12. SENJA DAN SENYUMAN

73 43 72
                                    

Langit memberi seulas karya pada dunia, seakan memperkenalkan bahwa ada satu karya Tuhan yang perlu manusia ketahui. Senja. Ya, senja. Langit berubah kewarna jingga-jingga-an tak bagus untuk di abaikan begitu saja.

Setelah puas bermain menemui Adit, Aarav kembali mengajak Anes untuk pergi ke suatu tempat. Lengan Anes sibuk menggendong si Hoks di atas motor, Aarav sibuk menyetir. Sampai dua pasang senyuman terpasang di wajah mereka

"Kak," panggil Anes dengan nada tinggi

Aarav bergidik mendengar suara Anes yang cempreng. "Kenapa?"

Anes tersenyum. "Nggak apa-apa."

****

Mereka sudah sampai di sebuah gedung yang sangat asing di mata Anes, dibilang seperti perkantoran tidak, mall pun tidak, malah yang terlihat saat Anes memasuki gedung tersebut hanya lampu yang berkelip-kelip terus menerus

Mereka sudah sampai di sebuah gedung yang sangat asing di mata Anes, dibilang seperti perkantoran tidak, mall pun tidak, malah yang terlihat saat Anes memasuki gedung tersebut hanya lampu yang berkelip-kelip terus menerus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Anggap ye ini tempatnya atau bayangkan saja ini tempatnya, kalo nggak bisa ngebayangin ada kesalahan di dalam otak imajinasinya, ke dokter tuh sekalian vaksin ye, canda vaksin😆.)

Anes menghentikkan langkah, kata yang pertama kali terlintas di benaknya adalah 'gila' ini sungguh benar-benar GILA, lampu warna-warni yang terus saja nyala-hidup-nyala-hidup terpancar di bola matanya yang hitam, sekumpulan orang yang tengah berjoget riang tanpa pikiran terlihat mengerikan untuk anak seusia Anes, botol minuman yang tersimpan di meja per-meja begitu cantik di tata, suara musik ber-genre beat menggelengar di setiap sudut ruangan

"Kenapa diam? Sini, ikut gue," suara Aarav tiba-tiba datang dari hadapan wajah Anes yang membeku

Anes meneguk ludah sekuat mungkin. Lalu menggeleng cepat layaknya anak kecil, begitu pun si Hoks nafasnya kini terasa cepat saat Anes menggendongnya.

"Nggak! Anes mau pulang!" ketus Anes ketakutan lalu berbalik arah bersiap keluar dari gedung GILA itu

Tiba-tiba tangan Aarav mencekal lengan Anes, membuat Anes semakin ketakutan. Semua pribadi Aarav yang Anes kenal melenceng pesat ke hal yang tidak akan dirinya duga. Anes menggigit bawah bibirnya dengan jantung yang terus berdegup tak beraturan

"Kak Aarav lepasin, Anes nggak mau disini!" Anes berusaha menarik lengannya dari genggaman Aarav

Tanpa basa-basi lagi Aarav membuka jaket hitamnya, menarik Anes lebih dekat dan menyelimuti jaket hitam itu untuk menutupi tubuh dan wajah Anes yang ketakutan sambil berjalan tergesa-gesa menuju tangga darurat yang tak jauh dari lantai dasar

Rintihan Anes terdengar bergetar di balik jaket Aarav yang masih Aarav gunakan untuk melindungi Anes agar tidak usah cemas seperti yang pertama kali dirinya lihat, wajah yang pucat seperti ketakutan, toh Aarav tidak akan sejahat itu membawa Anes ke dunia sesat seperti
manusia-manusia di bawah tadi

Ya, satu tangga sudah mulai mereka lewati Anes memilih memejamkan mata sambil memeluk si Hoks erat, di dalam otaknya kini terlihas hal-hal yang kacau kemana-mana. Namun, Anes sedikit lega kelip-kelip lampu dan suara musik yang menggelegar itu sudah punah tak terdengar kembali

DETIKKU MENGENAL DUNIA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang