang. Hanya bisa menunggu Barbatos mempertemukan mereka.

×=×

Pintu gerbang Mondstadt, di waktu malam saat kelompok Venti telah kembali selepas misi Dvalin.

"Wah, aku sudah lama tidak melihatmu, [Name]."

Empu nama berbalik, memberi tatapan dingin pada organisasi lamanya. Dulu ia adalah salah satu kaki tangan Fatui yang di miliki Tsaritsa. Dia pergi dari sana tanpa ada yang mengetahui, keluar begitu saja hingga di anggap pengkhianat.

"Pulang sekarang, Signora."

Wanita itu tertawa dengan anggun. "Jika kau bisa menghentikan ku."

Mata biru berlian menunduk, [Name] merasa bersalah sendiri tanpa sebab. "Seharusnya dari awal aku menghentikan ini."

Percikan angin menyambar di kulit [Name] berubah menjadi amukan api. Pedang yang selama ini hampir tidak pernah di gengam kembali ia hunuskan.

"Tsaritsa, aku akan menghambat mu bagaimana pun caranya."

  

Tengah sibuk tangan membersihkan gelas wine, Diluc merasa getaran kecil dari sebuah pertarungan. Ia pun memilih keluar tuk mengecek, dari Tavern terlihat cukup jelas api bercahaya terang tengah mengamuk di gerbang Mondstadt.

Sesampai disana, Diluc Ragnvindr di suguhi gadis yang selama ini dikejar. Bersimpuh di bebatuan penuh dengan luka.

"Oh, kau." [Name] menyapa santai seakan tidak ada yang terjadi. Dicoba untuk berdiri, langsung  jatuh lutut takala tenaga sudah tidak bersisa.

Diluc pun mendekat, menopang tubuhmu. "Apa yang terjadi?"

"Hanya bertemu kenalan lama," Dilirik mata ruby. "Siapa nama mu?"

"Diluc."

Manik mata menyipit kala ia tersenyum. "Salam kenal Diluc, nama ku [Name]. Bisa kah kau membawaku ke Windrise?"

Diluc tak menjawab, dia angkatnya tubuh tak berdaya dalam gendongan tuan putri. Berjalan dengan tenang keluar Mondstadt. Sesampainya disana, Diluc menyenderkan punggung [Name] ke batang pohon besar. Diluc hanya berdiri di depan [Name].

"Aku sering melihatmu kemana. Siapa yang kau cari?"

"Kau. Karna kau, aku tidak bisa tidur. Karna kau, aku terus berpikir tentang mu."

"Begitu ya," Kelopak mata tertutup, bibir menyunggingkan kurva kecil. "Sayang sekali aku tak bisa bertahan."

Api membakar dirinya, berubah menjadi partikel abu yang di bawa pergi angin ke angkasa tak berujung.

"Karna kau, aku merasakan perasaan misterius ini."

×=×

Mars: Jadi gini, saya lelah. Maaf.

22 July 2021

ʬʬ. 𝙄𝙉𝙎𝙊𝙈𝙉𝙄𝘼Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang