4 : Nerd is Girlfriend

38.2K 768 18
                                    

"Woi, Cupu!"

Teriakan di koridor kampus menggema. Nina, si pemilik nama yang dipanggil itu menghentikan langkahnya ketika hendak menaiki anak tangga.

Sembari membenarkan letak kaca mata, Nina berbalik, lalu menghela napas pelan ketika melihat Vika sudah berada di depannya. Bersedekap, nampak angkuh.

"Kopi gue mana? Kan tadi gue nyuruh lo beli kopi."

Nina mengerjap, kembali menghela napas pelan. Dapat dia lihat Vika menatapnya penuh sinis.

"Maaf. Tadi aku lupa bawa uangnya. Jadi harus balik lagi ke kelas," ujar Nina jujur.

"Halah! Bohong kan lo? Dari tadi gue nunggu tapi lo nggak datang-datang," bentak Vika dengan suara yang semakin meninggi.

Nina menggeleng. "Nggak. Aku beneran mau ambil uang di kelas."

"Bacot! Bilang aja lo nolak perintah gue?!"

"Nggak. Sungguh."

"Sumpah! Makin dienakin makin ngelunjak ya lo!" Dengan perasaan geram, Vika maju mendekati Nina. Botol yang berada di tangannya sudah terbuka. Raut wajah benci Vika tercetak jelas di sana.

"Aku akan belikan secepatnya," Nina masih mencoba menenangkan.

"Terlambat. Gue udah nggak pengen kopi!"

Lantas ketika air di botol itu jatuh di atas kepala Nina, kemudian mengalir membasahi bajunya, teriakan orang-orang yang menyaksikan pun terdengar. Dan Nina, hanya bisa menutup mata, merasakan air jatuh menghantamnya.

Tidak ada yang menolongnya. Nina seorang diri di sana.

Menyedihkan.

Bahkan di sela-sela bisik kasihan, gelak tawa tak pelak menghampiri telinga Nina. Seperti pertunjukan hiburan yang tengah mereka saksikan, serendah itu pandangan mereka terhadap Nina sekarang.

Bodohnya, Nina malah tak berbuat apa-apa. Terdiam, menunduk, dan mencengkram erat pinggiran rok yang dia kenakan.

Benar-benar menerima ketika direndahkan.

"Gue udah berulang kali ingetin lo. Jangan sampai buat gue marah. Lo akan dapat akibatnya. Jadi rasakan sendiri."

Bersusah payah Nina menegakkan kepala, memandangi Vika dengan raut wajah dingin yang jarang sekali dia tunjukkan.

"Apa?! Marah gue giniin?" sela Vika nyolot. Lalu tersenyum miring. "Ah, iya. Lo kan baik. Jadi mana bisa marah sama gue."

Masih memainkan drama baiknya, Vika membenarkan rambut Nina yang berantakan. "Untung gue cuma dikit jatuhin airnya. Nggak basah-basah bangetlah di baju lo. Iya, kan?"

Nina tak kunjung membuka suara. Sebisa mungkin untuk bertahan. Karena Nina tak menyukai keributan.

"Besok-besok jangan buat gue marah lagi, ya." Vika kembali menatap Nina sinis. Tatapannya juga menegaskan bahwa kalimat barusan adalah sebuah peringatan.

Kemudian tanpa rasa bersalah atas apa yang dilakukannya, juga kekacauan yang dia buat, Vika melenggang pergi dengan santai. Bahkan dia tak mau repot-repot menoleh, atau sekadar meminta maaf.

"Bye, Cupu!"

Dan Nina, masih menahan sabarnya di sana. Iya. Tidak apa-apa. Dia sudah biasa diperlakukan seperti ini.

***

"Woi, Gra. Masih hidup lo? Gue kira lo udah mati."

"Berisik! Ganggu aja! Sana lo!"

Secret Story!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang