f e b r u a r i (07)

387 205 198
                                    

" Aku berhenti di sini saja, ya? Belum aku menggenggammu dia sudah menggapaimu."

- Abidzhar Ragnala Akhilendra




Demi agar bisa hilang respect dengan Zora, Abi harus mulai bersikap masa bodoh dengan gadis itu. Kenyataan itu memang sulit.

Sejak memandang kemesraan dua sejoli, suasana mood-nya kian memburuk. Ia selalu menatap sengit teman-temannya yang bergiliran masuk ke dalam kelas.

"Hei, Bos Abi-hun bakar!" sapa Danar mulai mengusik ketenangan Abi.

Abi mendecih. "Apa ih?"

"Tatapanmu," ujar Danar mulai bernyanyi dengan nada penuh semangat serta bahunya ikut bergoyang.

"Senyumanmu deng deng deng," balas Abi bernada.

"ASTAGHFIRULLAH ... ISTIGHFAR ABI, DANAR!"

"Ganggu kita pacaran aja lo mah!" ketus Danar pada Naufal.

"Naudzubillah, najis!" balas Abi merasa geli pada teman di sampingnya itu. Ia sempat berdiri dan menjauhkan kursinya meski sudah terlalu mepet dinding.

Naufal mengelus dadanya. "Astaghfirullah ... kalian nggak tau QS. Al- A'raaf ayat 81?"

"Enggak." Mereka serentak menjawab.

"Yang artinya : Sungguh, kamu telah melampiaskan syahwatmu kepada sesama lelaki bukan kepada perempuan. Kamu benar-benar kaum yang melampaui batas." Naufal menjelaskan lembut, seperti biasanya.

Tidak sengaja, Zora mendengarkan pembicaraan mereka. Terdengar sangat jelas sebab ia duduk di tempat Jira yang lumayan dekat. Meskipun lelah, ia nekat mengikuti pelajaran.

"Kapok kena ceramah!" batinnya tertawa melihat kelakuan teman sekelasnya.

"Bercanda doang, Fal. Sejelek apapun gue, pasti ada yang mau sama gue," balas Danar mengibaskan rambutnya.

"Di dunia ini nggak ada yang jelek. Cuman lo aja yang kurang bersyukur ...."

"Dalam surat At-Tin ayat 4 yang artinya : "Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya." jadi jangan mikir kalo lo jelek, Danar." Naufal melanjutkan lalu duduk di tengah antara mereka.

"Makanya bersyukur ih!" ujar Abi pada Danar yang mulai merenungkan diri.

"Cintai diri sendiri!" lanjutnya.

"Lo udah cinta ma diri sendiri, Bi?" tanya Danar menyipitkan kedua matanya. Kepalanya ia dekatkan pada Abi yang membuat kepalanya ditoyor begitu saja.

"Iya! Tapi, gue mencintai diri sendiri jatuhnya homo, nggak?" Abi telah membuat temannya itu diam seketika. Mereka berpikir sejenak dengan otak mereka yang tersumbat.

Setelah berpikir, Naufal kesal dengan pemikiran Abi. "Nggak gitu juga, Abi!"

"Gue kira yang abis lomba pulang, ternyata masih di sini," ucap Danar.

Tanpa aba-aba, Abi menoleh ke arah Zora yang sedang terduduk lesu menampu kepala dengan kedua tangannya.

"Zora sakit?" Abi membatin khawatir. Tetapi, ia tidak berani untuk bertanya.

Di hatinya, rasa ingin tahu dan menjaga gadis itu semakin menyeruak. Yang ia tahu, Zora itu anak yang kuat dan tidak pernah terlihat sakit di sekolah.

"Eh, dibawa ke UKS nggak ini?" Naufal panik sebab Zora semakin menenggelamkan wajahnya.

Zora and Twin YearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang