DIRA POV
Seharian ini pekerjaanku benar-benar menumpuk, untuk pertama kalinya aku menyatakan bahwa aku akan bekerja lembur malam ini. Entah kenapa tiba-tiba aku mengenang masa-masa dimana aku menjadi seorang hakim, ya walaupun seringnya menjadi hakim anggota membuatku rindu suasana ruang sidang.
Ini pasti karena Michelle, kembali menarikku kedalam sesuatu yang sebenarnya sudah lama aku tinggalkan. Tidak tidak tidak, fokus Dira fokus. Kamu sedang dihadapkan pada bertumpuk-tumpuk berkas yang harus diselesaikan hari ini.
Tinggal tersisa beberapa orang dilantai kantor tempatku bekerja ini, ya mereka adalah orang-orang pilihan yang memilih lembur hari ini.
"mba Dira, mau titip makan malam atau kopi? Aku mau keluar dulu sebentar mau cari makan". Ucap Tika rekan kerjaku.
"sendirian mba ?".
"iya, mas Rian, Kak Fany juga titip sama aku. Kalo Mba Dira mau titip sekalian. Tapi aku Cuma kesebrang sih, gak jauh-jauh".
"boleh deh mba kalo gak repotin, mau pada pesen apa memang?". Tanyaku penasaran.
"K*C Mba, paling sama St*rbucks aja".
"boleh deh, aku pesen paket yang ayamnya dua, sama Ice Americano aja Mba". Ucapku enggan membebaninya.
"ice Americano? Ujan loh mba diluar, gak mau yang anget-anget?". Tanya Tika menggodaku.
"eh seriusan ujan? Yaudah Vanilla Latte aja mba, aku kira adem ayem aja diluar".
"iya baru sejam yang lalu turun hujan, kalo gitu aku pergi dulu mba".
"oke hati-hati ya".
Tersisa aku, Fanny dan Rian diruangan ini meja kami tidak saling berdekatan satu sama lain namun pada jam istirahat kami berusaha untuk berkumpul dikantin walaupun tidak sering.
Panggilan masuk : Michelle
"hallo".
"hey, udah pulang?". Suara diseberang sana tampak riang.
"for the first time ya, aku lembur hari ini. Lagi banyak kerjaan".
"oh lembur, makan malam disitu dong? Mau aku pesenin makanan?". Manusia ini, mudah sekali menarik perhatianku.
"udah titip sama temenku kok tadi".
"yah, ditolak". Ucapnya kecewa.
"hehehe". Beberapa saat tidak ada perbincangan diantara kami.
"mau aku jemput?".
"hah?". Ucapku tak percaya.
"mau aku jemput gak?".
"kekantor?". Aku kembali bertanya.
"nggak, dilobby bawah hehehe". Terdengar suara cengengesan.
"nyebelin".
"iyalah kekantor. Selesai jam berapa?".
"jam delapan mungkin, kalo tepat waktu jam delapan kalo gak selesai mungkin setengah Sembilan maksimal".
"oke, see ya". Tak terdengar lagi suara diseberang sana, ya ampun memang kebiasaan membuat orang kesal tidak hilang dari dirinya.
Aku mulai kembali mengerjakan pekerjaanku, namun lagi-lagi notifikasi dismartphoneku mengganggu lagi sebuah pesan masuk dari Navaya.
Bisa ketemu gak? Malem ini?
Baru tersadar jika akhir-akhir ini aku sering kali mengabaikan Nava, ah mengapa sekarang jauh terasa lebih berat lagi. Aku segera menelponnya, memberitahunya bahwa aku bekerja lembur dan mengajak bertemu pada akhir pekan.