heart

6.4K 658 54
                                    



•••

Jeno sudah bersiap dengan pakaian olahraganya, hari ini weekend dan kemarin saat di sekolah Jeno telah membuat janji dengan Jaemin untuk datang ke lapangan basket outdoor di dekat taman komplek, keduanya akan melakukan olahraga bersama atau lebih tepatnya Jeno akan mengajari Jaemin yang ingin bisa bermain basket walaupun anak itu selalu saja berjongkok lalu berteriak menutupi kepalanya dengan telapak tangan ketika bola orange tersebut memantul kearahnya.

Lalu bola tersebut di biarkan menggelinding tidak tentu arah sampai Jeno menghela nafas dan berlari mengambil bola tersebut.

Ketika Jeno tengah sibuk memasukkan botol minumnya kedalam tas kecil yang dia bawa, pintu kamar pria muda yang tidak terkunci itu dibuka oleh Mark, anak itu mengintip menyembulkan kepalanya di celah pintu yang terbuka sedikit, Mark tersenyum melihat Jeno sepertinya akan pergi ke suatu tempat.

"Psst, Jevano" panggil Mark berbisik.

Namun Jeno tidak mendengarkan bisikan sang kakak yang kelewat pelan, Mark berdecak lalu benar benar membuka seluruh pintu kamar milik adiknya, Mark berjalan mendekati Jeno yang sudah rapi dan harum.

Ini weekend, dan masih terlalu pagi juga untuk seseorang bangun dan berpakaian rapi seperti ini, lagi pula Jeno ingin kemana, Mark benar benar penasaran akan kemana adiknya ini pergi.

"Jev, kau ingin kemana?" tanya Mark melirik barang barang di dalam bag kecil Jeno.

Jeno yang tidak menyadari kehadiran  kakaknya sedari tadi sedikit tersentak, pria muda itu melirik sebentar kearah Mark yang tampak begitu memperhatikan bagnya.

"bisa kau masuk dengan sopan santun, ke dalam kamar seseorang tanpa mengendap endap" ujar Jeno, sembari meletakkan tasnya di pundak kanan, menatap serius yang lebih tua namun sayangnya tingginya menyusut dibanding Jeno.

sepertinya sebagian adik adik di dunia ini lebih tinggi di banding kakaknya, dan Mark sedikit iri dengan itu, bertubuh pendek dan memiliki peach yang lumayan berisi menurutnya itu aneh untuk seukuran seorang lelaki, mungkin para siswi siswi disana akan mengatakan ke iriannya melihat butt-nya yang begitu berisi.

Mark mendongak, tubuh Jeno sudah tinggi di tambah sepatu basket itu Mark jadi jengkel melihatnya.

"aku tidak mengendap endap, aku sudah memanggil mu tadi, tapi kau tidak dengar" ujar Mark dengan hidung sedikit mengerut.

Jeno menghela nafas tidak perlu menambah panjang urusan, dia hampir terlambat untuk pergi "katakan"

"tadi aku bertanya kau ingin kemana, tapi kau belum menjawab" balas Mark mengulang kembali kalimatnya yang belum di balas oleh Jeno.

"Lapangan basket" jawab Jeno.

Mark mengerjap sebentar sebelum lelaki itu tampak melonjak senang "aku mau ikut, boleh ya? boleh kan".

"tidak".

Pundak Mark turun mendengar balasan Jeno "aku bosan di rumah, aku ingin bersamamu, mommy dan daddy juga sedang berdua di kamar, aku mau ikuttt dengan Jevano saja, please" pinta Mark sedikit memaksa karna dia ingin juga bermain basket dengan Jeno sudah lama tidak bermain dengan adiknya ini walaupun bukan bola basket melainkan bola sepak.

"lalu aku peduli?".

Mark terdiam menatap Jeno "aku kakakmu jadi kau harus peduli, begitu juga aku yang peduli padamu".

bukannya menjawab Jeno malah terkekeh dan tersenyum miring, siratan matanya mencemooh raut menyedihkan Mark.

"Kau akan pergi dengan Nana?" tanya Mark lagi.

"hm".

"Yasudah ajak aku juga, Nana saja kau ajak kenapa aku tidak".

"karna Nana bukanlah dirimu dan kau bukanlah Nana, jadi jangan membuang waktu ku, aku harus pergi dan aku tidak akan pernah membawamu ikut kesana".

Si agustus kebingungan mendengar kalimat Jeno.

"Jev, kenapa aku tidak boleh ikut denganmu, apa salahku kenapa kau menjauhi aku" tanya Mark lirih.

"karna kau lemah, kalau aku mengajakmu bermain basket kau akan membuat susah, kau itu lemah dan aku tidak suka!" tegas Jeno, lalu pria muda itu benar benar meninggalkan Mark sendirian di dalam kamar,  Jeno pergi tanpa mengajak Mark padahal Mark sangat ingin ikut diajak bermain dengan Jeno, seiring diri mereka dewasa hubungan keduanya merenggang.

semenjak peristiwa ketika Jeno sedikit melecehkan Mark, anak itu selalu melirik kearah Mark ketika makan malam lalu selalu datang setiap larut malam hanya untuk mengecup pipi Mark, namun Mark terbangun dan memergoki Jeno yang tengah menghirupi aroma tubuhnya, sejak saat itu Jeno menjauhinya, padahal Mark hanya terkejut, dan tentang hal itu tidak Mark adukan kepada orangtuanya karna menurutnya Jeno mungkin ingin lebih di perhatikan dan Jeno ingin di mengerti lebih, Mark bukan kakak yang bisa mengimbangi setiap aktifitas adiknya.

Jeno terlalu aktif melakukan apapun ketimbang Mark yang sedikit tidak menyukai olahraga fisik jadi ketika Jeno mengajaknya berolahraga Mark selalu mengatakan bahwa dia tidak bisa karna olahraga Jeno sangat berat.

Mark termenung di tempat, lalu beralih duduk di kasur Jeno, mengusap sprei berwarna hitam tersebut dengan aroma maskulin yang menguar, pengharum musk yang tersebar di ruangan ini membuat Mark nyaman namun di satu sisi dia merasakan sedikit tidak enak hati.

Nana ya, kenapa nana selalu di prioritaskan, memangnya Nana siapanya Jevano, apa Jevano lupa ucapan daddy dan mommy , kalau adik dan kakak itu harus saling membantu dan membutuhkan batin Mark.

•••

bukannya pergi ke lapangan basket, Jeno malah berjalan pergi menuju tanah kosong pemuda itu membanting tasnya ke tanah dengan wajah kusut.

tanah kosong tanpa penghuni, Jeno bisa melepaskan semua bebannya, atau lebih tepatnya beban hatinya yang terguncang.

Pria itu menjambak rambutnya sendiri dan berteriak sekencang mungkin, Jeno mendongak menatap langit yang mendung seolah langit tengah menggambarkan perasaanya sekarang.

Jeno menjatuhkan dirinya ke tanah lalu mengusap wajahnya kasar, kedua matanya memerah menahan luncuran air mata yang tidak terbendung.

Pertahanan pemuda tampan itu akhirnya runtuh, Jeno mengusap matanya "maafkan aku, maafkan aku" ujarnya berulang kali, menepuk dadanya yang sesak.

"maafkan aku tuhan, maafkan aku karna aku mencintai kakakku sendiri, aku tidak bisa menahan perasaan ini, ini sangat menyakitkan!" ucapnya parau di ikuti dengan buliran bening yang meluncur turun di pipinya.

p

erasaan 5 tahun yang Jeno tahan namun hancur dalam sekejap mata, karna sosok itu selalu berada disekitarnya mengusik Jeno dengan tingkah tingkahnya, ingin sekali Jeno merengkuhnya kuat mengatakan pada lelaki itu bahwa dia hanyalah miliknya, Jeno mencintainya lebih dari apapun.

Pemuda bodoh ini menyukai kakaknya sendiri, Jeno tau jika mereka tidak sedarah, namun siapa dulu yang meminta seorang kakak untuk menemaninya bermain, Jeno meminta seorang kakak agar ada yang bisa dia ajak bermain bersama bukannya malah menjalin cinta, rasanya akan sangat salah.

•••

g tau

I Love My Brother [NoMark]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang