Empat

32 4 1
                                    

Nadira memandang sedih kearah gundukan tanah yang sudah beberapa tahun dia kunjungi. Batu nisan yang bertuliskan nama seseorang itu membuat Nadira tidak bisa melupakan masa lalunya.

"Aku kangen." Ucap Nadira.

Dia mati-matian menahan air matanya agar tak jatuh, namun dia selalu gagal. Nadira merindukan bahkan sangat merindukan sosok orang yang telah berbeda dunia dengannya.

"Kamu tau,Galang sekarang udah nggak peduli ke aku."

"Dia hiks selalu buat aku nangis."

" Hiks dia langgar janji nya."

Nadira benar-benar tak bisa membendung air matanya lagi, dia rindu saat-saat bermain bersama teman masa kecilnya. Dulu dia selalu tertawa, ceria, bahkan dia juga termasuk gadis yang pandai.

"Maaf." Suara bariton dari seseorang membuat Nadira menghentikan tangisannya. Nadira tau siapa yang ada dibelakangnya, dan itu membuat nya semakin sakit hati terhadapnya.

"Ngapain lo kesini?." Tanya Nadira tanpa mengalihkan pandangannya.

Galang menggaruk tengkuknya yang tak gatal, dia juga bingung kenapa dia kesini.Hati kecilnya berbicara untuk menemui Nadira dan meminta maaf kepada sahabat semasa kecilnya itu,tapi dia cukup malu untuk mengakui nya. Galang juga tidak mungkin setega itu, apalagi tadi dia sempat bertemu Nadira di UKS bersamaan dengan dia yang sedang menjaga kekasih nya.

"G-gue mau jengukin dia lah. Dia kan juga temen gue." Ucap Galang percaya diri walau sebenarnya dia juga sedikit was-was.

"Sejak kapan dia jadi temen lo?" Ucap Nadira yang masih tak mau menatap Galang.

Galang cowok itu hanya menundukkan kepalanya sedih, dia cukup tau dan cukup paham dengan perkataan Nadira. Pertemuan terakhir nya dengan sosok yang dianggap sebagai temannya itu cukup kurang baik.

Nadira yang jengah dengan kehadiran Galang lalu berdiri dan meninggalkan Galang. Cowok itu hanya bisa menghela nafas panjang, pasti Nadira akan tambah membencinya.

"Gue harus gimana sekarang?" Gumam Galang yang sekarang berjongkok memandangi makam sang sahabat itu.

"Gue emang salah." Menyeka air mata nya yang hampir tumpah.

Sebenarnya Galang juga sering ke makam ini, cuma Nadira tak pernah melihat ketika Galang sedang berziarah ke makam sahabat nya ini. Galang selalu merasa bersalah ketika mengingat kejadian masa lalu itu.

.
.
.
.
.

" Ehh udah pulang non?" Tanya mang Jaja yang baru saja keluar dari dalam rumah Nadira.

"Iya mang, nuhun ya." Nadira langsung masuk ke dalam rumah dan  dilihatnya keadaan yang saat ini sangat sepi. Dia sudah terbiasa dengan ini, pasti kedua orangtuanya itu sibuk bekerja.

"Huftttt." Menghela nafas Nadira mendudukkan dirinya di sofa ruang tamu dan menyalakan tv.

Drrtt

Drrtt

Bunyi ponsel mengalihkan mata Nadira yang tadinya fokus dengan tv.

"Siapa sih anjir." Dilihatnya nama Sandra yang menelepon nya.

"Apa."

"......."

" Udah ini baru aja nyampe."

"......."

''Jam berapa?"

"......"

"Oke deh lo jemput gua aja."

NADIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang