Alam ingin tahu tentang, siapa-siapa saja dari mereka yang berhasil meluluhkan hati, temannya ini.
.
.
.
.
.
."Moooon, jangan lari woi! Ingat, misa kita hari ini."
"Aku nitip absen lagi ya Ris. Kasur, manggil-manggil aku terus nih, byee... jangan lupa doain aku juga yaaa,"
Ini adalah Monika. Sahabat ku yang sering nitip absen saat misa sekolah. Dia kira, misa sekolah itu kaya matkul apa, yang jelas, mana bisa nitip absen sama Tuhan. Ada-ada aja ya ampun. Si gadis ceria, barbar, sering langgar peraturan sekolah adalah hobinya, dan sering traktir aku juga. Nah kalau itu, aku demen banget sama dia. Membuat persahabatan kami semakin langgeng. Wkwk, aku selalu tertawa mengingat betapa baiknya sahabatku ini dalam urusan mentraktir
o0o
"Ris, itu salah kali jawaban mu. Itu akar dari satu sembilan enam, itu empat belas. Bukan tiga belas."
"Oh iya he. Kok baru bilang sih, kan jadi salah semua sampe ke bawah. Jahat kali!"
Yang ini si Raynold. Tetangga bangku sejak kelas sepuluh. Sering kerja sama saat mata pelajaran matematika dan kimia, terkecuali bahasa inggris. Sering menjadi editor kalau aku lagi ngerjain soal juga. Misalnya kayak tadi. Aku yang cari rumusnya dan mengerjakan, lalu Raynold akan memeriksanya. Jaga-jaga kalau ada typo atau ada yang salah kali.
Lelaki yang sering jadi tumpangan saat monika tidak mau diajak misa sekolah, dan kata orang, dia ada rasa dengan ku. Itu kata orang ya, bukan kata ku.
o0o
"Buk, 'kan pas seleksi aku yang lolos matematika. Kok malah senti jadinya yang ditunjuk,"
"Tapi pak jp milih aku Ris. Bukan kau."
Ini senti. Aku mengejeknya dengan sentimeter. Saingan di kelas, di lapangan, di eskul, di luar sekolah, bahkan di dunia percintaan ku. Dia cantik. Putih. Imut. Sifatnya yang ekstrovert membuat dirinya banyak memiliki teman. Si yang selalu happy, karena orangtuanya adalah seorang guru, dan membuatnya selalu diutamakan dan dicari untuk event-event yang diikuti oleh sekolah.
o0o
"Pengen beli bukunya?"
"Hehe. Pengen sih bang, tapi gak punya duit, hehe."
"Mau yang mana?"
"Hah? Maksudnya bang?"
"Kamu mau buku yang mana?"
"Aku gak punya duit loh bang. Gak percayaan amat orangnya."
"Abang gak nanya kamu punya duit apa engga. Yang abang tanya itu, kamu pengen buku yang mana?"
Ini abang kelas ku. Namanya Gilang. Lelaki yang telah lama menyimpan rasa kepadaku. Namun sayangnya, aku sudah terlanjur nyaman dengan mengganggap nya sebagai seorang abang, bukan lebih.
Oh iya satu lagi, dia sering bilang, kalau aku itu mirip sama chef Renatta Moeloeko0o
"Kau itu perempuan gendut yang gak punya harga! Seharusnya ngaca dulu shaay, baru ngomongin cinta! Udah sadar sama kesalahan kau?"
Namanya Belinda. Si gadis yang tidak punya filter omongan. Aku memanggilnya, belin. Kita satu sekolah, satu kelas saat mata pelajaran agama, satu eskul, dan masalah terbesarnya adalah, aku dan Belin sama-sama menyukai seseorang kakak kelas kami.
o0o
reply your stories
Riska: hahaha
Riki: ngehalu aja dulu ye kan :v
Riska: gila-gila,
Riki: bedewe, italia menang nih. Mau ditratrik gak besok?
