5 : Unfinished Love

16.4K 529 19
                                    

"Ra? Woy, Andara?"

"H–hah?"

"Itu Dirga, kan?"

Menoleh, mata Andara lekat memperhatikan. Remasan dipinggir baju menandakan bahwa ia sedang menahan sesuatu. Namun alih-alih ikut antusias seperti segerombolan orang-orang di sana, berikut dengan kemera yang tak henti menyoroti, Andara justru memilih memutar arah, enggan untuk mendekat.

"Nggak nyangka gue, 3 tahun di LA dan sukses jadi artis, akhirnya dia balik juga ke tanah air." Akila, yang sedang berceloteh itu menoleh ke arah Andara. "Dan gue denger-denger, katanya dia bakal lama di Indo. Wah, gue yakin berita bakal diisi tentang Dirga semua. Pasti viral nih."

"Tapi sumpah, ya. Dibanding lihat fotonya, ternyata yang asli lebih ganteng." Sambil terus mengikuti langkah Andara, Akila berceloteh lagi. "Lo lihat, kan tadi, Ra, gimana antusias fansnya? Pasti studio juga lagi heboh. Secara, dia ada dipemotretan di sini."

Mendengarnya, langkah Andara langsung berhenti. "Maksud lo?"

"Dirga ada pemotretan di sini." Ulang Akila. Lantas tak mendapatkan jawaban, perempuan itu langsung bisa menebak. "Jangan bilang lo nggak tau?"

Kemudian ia menggeleng pelan. "Kan, lo hobi banget ketinggalan berita. Heran gue."

Mendadak, perasaan Andara berubah tak nyaman. Tapi ya, semua sudah berlalu. Tak ada lagi lembaran kosong untuk kembali dijadikan sebuah cerita. Semuanya sudah selesai.

Lama meyakini diri bahwa itu hanya perasaan anehnya saja, kembali Andara melanjutkan langkahnya. Tak ada yang perlu dikhawatirkan. Iya, benar.

Sesampainya diruang rias, Andara langsung meletakan tas dan perlengkapan yang dibawanya. Dua tahun menjadi penata rias artis membuatnya banyak mengenal orang-orang, bahkan tak jarang mereka juga menjadi teman.

Kata orang, publik figur itu sombong-sombong, tapi menurut Andara tidak. Mereka sangat ramah. Dan Andara sangat senang ketika tangan mungilnya mampu menghasilkan sebuah keajaiban yang membuat orang bahagia.

"Ra, pemotretan Dimas di cancel. Lo tau nggak?" Akila yang baru masuk ke dalam ruangan langsung membuka suara.

Andara menggeleng. "Nggak. Kenapa tiba-tiba di cancel? Madam Andita nggak ada bilang ke gue."

"Gue juga baru dapat infonya. Katanya sakit perut. Nggak bisa boker."

"Hah?" heran Andara.

"Sialan banget tuh bencong. Sehari aja nggak berulah, bisa nggak sih? Heran gue, boker aja susah. Gimana mau main pedang-pedangan," gerutu Akila kesal. Pasalnya, karena si bencong itu jadwal mereka jadi berantakan. Dan mau tak mau harus disesuaikan lagi sama Madam Andita–atasan mereka.

"Gue tanya Madam dulu kalo gitu," ucap Akila, kemudian keluar ruangan.

Andara mengangguk, kemudian mengambil kembali tasnya. Ia tak ada jadwal lain hari ini, jadi akan langsung balik.

Mengenai Dimas, si pensil inul itu memang sering berulah, maka tak jarang sering disemprot oleh Akila. Dan tak jarang juga, kadang mereka saling jambak-jambakan. Mereka memang tak pernah akur.

Beranjak dari posisinya, belum juga ada satu langkah, tubuh Andara mendadak beku ketika seseorang menyebut namanya dari arah belakang.

"Candara Lova Gini."

Andara mengenali suara barusan. Sembari memegang erat tali tas, Andara membalikan badan. Benar dugaannya, itu suara Dirga.

Pandangan mereka bertemu.

"Gue disuruh ke sini. Katanya Candara Lova Gini yang akan make up-in gue," ujar Dirga santai.

Andara tak menjawab.

Secret Story!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang