Tunggak jarak mrajak tunggak jati mati______________
KALA itu senja mulai melambai pada penduduk metropolis, Bersama sesak dari butiran polusi dan lalu lintas yang selalu sibuk.
" hasan pelajari apa saja bersama ibu guru hari ini? "
genggaman tangan bapak memang tidak pernah gagal menerbitkan senyum. Anaknya yang semula hanya berjalan sambil menatap tali sepatu, kini beralih pada wajah bapak yang di penuhi oleh afeksi. Hangat dan dalam.
" aku belajar arti dari sekolah ini pak, kalau besar nanti harus bisa menjadi orang yang paling banyak memiliki bekal enak. "
kening bapak lantas mengernyit, namun masih dengan santai mendengarkan kalimat-kalimat yang keluar dari mulut mungil anak semata wayangnya.
" hasan sekarang mengerti jika orang paling di sayangi selalu punya bekal dan sepatu paling bagus. karena hari ini pun begitu.. "
Tunggu. ada apa dengan arah
pembicaraan ini?".. tadi kepala hasan di pukul oleh ibu guru."
wajah bapak yang penuh binar kini meredup, manik kecoklatan nya mulai terpaku pada kening sang putra yang tertutupi oleh poni tipis. ada garis samar yang melintang. Dan pelipis anak itu sedikit membiru.
" nak. kenapa sampai bisa--"
" hasan di pukul karena engga sengaja buat tas punya raja jadi kotor. susu coklat hasan tumpah dan ibu guru marah. Maafin hasan ya pak. "
Derap langkah kaki besar milik bapak terhenti, kemudian tangan kokoh itu terulur untuk menarik anak laki-laki nya dalam pangkuan. Dan setelahnya, bapak menggendong dirinya dengan hati yang sendu. Hal paling penting saat ini adalah mereka bisa pulang dan berada di rumah.
-
-" hari ini di pukul, kemarin pipi nya sempat jadi kemerahan. Sekolah ini seperti kandang kalajengking, terlalu berbisa untuk di jadikan sebagai taman kanak-kanak. "
- to be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
GIMANA NANTI .
General Fictionberbagai karakter di uji oleh takdir. daun-daun yang bahkan belum menguning harus gugur menghantam tanah. kelopak bunga hanya bisa merindu pada harum musim semi. --- Mulai di tulis : jumat , 23 Juli 2021