UNTEND-004

36 25 6
                                    

Jangan lupa vote
dan jugaa komen yaa.
Selamat membaca🤗.





Hari mulai gelap, tetapi masih dengan langit yang sedikit berwarna oren.

Aku berjalan pulang sendirian. Hari ini tidak kemakam papa dan mama, karna aku begitu lelah. Bahkan sepedaku masih bersantai di rumah, dan aku belum juga makan.

"Jadi ngerasa bersalah sama papa mama" aku sedih karna tidak bisa berkunjung, tapi aku janji besok akan datang.

Saat aku fokus untuk berjalan, aku mendengar derap langkah kaki dari belakang sana. Seperti ada yang mengikutiku. Saat aku mempercepat langkah kakiku, seseorang yang berada di belakangku juga ikut mempercepat langkahnya.

Aku berlari kencang, tetapi seseorang yang ada di belakang sana seperti lebih cepat dari pada aku.

Sampai aku membalikkan badan dan berhenti. "JANGAN MENGIKUTIKU!. AKU TIDAK PUNYA APA-APA!!. AKU HANYA GADIS YANG MALANG!! JANGAN SAKITI AKU" aku berteriak sambil menangis, aku sangat takut sekarang.

Bahkan aku menggenggam erat-erat tanganku, menekan jari telunjukku dengan kuku jempolku yang sedikit panjang. Jantungku berdetak kencang, air mata yang terus mengalir dari mataku, nafas yang memburu sedari tadi tidak berhenti.

"Kumohon" pintaku lirih padanya.

Sampai seseorang itu memegang kedua pundakku. "Hei. Ara, ini aku Jeno" ujarnya menenangkanku.

Aku mencoba membuka mata, masih dengan isakanku. "Kak Jeno.." ujarku lirih. "Ngapain sih begitu! Hiks" kesalku padanya.

"Aku tadi mau ngajak bareng, tapi kamu buru-buru"

"Gimana gak buru-buru! Orang kakak kayak penculik! Mana ikut lari!"

"Maaf. Jangan nangis" Kak Jeno pengusap air mataku sambil terkekeh pelan.

Aku mulai tenang, merasa aman karna ternyata itu Kak Jeno. "Udah makan?" Tanyanya. Aku hanya menggeleng pelan sembari berjalan di sebelahnya.

"Mau ke supermarket?" Tawarnya lagi padaku. Dan aku hanya menggeleng. "Udah ih jangan nangis, nanti jelek" ledeknya sambil mengusap ujung kepalaku.

"Kan emang jelek" jawabku sambil sesegukkan. "Enggak. Kamu cantik kok" entah itu pujian atau apa, aku tidak tau.

Aku masih kaget dengan kejadian tadi. Sudah lama tidak bertemu dengannya, tapi tiba-tiba Kak Jeno muncul entah dari mana sampai membuatku ketakutan.

"Coba liat tangannya" pinta Kak Jeno yang melihat tanganku bergetar sedari tadi. Aku enggan untuk memberikannya, tetapi ia mengambilnya dan melihat telapak tanganku.

"Berdarah. Jari telunjukmu berdarah ra" ujarnya khawatir. "Tunggu disini dulu" ia menyuruhku untuk menunggu di meja depan supermarket.

Tak tunggu lama Kak Jeno datang, membawa plester berwarna kuning. "Kenapa kuning?" Tanyaku penasaran. "Gak tau, asal ambil aja" jawabnya enteng.

"Nah. Udah"

"Ayok pulang aja kak. Kakak mau ngerjain tugas lagi?" Tanyaku padanya.

"Enggak. Kamu gak mau makan? Aku bayarin deh" tawarnya.

"Ih apaan, enggak ah. Ayo pulang aja, udah malem" ajakku berdiri lalu berjalan terlebih dahulu, dan di susul oleh kak Jeno di sebelahku.

***

"Capek, pengen tidur. Tapi laper" rengekku bermonolog. Aku hanya menghela nafas, terlentang di karpet depan televisi. Sebenarnya ada sofa, walaupun tidak mahal. Tapi saat lelah begini seperti lebih enak jika terlentang di bawah.

 Until The End || Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang