Naruto (c) Masashi Kishimoto
Story (c) v-zrin8
Rate: T•
•
Happy Reading••
"Semuanya bermula ketika Aku berkenalan dengan seorang wanita bernama Aamber."
"Saat itu, Aku bertemu dengan Aamber dalam sebuah rapat proyek. Dia adalah pemilik perusahaan fashion ternama dan perusahaan Kita hendak bekerjasama dengannya. Aku memang tidak tertarik sama sekali karena dihatiku memang hanya Hinata yang Aku cinta.
Tiga hari sesudahnya, Ibu datang menemuiku dikantor dan berkata jika Aku harus memenangkan proyek kerjasama dengan perusahaan milik Aamber. Ibu hanya berkata untuk mengikuti semua rencananya, jika tidak Ibu akan melakukan sesuatu terhadap Hinata.
Aku sadar, dari awal Ibu tidak pernah merestui pernikahanku dengan Hinata, berbeda dengan Ayah. Bahkan pernikahan Kami hanya dilakukan dipencatatan sipil dan dihadiri Ayah saja.
Aku tidak tau jika Ibu merencanakan hal yang begitu besar, Ibu memanfaatkan rasa ketertarikan Aamber padaku untuk mempermudah jalan keberhasilan proyek. Ibu menyuruhku untuk terus mendekati Aamber dan harus menjadi kekasihnya.
Singkat cerita, Aku berhasil menjadikan Aamber sebagai kekasihku dan hal ini membuatku semakin tersakiti dan tentunya menyakiti Hinata. Ibu tidak mengizinkanku pulang ke rumah dan harus tinggal bersama Aamber, karena Aamber meminta izin pada Ibu untuk tinggal bersamaku.
Aamber tidak tau jika Aku sudah beristri, jadi Dia meminta untuk tinggal bersamanya. Ponselku disadap oleh Ibu sehingga Aku tak bisa berkutik melakukan apapun. Ketika Aku mencoba melawan, Ibu menyuruh seseorang untuk mencelakai Hinata dan saat Hinata hampir saja ditabrak oleh orang suruhan Ibu jika Aku tidak memohon untuk menghentikannya.
Aku meminta Ibu untuk memberikan uang kepada Hinata setiap bulannya, Aku tidak mau Hinata harus kesusahan terlebih Dia tengah mengandung. Aku tidak tau jika Ibu tidak pernanh memberikannya uang.
Semua hal yang Aku lakukan dengan Aamber hanya untuk tipuan semata, Aku tidak pernah menyukainya sama sekali. Akan tetapi, semua itu menjadi malapetaka ketika Hinata melihatku bermesraan dengan Aamber, Aku tak menyangka Hinata ada disana. Hendak mengejar tapi langkahku ditahan Aamber hingga akhirnya Aku kehilangan jejak Hinata."
"Kenapa Kau tidak meminta bantuan kepada Ayahmu ini, Naruto?" Minato menangis memeluk Putranya yang tidak bersalah. "Kau tidak seharusnya mengikuti perkataan Ibumu."
"Ibu menutup semua aksesku untuk menghubungi Ayah, Ibu mengawasi semua gerak-gerikku dan yang paling utama Ibu akan menjahati Hinata jika Aku tidak menurutinya." Ucap Naruto yang kembali dengan ekspresi datarnya.
"Kushina!" Teriak Minato murka. "Ibu macam apa Kau ini?!"
"Sudah, Ayah jangan memarahi Ibu. Aku yang bodoh."
"Lihat? Anak yang Kau lukai masih membelamu? Dimana hati nuranimu? Lihat semua yang sudah terjadi? Hinata dan calon cucuku tewas!"
"Sudah Minato cukup, Aku tau Aku salah. Aku sudah meminta maaf ...." Kushina menangis meraung-raung.
"Apa yang Ayah katakan?" Tanya Naruto kebingungan. "Hinata ada bersamaku Ayah, seharian kemarin Aku bersamanya." Naruto kembali dengan ingatannya.
"Kau lihat? Bahkan putra Kita ikut menjadi korbannya." Minato menangis melihat nasib putra dan menantunya yang tragis.
"Bolehkah Aku bertanya?" Ayame mencoba untuk mencari tau. "Apa yang sebenarnya terjadi pada Naruto?"
"Putraku mengalami gangguan kejiwaan, sering delusi dan halusinasi, namun terkadang Dia sadar dan menjadi dirinya kembali." Ucap Minato sembari melihat putranya. "Rasa kesedihan dan penyesalan kepada Hinata yang membuatnya jadi seperti ini. Kami sudah mencoba dengan sedala pengobatan, namun hasilnya tetap nihil."
"Mungkin surat ini bisa membantu mengurangi rasa kesedihan dan bersalah Naruto, saat itu Hinata tengah kritis dan memintaku menulis semua perkataannya yang ditujukan kepada Naruto." Ayame memberikan selembar kertas kepada Minato, lalu diberikannya kepada Naruto.
Naruto, apa kabar? Apa Kau baik-baik saja? Tentu saja baik karena Aku kemarin melihatmu bersama seorang wanita.
Apa Kau tidak merindukanku? Kau pergi kemana selama ini? Aku dan anak Kita selalu menanti kedatanganmu, Aku ingin Kau mengusap perutku dan Aku ingin Kau membelikanku takoyaki yang banyak.
Kau tau? Aku bekerja disebuah cafe demi memenuhi kebutuhanku dan anak Kita, Aku bisa menahan lapar tapi anak Kita membutuhkan nutrisi yang baik untuk perkembangannya.
Aku tidak bisa menghubungimu, Aku tak tau Aku harus mengadu kepada Siapa. Aku sempat berpikir, tak apa Aku harus mencari nafkah untuk diriku asalkan Kau kembali kepada Kami.
Aku sangat menantikan kelahiran Putra pertama Kita. Benar! Anak Kita berjenis kelamin laki-laki dengan tubuh yang sehat, Aku melakukan pemeriksaan USG ditemani Ayame, sahabatku.
Sayang sekali, sepertinya Aku tidak bisa berjuang lebih lama lagi Naruto. Tubuhku terasa sangat sakit dan mataku mulai kabur dan mengantuk. Aku juga tidak bisa berjuang dan bertahan demi putraku karena Dia terlebih dahulu meninggalkanku. Aku sudah tidak mampu menahannya lagi.
Naruto, Aku berharap Kau tidak terlarut dalam kesedihan ketika Kami meninggalkanmu. Jadikanlah semua yang terjadi sebagai pembelajaran dan hiduplah menjadi Pria yang lebih baik. Aku dan little Naruto akan terus menyayangi dan mengawasimu dari sana.
Lanjutkan hidupmu dan rubahlah dirimu menjadi Pria sejati.
Salam Sayang, Hinata.
Naruto menangis sejadinya setelah selesai membaca surat dari Hinata.
"Maaf, maafkan Aku, maaf, maaf ...." Naruto terus saja menangis dan meracau meminta maaf, Wanita yang dicintainya masih saja memperdulikannya disaat terakhirnya.
Naruto menyesali Dia tidak ada disamping Hinata disaat terakhirnya. Naruto hanya melihat jenazah Istri dan anaknya yang ditutupi kain setibanya dirumah sakit.
"Hinata!!!!!!!"
End.
Maaf ya kalau kurang memuaskan dan kurang sad dan hurt...
Chpater ini draftnya gak sengaja kehapus waktu mau hapus chap kosong, jadi harus nulis ulang 😰Semoga terhibur ya manteman...
Ambil sisi positif dari ceritaku ya..Jaga kesehatan, jangan lupa makan dan minum vitamin ya...
![](https://img.wattpad.com/cover/277272161-288-k498330.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Of You
Fiksi Penggemar"Hinata, Kau kah itu?" Pria itu begitu antusias melihat sosok yang dilihatnya, buru-buru berdiri untuk menghampiri. "Tunggu Hinata tunggu, jangan pergi!" Teriak Pria itu dan berlari berusaha mengejar. "Hinata, tolong berhenti, Aku mohon ...." Pria i...