Yang ini namanya Riki. Teman sekelas yang sering jadi tempat curhatku. Si baik hati, yang gak pelit soal, hotspot meng hotspot.
o0o
"Sukanya langsung sih, ketimbang virtual doang."
Namanya Ronaldo. Banyak hal tentang dia, semenjak kami bertemu di reunian muda-mudi keuskupan. Dia pintar. Dia berani public speaking. Dia sering menjadi petugas misa sekolah. Dia sering ngikutin olimpiade. Dia ramah. Dia sopan. Dia sering menjadi alasan aku berdebat dengan Belinda.
o0o
"Udah lah mak. Aku nganggur aja tahun ini. Lagian si Riska juga mau kuliah tahun depan. Nanti jadi terbebani kali orang mama."
"Kok, kau bodoh kali sih kak lina! Kita memang saudaraan. Tapi soal masa depan, kita gak saudara! Kau itu harus egois sikit, untuk masa depan mu. Jangan pedulin aku, yang tamat aja belum. Kau itu masih manusia! Masih ada hal yang gak bisa kau nentuin, ini harus begini, itu harus begitu! Kau gak bisa bahas apa yang belum terjadi! Jadi pikirin sekali lagi, kalau kau nganggur, kau harus tau risiko nya apa!"
Yang ini adalah kakak'ku. Namanya Masaulina, dengan nama panggilan Lina. Jadi anak pertama memang sungguh berat apalagi kalau perempuan. Harus bisa jadi teladan, harus bisa jadi contoh, dan pastinya harus bisa menjunjung tinggi nama orangtua. Si yang selalu mengalah, demi adik-adiknya. Baik hati pula orangnya. Yang tidak bisa kulupakan tentang nya adalah masakannya. Gak usah diragukan lagi kalau soal itu.
o0o
"Siapakah anak mak lina yang paling baik? A. Riska. B. Jawaban a benar. C. Jawaban b benar. D. Semua jawaban benar. Hayo, mak, mana jawaban nya?
Dan ini adalah aku. Kata kak Lina aku memiliki kepribadian yang Ambivert .Kalau di sekolah pendiam, maka di rumah adalah kebalikanya. Aku adalah anak nomor dua, dan sering sekali adik ku yang ketiga sekaligus yang terakhir, mengatakan, agar aku cepat-cepat tamat dan lekas pergi dari rumah. Si cerewet, suka menyuruh dan sayangnya adik'ku itu tidak bisa menolaknya. Yang sering ngaku-ngaku anak kesayangan mama papa, padahal aslinya adalah anak bandal.
Ini adalah kisah ku. Saat aku menatapi langit, waktu siang hari. Aku terpaksa jalan, karena bapak lupa menjemput ku. Sepintas, terlintas oleh ku untuk menuliskan kisah ini. Kali aja, lewat kisah ku ini, kalian banyak mendapatkan banyak pelajaran.
Kata teman ku, aku itu goblok. Menolak yang nyata di depan mata, dan mati-matian berharap sama bayangan semu.
Menurut kalian aku gimana?Mari membaca kisah ku ini. Jangan lupa sisipkan, komentar kalian tentang kisah ku ini. Semoga kalian tertarik.
Someone to something,
Oleh riskadamayantinadeak.
.
.
.
.
.Berkenalan itu penting. Sepenting kamu dalam awal kisah kita.
Adek beli pete, aku beli permen
Kami pergi bawa kaca
Jangan lupa vote dan komen
Wahai para pembaca
KAMU SEDANG MEMBACA
Someone to Something
Dla nastolatkówIni tentang masa SMA dan segerombolan masalah yang ikut serta. Tentang Cinta juga, yang kala itu aku pikir adalah hal yang biasa. Tentang perjalanan hidup, yang sebetulnya menarik untuk dikisahkan. Masa SMA tidak akan asyik, jika kita tidak berani k...