Jangan lupa vote
dan jugaa komen yaa.
Selamat membaca🤗.•
•
•Unknow
"Udah bangun?"
"Lagi dimana?"Pada saat aku sedang duduk di halte, ponselku bergetar, bertanda jika ada yang mengirimiku pesan. Tapi aku hanya melihatnya tanpa ada keinginan untuk membalas, karna aku tidak tahu itu siapa.
"Astaga, masih ada hari gini orang salah nomor" ujarku bermonolog, dan hanya mengedikkan bahu lalu menyimpan ponselku kembali.
Aku baru selesai dari makam orangtua ku. Hari ini sudah sore, awan yang biasanya putih bersih dengan langit yang biru kini bercampur dengan awan abu-abu.
Cuaca hari ini sedikit mendung, mungkin akan hujan. Aku berada di halte bukan karna ingin naik bus, taxi, atau yang lain. Aku lelah, jadi aku memutuskan untuk duduk sebentar di sini.
Seorang Ibu yang sedang menggandeng anaknya mulai bergabung denganku, mereka sedang menunggu bus.
"Bu, lihatlah bonekanya. Huwa! Huwa!" Ujar anak perempuan itu yang mengajak ibunya untuk bermain.
Ibunya hanya tertawa, tawa seorang ibu yang bahagia melihat anaknya gembira. "Ibu harus takut, jika tidak, boneka ini akan memakan ibu. Huwakh!" Gadis kecil itu menyodorkan boneka yang ia bawa ke arah ibunya.
"Aaaa! Maaf kan aku, aku akan membuatkan roti kura-kura untuk Hana nanti" ibunya berekting, menunjukkan jika ia ketakutan.
Ooh, namanya Hana. Batinku tersenyum
"Ah! Benarkah bu? Aku ingin kura-kura merah muda" gadis itu sangat ceria seketika. "Mana ada kura-kura merah muda" ibunya membelai pelan punggung kepala anaknya, merapikan anak rambut yang sedikit berantakan.
"Ada jika ibu ku yang membuat" gadis itu tersenyum, lalu memeluk ibunya yang juga mendapat balasan.
"Baiklah-baiklah, ibu akan buatkan yang merah muda"
Aku hanya tersenyum kecut. Melihat kedekatan seorang anak dengan ibunya. Bahkan untuk memegang jari telunjuk Mama saja aku tidak pernah.
Tapi kata Papa, dulu aku pernah di letakkan di atas tubuh Mama saat ia sudah tidak bernafas. Jika dulu pemikiran seorang bayi mungkin itu wajar, dan hal yang bahagia. Tapi saat besar, saat berada di masa sekarang, itu luka bagiku.
Tidak bisa mengingat dan merasakan, betapa nyamannya berada di dekat seorang Ibu.
Seseorang yang melahirkan kita tanpa memikirkan nyawanya, seorang Ibu yang bertaruh nyawa hanya karna ia ingin anaknya tumbuh menjadi seseorang yang hebat.
Bukankah itu kepercayaan? Ia mempercayai kita, maka dari itu ia melahirkan anaknya. Maka jangan sia-siakan kepercayaannya.
"Ayo nak?" Ajak ibu itu kepada ku.
"Eh? Saya tidak naik bus bu" ujarku tersenyum kikuk.
"Aah~, ibu kira kamu naik bus. Kalau begitu saya duluan ya" ujarnya. Aku hanya tersenyum dan mengangguk pelan.
"Dada kakak cantik, aku duluan" gadis itu juga ikut menyapaku, melambaikan tangannya yang mungil dengan senyum di bibirnya. Aku juga membalas lambaian tangannya.
Lalu bus itu mulai pergi.
Aku melanjutkan perjalananku untuk pulang. Mungkin sekitar 30 menit?.
***
"Kemana ni?" Tanya Ryujin pada dua sahabatnya ini. "Ke Basement kan?" Lanjutnya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Until The End || Lee Jeno
Fiksi Remaja[ON GOING] Cerita ini 'Up jika ingin'🛐 __________________________________ "Kak, jadi jemput nggak?" 17 Juni 2021 Highest Rank #2 jungara [12-10-2021] Abaikan waktu dan tempat. Karna saya pelupa🙂