Chapter 7: Pinokio

11 1 0
                                    

Jakarta, Januari 2018

Kejadian mengerikan 3 hari lalu masih membayangi Tian. Hampir tiap malam dia selalu mengingat betapa memalukannya pembullyan yang dia terima. Namun itu semua tidak sebanding ketika dia ingat bahwa malam itu Vaness datang bersama Jerom. Perasaannya makin kacau jika ingatan itu muncul lagi. Siang itu, beberapa kali mbak Tatik memanggilnya karena telepon rumah berdering dan semua itu ditujukan pada Tian. Sayangnya, dia benar-benar tidak mau keluar kamar selain untuk makan dan ke kamar mandi. Selebihnya dia sengaja mengurung diri tanpa mau diganggu oleh hal apapun, termasuk telepon dari Jerom.

"Oh, Tian belum bangun juga ya, Mbak?" tanya Jerom pada mbak Tatik yang sudah lelah berbohong. Mbak Tatik yang merasa bersalah tak henti-hentinya meyakinkan Jerom bahwa Tian dalam keadaan baik dan tidak sakit. Jerompun hanya bisa pasrah dengan jawaban yang harus dia dengar berkali-kali. Dia hanya merasa saat ini Tian pasti masih sedih dengan kejadian itu.

Seluruh rumah dibuat bingung dengan perubahan sikap Tian yang biasanya ceria. Oma, mbak Tatik, pak Dikman hanya bisa saling pandang saat berpapasan dengan Tian yang selalu terlihat. Padahal pak Dikman ingat betul, setelah pesta ulang tahun itu selesai, Tian dan Vaness nampak baik-baik saja, bahkan saling melempar canda. Begitu mendengar cerita singkat dari pak Dikman, Oma dan mbak Tatik membuat kesimpulan bahwa Vanesslah yang menjadi kunci dari semua ini. Mereka bertiga sepakat, satu-satu orang yang bisa mengembalikan Tian seperti sedia kala, adalah Vaness.

***

Sore itu ditemani pak Dikman, Oma tampil cantik dengan setelan rok polos warna ungu dan blouse bunga-bunga warna senada. Di dalam mobil hitam yang sudah tahunan menemaninya, mereka parkir tepat di depan warung kopi pinggir jalan.

"Kamu yakin Pak, yang ini rumahnya?" tanya oma sambil celingukkan dari dalam mobil.

"Iya Oma. Saya yakin. Saya sudah pernah anter anaknya 2 kali lo. Nggak mungkin saya salah." Jawab pak Dikman dengan penuh keyakinan. Oma mengangguk dengan lega. Tak lama dia turun dan menyebrangi jalan perkampungan yang sudah diaspal hingga akhirnya sampai di depan rumah yang terhalang pintu gerbang setinggi dada. Rumah kecil berwarna putih hitam itu nampak sepi tanpa penjagaan satpam, sehingga dengan mudah oma sampai di depan pintu. Tanpa berfikir panjang, walau dengan sedikit ragu oma akhirnya mengetuk pintu rumah itu. Dia mengetuk dua kali, namun tak ada jawaban atau respon apapun. Hingga pada ketukannya yang ketiga, seseorang menyahut dari dalam. Ketika pintu dibuka, keduanya sama-sama terkejut.

"Maaf, dengan siapa?" tanya wanita muda berambut sebahu yang muncul dari balik pintu. Oma dengan ramah memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan dari kunjungannya.

"Vaness?" wanita itu kembali terkejut mendengar nama itu disebut.

"Iya. Vaness. Kebetulan, dia teman cucu saya. Mereka ada di sekolah yang sama. Jika boleh, saya ingin bicara dengan dia. Sepertinya hanya Vaness yang tahu betul apa yang membuat cucu saya berubah akhir-akhir ini."

"Berubah?"

"Iya, Bu. Emh, kalau diizinkan bolehkah saya masuk dulu?" wanita itu mengiyakan dengan ragu. Merekapun masuk dan dengan detail oma menjelaskan apa yang membuatnya datang. Ibu Vaness yang mendengarkan dengan seksama hanya mengangguk-angguk sesekali. Tak lama kemudian, Vaness datang dan mereka menyambutnya dengan senyuman hangat. Melihat anak perempuan cantik yang sopan dengan rambut terurai panjang di hadapannya, membuat oma langsung jatuh hati. Merekapun duduk berhadapan. Tak lama kemudian, oma mulai menceritakan apa yang membuatnya datang ke rumahnya sore itu. Mendengar penjelasan oma, Vaness hanya bisa terdiam dan bingung.

"Tian tidak sakit sih. Dia sehat, tapi Oma merasa ada yang berubah dari dia. Vaness ... ikut ke pesta ulang tahun juga kan, malam itu?" tanya oma dengan nada lembut. Vaness mengedipkan matanya dengan cepat. Dia tak tahu apa yang harus dia jawab. Bingung, resah, dan dilema. Begitulah kira-kira kata yang paling menggambarkan ekspresinya saat oma mencercanya dengan berbagai pertanyaan.

dandelionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang