Nasib memang di serahkan kepada manusia untuk digarap.
tetapi takdir harus di tanda tangani
di atas materai dan tidak boleh digugat
kalau nanti terjadi apa-apa,baik atau buruk.-Sapardi Djoko Damono-
______________________
Sekumpulan zombie entah dari mana tiba-tiba menyerang sebuah kereta dengan brutal, teriakan dan jeritan mengisi seisi gerbong . Wajah-wajah ketakutan terlihat jelas, darah dan suara pekikan mayat hidup memekakan telinga. Seorang gadis kecil memeluk kaki ayahnya dengan raut wajah cemas. Beberapa detik kemudian, pintu pembatas antar gerbong telah di terobos oleh kawanan tubuh membusuk yang bersiap mencabik manusia-manusia tersisa. Keadaan semakin memburuk, banyak yang tergigit dan terkoyak dengan mengenaskan.
Ketika ketegangan mulai memuncak
Percikan darah telah merubah seluruh dinding gerbong ini menjadi merah pekat
kemudian--
-
-' BLUP! '
televisi 43 inch itu kini layarnya berubah gelap, dimatikan oleh remote yang di genggam sang pemilik.
Malam ini begitu lagi, pemuda yang hanya mengenakan celana pendek dan kaos biru bercetak tulisan ' hello future ' itu menghabiskan waktu tidur dengan rasa bosan, tidak ada yang dapat di pikirkan. Otak nya hanya terus memutarkan kenangan lama, matanya enggan di ajak terpejam meski beberapa detik saja. Sekon berikutnya, handphone pemuda itu sedikit bergetar, ada gelembung notifikasi yang muncul pada layar kunci bergambar keroppi.
[ DIRGA : buka gerbang, mau numpang tidur.]
Senyum mengembang. Derap langkahnya cepat melewati ruang tamu untuk membuka pintu. Akhirnya setelah satu minggu panjang, sobat nya kembali dengan luka-luka yang di dapat dari tempat bernama rumah, seperti biasa.
Tetesan gerimis dan cengiran Hasan membuat laki-laki itu semakin mengerutkan wajah, keduanya kini terhalang oleh gerbang keluli berwarna coklat yang baru di poles kemarin sore.
" buruan buka, gerimis jing ! "
tangan pemuda berambut coklat Mengetuk-ngetuk pintu gerbang dengan wajah risih. sudah paham betul jika kawan satu-satunya ini begitu identik dengan watak tengil. Hampir di setiap kesempatan selalu mencari cara untuk membuat isi kepalanya mendidih.
" gitu doang ngeluh lo, LAKIK dong " cengiran dan gerakan ' geboy ' di lakukan, sedangkan di bawah gemercik, pemuda yang bajunya hampir basah oleh gerimis hanya bisa menghela napas dengan pasrah.
" mingkem! Gua lompatin aja ni pager. Lelet lu taik."
Setelah mendengar protes itu Hasan Aksama tergelak, Lantas segera menghampiri pagar dan membuka kunci agar sohib nya bisa masuk. Untuk sentuhan akhir, mulutnya sengaja monyong-monyong seperti ingin mencium Dirga yang hendak masuk ke dalam pekarangan rumah.
' Najis. udah buluk, hombreng lagi. '
Dirgantara agak bergidik ngeri, karena teraniaya oleh kelakuan absurd dan sifat nyeleneh pemuda berkulit kecoklatan itu.
Sepertinya gerimis tadi memang tidak main-main, kini guyuran hujan menjadi tirai antara rembulan dan bentala. Ingatan yang ingin di kubur dalam-dalam perlahan meluap seperti lumpur pada kubangan.
Semilir angin bercengkrama dengan kedua pemuda itu , Menyenderkan punggung pada senderan kursi kayu sambil menatap tetesan hujan yang mulai menjadikan rerumputan terbenam oleh air, kemudian hening. Tidak ada mulut yang berbicara, seolah cakap tengah berkelana di belantara. Cangkir-cangkir yang awalnya terisi penuh oleh kopi, kini habis menyisakan kekosongan.
" san, lu bahagia gak akhir-akhir ini? "
tidak ada jawaban.
Alih-alih mulai berceloteh seperti biasa, Hanan aksama malah termenung, terperosok lebih dalam pada lamunan sebab tak ada alasan untuk berkata. Bertanya-tanya pada diri, apakah bahagia itu sebenarnya? bagaimana ia merasakannya jika bagian dari dirinya kini tak sama.
Arah pembicaraan ini tiba-tiba terasa menjebak, isi kepalanya agak terasa kosong hari ini. Sepertinya tadi pagi, hasan lupa meminum sebotol semangat dan sesendok keceriaan. Ia lupa jika selama bertahun-tahun ini tugasnya hanya untuk menebar kebahagiaan bagi orang lain. Dan kini, tanpa sadar ia malah terlihat mengabaikan sebuah pertanyaan dari Dirgantara, kawannya.
" kali ini mama benar-benar memutus hubungan dengan papa, tadi pagi gua nemu berkas perceraian yang udah di tanda tangani. Dan papa juga masih belum pulang untuk nyelesain ini semua, Hasan-- " Kali ini hasan menoleh untuk melihat raut kehancuran tepat di wajah dirgantara, segalanya terlihat jelas. Karena tanpa sebab, ada sebuah memar yang ikut muncul pada sudut hatinya.
" --gua pengen mati. "
malam ini kedua nya menemukan satu sama lain dengan manik berkaca-kaca.
-
-To be Continued-
note: selamat malam untuk jiwa-jiwa yang lelah dan hampir menyerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
GIMANA NANTI .
General Fictionberbagai karakter di uji oleh takdir. daun-daun yang bahkan belum menguning harus gugur menghantam tanah. kelopak bunga hanya bisa merindu pada harum musim semi. --- Mulai di tulis : jumat , 23 Juli 2021