Monggo . . .
Enak kan di gantung, makanya jangan pelit vote😒
•••
"Jevano . . . JEV! tunggu!"
Mark berlari, mengejar adiknya yang kini memasuki taxi, dia kalah cepat berlari dengan Jeno, fisik adiknya benar benar kuat bahkan Jeno melangkah sangat lebar, padahal seharusnya Mark dan Jeno berada dalam satu mobil, tapi Jeno pergi begitu saja tanpa bilang apa apa, jika dia akan pergi naik taxi.
tapi sayangnya Mark mengetahui jika Jeno keluar diam diam untuk kabur alhasil Mark mengejar Jeno, yang semakin berlari cepat bahkan sampai mendorong tubuh penjaga di depan gerbang karna akan menghalangi jalannya.
Mark mengatur nafasnya, melihat taxi yang Jeno tumpangi sudah melaju menjauh, jika seperti ini Mark tidak mungkin bisa mengejar Jeno, lelaki yang lebih tua melihat ke kanan ke kiri tidak jauh beberapa meter ada sebuah Taxi yang melaju kearahnya, tangan Mark terulur meminta taxi itu berhenti, saat mobil tersebut berhenti tepat di depannya, Mark segera masuk kedalam kendaraan roda empat tersebut dan menyuru supir untuk cepat menancap gas.
"Jevano, kenapa sih, kenapa dia selalu ninggalin aku" monolog Mark, menatap kearah depan, percuma saja sudah jauh yang dia kejar.
•••
di sekolah, Mark berdiri di samping kelas seseorang, lelaki itu tersenyum kecil ketika seorang lelaki cerewet banyak tingkah keluar dari kelas tersebut bersamaan dengan teman temannya yang lain.
Mark menarik tangannya, sehingga anak berkulit tan eksotis yang mempesona itu tersenyum malu malu, Mark mengangkat kotak bekal yang di siapkan oleh ibunya memperlihatkan pada Haechan.
"Haren, kau mau mencicipi bekal buatan mommy ku tidak, ayo kita ke kantin" ucap Mark, mengajak Haechan untuk ke kantin bersama menikmati bekal makanan yang dia bawa.
Tanpa aba aba Haechan menarik Mark berlari menuju kantin "tentu saja aku mau!".
Mereka berdua berlari bersama saling bergandengan tangan, sampai di kantin Mark dan Haechan segera mencari meja kosong, meja yang berada di dekat taman belakang, keduanya langsung menghampiri meja tersebut dan duduk di kursi yang tersedia.
Mark meletakkan bekal makanannya di meja, lalu membuka tutupnya, menghidangkan sebuah cake buatan ibunya yang terlihat menggiurakan, Haechan sampai tidak bisa mengalihkan pandangannya dari cake dengan taburan kacang almond dan coklat.
"Bisa kita mencicipinya?" tanya Haechan tidak sabaran, Mark mengangguk mempersilahkan Haechan untuk mencoba cake buatan mommynya.
dengan senang hati Haechan memakan cake buatan ibu dari Mark, mata bambinya tampak berbinar ketika potongan cake itu masuk semua kedalam mulutnya lalu menambahkan beberapa potongan lagi, Haechan menutup mulutnya takjub.
Mark yang melihat Haechan kesusahan menelan cake menepuk pelan punggung lelaki manis itu, sedikit terkekeh karna Haechan tidak memakan satu cake saja tapi hampir 4 buah dia masukkan semua.
"pelan pelan Haren, kau bisa tersedak nantinya" ucap Mark, lelaki itu tampak tersenyum begitu menawan, ternyata jatuh cinta rasanya semenyenangkan ini, walaupun Mark tidak tau harus seperti apa mengutarakan perasaanya pada Haechan, ini kali pertamanya Mark merasakan perasaan berbeda, nyaman mungkin ah lebih tepatnya dia benar benar menyukai Haechan.
Haechan itu unik, sedikit jahil tapi tidak apa apa, Mark menyukai Haechan apa adanya.
Haechan menyengir setelah cakenya dia telan, susah payah Haechan mengunyah akhirnya penderitaanya berakhir "amazing, besok bawa lagi ya, aku ingin" ujar Haechan tanpa malu.
"eum, tapi aku bilang pada mommy dulu pulang sekolah, agar dia sempat membuatnya nanti".
"Thank you, math kau baik sekali"
Mata bambi Mark beralih pada seorang temannya yang tengah berjalan bersama seseorang lelaki tinggi berseragam basket "Nana! untuk apa kau berjalan dengan lelaki datar itu!" teriak Haechan, lalu terkekeh.
yang di sebut namanya menoleh, bersamaan dengan pria tinggi disampingnya, keduanya sama sama menatap Haechan yang tanpa malu berteriak teriak seperti itu, sampai sampai mereka menjadi bahan tontonan.
Jaemin berdecak, melirik Jeno yang berada disisinya "kau ingin ikut aku untuk menghampirinya atau bagaimana Jev?" tanya Jaemin.
Jeno menatap Jaemin sebentar lalu pandangannya beralih pada seseorang yang duduk dengan Haechan, manik mata mereka saling bertemu namun tidak lama Jeno memutuskan kontak mata secara sepihak.
"kau tau, aku tidak menyukai sifat bocah itu, jadi lebih baik aku pergi ke ruang ganti saja" ujar Jeno.
Jaemin mengangguk "ya lebih baik menghindarinya Jev, daripada kau emosi nanti" kata Jaemin, sembari membenarkan headband yang di pakai Jeno lalu mengusap rahang tegas tersebut, tentu saja moment mereka menjadi konsumsi gratis para siswa dan siswi.
"besok ku tunggu di lapangan basket, jangan terlambat na" ucap Jeno sebelum pergi meninggalkan kantin, Jaemin tersenyum dan memukul pelan lengan Jeno "tenang saja, aku tidak pikun tau!" Jeno hanya terkekeh pelan lalu pergi begitu saja.
sementara di tempat Mark dan Haechan, lelaki agustus yang lebih tua sedari tadi fokus melihat interaksi antara Jeno dan Jaemin yang akrab, padahal saat di rumah Jeno begitu enggan diajak berbicara bahkan Jeno tersenyum untuk lelaki bersurai pink tersebut.
benar kata ibunya, senyuman Jeno itu bagaikan berlian sangat indah tetapi mahal, hanya orang orang tertentu yang bisa mendapatkannya, tapi sepertinya Mark bukanlah orang yang beruntung untuk mendapatkan senyuman dari Jeno padahal Mark sangat ingin sekali melihat Jeno tersenyum padanya.
Jaemin berjalan menghampiri Mark dan Haechan, setelah berpisah dari Jeno yang seharusnya mengajari Jaemin basket hari ini di lapangan indoor tapi sepertinya urung, Jaemin lebih memilih untuk menemui Haechan.
"Hai, math, Hai Haren"sapanya.
•••
iya tau jelek gak seru udahlah.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love My Brother [NoMark]
Fanfiction[JENO X MARK] Mature content⚠ BxB⚠ Jeno dom! Mark bott!