coretan dan poster

20 7 4
                                    


Yang fana adalah waktu.
kita abadi ;
memungut detik demi detik
merangkainya seperti bunga
sampai pada suatu hari
kita lupa untuk apa.
“tapi, yang fana adalah waktu, bukan?” tanyamu, Kita abadi.

[ Sapardi Djoko Damono ]

_______________________

BULAN Desember ketika itu dingin dan terasa kejam. kepergiannya meninggalkan parut cukup besar pada perasaan. Hasan Aksama hidup dalam masa depan dan masa lalu, ketika ia masih dapat bersandar pada bahu tegap bapak. Namun tempatnya untuk merasa aman kini sudah di rengkuh oleh keabadian, dan tinggalah dirinya bersama dunia luas penuh kebohongan.

Di tengah sejuknya udara kota Bandung. Hasan berkendara dengan si ciko, motor honda CRF150L kesayangannya. hadiah dari bapak setahun sebelum meninggal, sebetulnya hasan cukup dikejutkan oleh uang tabungan bapak yang ternyata di persiapkan untuknya. bertahun-tahun ia tumbuh melalui kehidupan sederhana dan tiba-tiba saja setelah kemalangan yang terjadi, seorang teman bapak memberikan buku rekening dengan sejumlah nominal angka yang tidak sedikit, bahkan selama berhari-hari pemuda itu terus di hampiri  pemikiran tentang hari-hari sulit yang bapak alami karena harus berhemat selama ini. Bagaimana cara bapak memutar otak dan menguatkan mental nya hanya karena mendambakan masa depan terbaik untuk putranya ini.

Takdir itu kejam, katanya.
beberapa manusia harus terus hidup dalam rasa kalut dan cemas, pertanyaan perihal bagaimana akan menjalani hari esok jika tubuh tidak lagi dapat berdiri tegak.

terkadang sinar matahari begitu menyengat kulit dan kepala, seolah-olah tidak ada yang sudi berbelas kasih kepada si kurang beruntung ini.

Tapi tak ada yang harus di ratapi, jeritan dan rintihan keputusasaan ini tidak akan terdengar oleh telinga yang tersumbat, yang menjadi tuli ketika seorang tunawisma meminta sedikit nasi untuk meredakan pedihnya rasa lapar.

Dunia sejatinya selalu berbelas kasih, bahkan kepada badai yang memporak-porandakan dermaga. Akan tetapi, ketamakan terlalu banyak melahap atma. Oh ironis!

seperti sore yang di lewati bersama secangkir teh melati dan suara tonggeret khas musim panas. kalimat wejangan bapak mengalun kemudian melekat dalam ingatan.

    “ hasan aksama, anak bapak paling pemberani dan begitu bapak cintai. untuk menjadi manusia hebat itu, tidak perlu kaya harta, tapi jadilah kaya sebagai seorang manusia yang bisa menebarkan rona bahagia. Ya, walaupun tidak bisa membuat orang lain senang,setidaknya jangan berikan rasa sakit.”

nasehat bapak yang sederhana selalu terdengar oleh telinga, seakan-akan dekat dan tertanam, bapak mencintai putranya dengan jutaan kasih sayang tak terhingga.

-to be continued
salam kenal.
-Heather-

GIMANA NANTI .Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang