Kami

7.4K 654 14
                                    

Di ruang keluarga terlihat Jeno sedang fokus mengisi pekerjaan rumahnya, terlihat damai dan begitu santai, anak berumur 15 tahun itu sibuk membolak balik buku pelajarannya, namun kesenyapan belajarnya harus kacau kala sang kakak datang.

Sorot mata kedua obsidian tajam itu menatap tak suka pada seseorang yang berdiri di sisi meja tempatnya belajar, Mark membalas tatapan adiknya dengan lembut.

Entahlah mengapa Jeno begitu dingin padanya, Mark tidak pernah mengerti apa yang ada di hati Jeno, kenapa Jeno terlalu keras.

Mark duduk di samping Jeno, mengintip apa yang sedang di kerjakan Jeno, Jeno menggeser buku tulisnya dan menutup dengan sebelah tangan agar Mark tidak bisa melihatnya, anak itu bergumam tak suka saat Mark malah semakin mengikis jarak dengannya padahal jelas jelas dia tidak ingin ada Mark di sampingnya.

Mark mengurucutkan bibir ketika Jeno malah menutupi tulisan yang ingin dia lihat.

"Kau sedang mengerjakan pr ya".

"Hm"respon Jeno, lalu kembali fokus tidak begitu mempedulikan eksitensi Mark yang berada di sampingnya, dia menghiraukan Mark seolah lelaki yang lebih dewasa tidak ada disini.

Masih mencoba untuk membuka topik, Mark mengambil bolpoin Jeno, lelaki itu menatap bolpoin dengan tinta yang tinggal setengah.

"Beli bolpoinnya dimana?aku juga mau?"tanya Mark, exicted.

Jeno tak menjawab masih sibuk mengisi soal, lagi pula untuk apa menjawab hal yang tidak penting.

"Jevano jawab aku, kenapa diam saja".

"Lebih menarik pr ya di banding aku".

Jeno berhenti menulis sebentar saat Mark berkata seperti itu, namun lelaki muda itu menghela nafas panjang dan kembali menulis lagi, jangan sampai dia terpancing oleh obrolan random Mark.

"Memangnya tidak ada yang sulit? Kau bisa bertanya pada kakak"ujar Mark menawarkan diri untuk membantu sang adik jika kesulitan.

Mendengar ucapan itu terlontar membuat Jeno tersenyum geli,"aku ini pintar tidak bodoh"jawabnya.

Bagaimana bisa dia yang selalu mendapat rangking satu di sekolah, juara umum, dan juara olimpiade akan mengalami kesulitan untuk mengisi tugas sekolah semudah ini, bahkan Mark saja mungkin akan pusing melihat tugas sekolahnya dan lelaki mungil itu sok menawarkan diri untuk memintanya bertanya tentang soalan ini.

Cih yang benar saja.

Mark mengumam pelan ya adiknya ini pintar, Mark mengakuinya melihat medali dan piala yang tertata apik di dalam lemari kaca besar yang terletak di ruang tamu, bahkan jika tamu yang datang kesini pasti akan salah fokus dengan banyaknya medali dan piala yang tingginya berbeda beda.

"Aku tau kau pintar, tapi sedikit basa basi kan bisa vano, kau meremehkan aku"telaknya mencoba untuk merajuk siapa tau Jeno mau mengalihkan atensinya, namun Mark mendengus keras dan gemas menarik baju Jeno.

"Menyebalkan!"dengusnya, lalu merebahkan diri di samping tubuh Jeno,meletakkan kedua tangannya diatas perut sambil memandang langit langit atap.

Diam diam Jeno melirik kakaknya yang sepertinya sudah lelah untuk menganggu, baguslah jadi Jeno tak perlu banyak merespon ucapan tak guna dari Mark.

"Jevano bagaimana pendapatmu, kalau aku mengajak jalan seorang lelaki manis?".

Jeno terdiam meletakkan pensilnya di meja, alisnya bertaut bingung dengan maksud sang kakak, apa Mark mulai jatuh cinta.

Jeno tiba tiba dibuat penasaran dengan lelaki manis yang di maksud Mark, apa ada angkatan Mark yang mampu menarik perhatian Mark, lelaki muda itu menatap kakanya sungguh sungguh.

"Maksudmu?"

"Iya, aku ingin mencoba mengajak Haren jalan, kau tau Haren kan dia seangkatan denganmu"

Mendengar nama Haren, Jeno teringat dengan bocah Tan yang dulu menantangnya bertanding basket, bocah sialan yang menangis ketika Jeno mampu mengalahkannya, rasanya Jeno ingin mengejek bocah songong itu karna berani beraninya menantang untuk duel bola basket, tidak tau saja skill bermain basket Jeno sudah di tahap hampir sempurna ini semua berkat daddynya, daddynya benar benar menurunkan apapun yang pantas di kuasai oleh Jeno.

Jeno tertawa dalam hati, jadi Mark menyukai bocah setan itu, Haechan adalah pembuat onar dan pembuat masalah, di balik wajah manisnya Haechan benar benar seperti iblis.

Jeno tidak suka dengan anak banyak gaya seperti itu, Jeno adalah tipikal lelaki yang tenang, tidak perduli, dan hanya ingin kesunyian.

"Aku tidak peduli, kalau kau mau jalan, jalan saja. Aku harus banyak belajar"ucap Jeno, lalu mengabaikan Mark kembali, baru saja ingin menceritakan banyak hal pada Jeno ketika lelaki itu mau meresponnya, namun mendengar kalimat menusuk dari sang adik membuat mood Mark turun dan lebih baik diam di banding Jeno malah semakin marah padanya.

•••

Maap lama update

I Love My Brother [NoMark]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang