DIRA POV
Tadi malam aku sulit tertidur, hingga pagi ini aku terkejut melihat jam. Astaga benar-benar kesiangan. Aku mandi dengan terburu-buru tanpa sarapan, bahkan aku merasa dari hari pertama masuk kerja ini adalah hari yang paling buruk dalam penampilanku.
Untungnya laundry bajuku sudah selesai dikerjakan kemarin, hari ini aku memakai blazzer berwarna lilac dengan celana senada. Tanpa make up aku meraih perlengkapan kantorku memasukannya kedalam tas kerjaku.
Setelah mengunci pintu aku menuju arah lift, hectic sekali pagiku hari ini. Aku bahkan sudah melupakan sarapanku beberapa minggu terakhir. Menjadi HRD sebuah perusahaan ternyata tak semudah yang aku bayangkan, aku bertemu banyak pelamar yang berbagai macam karakter. Seru namun terkadang aku rindu duduk diruang sidang, aku rindu saat aku tersenyum di akhir sidang pada terdakwa.
Cukup lama aku menunggu pintu lift terbuka, aku merapikan sedikit penampilanku dengan mengikat rambutku. Biarlah dikantor nanti bisa dirapikan lagi. Pintu lift pun terbuka, aku tidak menekan tombol apapun karena ada orang yang turun diparkiran yang sama denganku.
Semakin lama, aku semakin gusar memperhatikan jam ditanganku. Banyak sekali orang yang masuk hanpir disetiap lantai.
DING!
Aku merasa lega, setelah keluar dari kerumunan orang-orang itu. Sebentar, aku merogoh tas kerjaku. Dimana kunci mobilku? Astaga. Bodohnya Dira, sudah berapa kali kau mngucapkan astaga pagi ini. Aku merutuki diriku sendiri.
Karena waktuku semakin mepet, aku memutuskan untuk menggunakan ojek online kekantor. Sungguh aku tidak mengira bahwa pagi ini aku akan menjadi salah seorang yang sibuk.
MICHELLE POV
Tadi pagi secara tidak sengaja aku menemukan sebuah name tag setelah keluar dari lift menuju parkiran mobil. Tadinya aku sempat ingin melaporkan kejadian ini pada security di lobby namun setelah melihat name tag siapa yang tertera disana aku mengurungkan niatku.
Hal yang sekarang aku pikirkan adalah entah sudah berapa kali kami parkir ditempat yang sama. Mengapa bisa seperti itu? Padahal ada lima lantai yang dipakai parkir untuk mobil. Aku berusaha menghubungi Olive, sungguh rasanya aku benar-benar pengecut untuk bertanya padanya lantai tempat Dira tinggal. Aku hanya ingin mengembalikan name tagnya yang jatuh namun kenapa aku harus menjadi sepengecut ini. Aku tidak menemukan fokusku pada pekerjaan dihari ini, rasanya hanya ingin terus memandangi name tag Dira.
"ini". Indra menyimpan setumpuk berkas setebal sepuluh sentimeter dimejaku, aku mendongak kearah suaranya.
"apaan nih?". Aku melongo melihat tumpukan kertas-kertas itu.
"materi klienmu bulan depan, mungkin tiga sampai empat client". Alisku terangkat, tak menyetujuinya.
"kok banyak banget pak, gak salah?".
"kalo gak salah bearti bener dong?". Ucap Pak Indra terkekeh.
"kemampuanmu sudah gak diragukan lagi bu, ini client yang minta ditangani oleh pengaca handal. Bos yang mereferensikan namamu, kita yang disini bisa apa?". Aku membuang nafas kesal. Tiga sampai empat klient, semoga saja tidak ada klient yang tinggal diluar kota. Bisa repot aku kalau begini caranya.
Aku menerima notifikasi pesan masuk.
Revi : "lunch?". Aku melirik jam, ternyata sudah hampir jam makan siang. Sebenarnya berapa lama aku melamun?
Segera bersiap, aku membawa satu berkas yang tadi disimpan Pak Indra yang merupakan kepala cabang tempatku bekerja. Jika sudah Pak Indra yang langsung memberikan berkasnya, sudah pasti bahwa itu langsung diturunkan dari yang empunya perusahaan. Karena aku terhitung sebagai karyawan yang "senior" jika dibandingkan dengan yang lainnya.