ngapain anying nyenggol nyenggol kapal gue, oh takut kalah saing ya banh wkwkwk
•••
mata tajam itu menatap sosok Mark yang terisak, Jeno masih setia menatapnya dengan dada naik turun, sembari mengusap bibirnya.
suasana hening menyergap, Jeno menggepalkan kedua tangannya, dan mengeraskan rahang.
membuang nafas kasar lalu mengusap wajahnya.
Jeno sadar dengan apa yang ia buat sekarang, tak ingin menjadi bejat namun dia menyakiti kakaknya sendiri.
"apa kau sudah membenciku sekarang?" tanya Jeno dengan nada dingin.
"kau sudah tau apa yang ku maksud, jangan dekat denganku agar kau tidak menyesal"
"sekarang kita bisa menjauh".
"aku menyukaimu, tapi seharusnya tidak boleh, tapi apa yang bisa aku lakukan, terserah kau ingin pergi atau bagaimana sekarang, asalkan aku dan dirimu tidak terlibat dalam suatu masalah" Jeno banyak berbicara sekarang, mengatakan apa yang terjadi pada dirinya sehingga harus menjauhi Mark.
Mark hanya diam saja menahan isakan tangisnya, yang tak kunjung berhenti air matanya terus meluncur turun tanpa izin, terlihat lemah, memang.
Jeno menghela nafas, lalu merubah posisi duduknya lurus ke depan sembari menyandarkan punggung pada tempat duduk, memejamkan matanya mencoba untuk merasakan ke tenangan di dalam sini, walau itu semua mustahil, Mark yang menangis di sampingnya membuat ia terganggu, bukan terganggu dalam artian Jeno merasa Mark adalah sebuah kerusuhan, namun pria muda itu tidak tega membiarkan Mark menangis seperti itu.
mengusap wajahnya yang basah, Mark menatap Jeno dengan mata bulatnya yang meredup.
kilau cantik kedua mata itu seakan hampir habis, dan akan mati. Mark menghembuskan nafas pelan, memainkan seragamnya dengan canggung.
mencoba menggumpulkan tenaga untuk berbicara walau dia yakin pasti suaranya akan bergetar dan serak.
"jika aku memberikan diriku untukmu, apa kau akan tetap membenciku Jeno?" lirihnya.
pria april yang mencoba untuk menutup matanya, terbangun. Jeno membuka kedua kelopak matanya, manik kelam itu seakan menajam, Jeno menoleh pada Mark dan menatap Mark dengan raut wajah kebingungan.
mereka hanya diam saling bertatapan, Mark menatapnya dengan wajah pias penuh harap sementara Jeno di landa ketidak percayaan dengan apa yang Mark katakan.
sebegitu mencintainya Jeno pada sang kakak, Jeno sama sekali tidak pernah berfikiran untuk merusak Mark, namun Jeno benar benar linglung seketika mendengar ucapan itu terlontar begitu saja dari bibir plum tersebut.
entah itu karna Mark memang menerimanya, atau terpaksa demi kelangsungan hubungan baik antara kakak dan adik.
"don't i look like a bitch? Jeno"
*bukankah aku terlihat seperti jalang
alis tebal Jeno menyatu.
"apa yang kau katakan sialan" potong Jeno.
"tak apa, aku hanya lelaki biasa yang di angkat oleh keluarga kaya raya, harga diriku tak sebanding dengan harta kekayaan keluargamu, lelaki sepertiku hanya sampah terlihat murah dan tak berharga"
"semua orang bisa mencobanya, menjual bahkan mencicipi tubuh ini secara cuma cuma setelah di rusak, tugasku hanya mematuhi dan menurut"
"aku tak bisa menolakmu, lakukan padaku, asalkan jangan membenciku, aku menyayngimu layaknya adik kandungku sendiri" cicit Mark, dengan tangan yang meremas seragamnya dia tidak yakin dengan apa yang ia bicarakan.
Mark tak ingin, namun keadaan memaksanya, Mark terlanjur menyayangi Jeno seperti adiknya sendiri, Jeno lelaki baik dia tampan dan kuat, apalagi sifatnya yang berani dan keras kepala, terkadang Mark ingin mendengar Jeno berkeluh kesah tentang pelajaran atau pun hal yang sama sekali belum Jeno kuasai.
namun tidak seperti apa yang dia pikirkan Jeno mampu melakukannya semua, seolah pria itu di ciptakan dengan banyak sekali kemampuan, Jeno adalah definisi seseorang yang hampir menyentuh kalimat sempurna.
Jeno mengeraskan rahangnya, mengalihkan tatapan sembari menyugar rambutnya kebelakang dan sedikit menjambak surai legam itu.
"jangan berlaku gila" tegas Jeno.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love My Brother [NoMark]
Fanfiction[JENO X MARK] Mature content⚠ BxB⚠ Jeno dom! Mark bott!