flora sudah sampai di tempatnya tinggal, diiringi payoda yang menggelap serta gemuruh dari antariksa.
flora tak suka petir.
demikian alasan ia cepat-cepat meninggalkan na jaemin dan pulang.
dan, jinyoung belum datang.
flora hanya bisa menghela napas. ia kembalikan keranjang rajutnya, duduk di kursi sesaat setelah membuat secangkir coklat panas.
arah pandangnya ke jendela yang menampilkan halaman rumah. kaca bening yang tadinya bersih kini sudah tertutup tetes-tetes air dari sang mega. masih rintik, gemuruh perlahan menghilang.
jujur, flora kini tengah khawatir dengan kakaknya.
lelaki itu mencari pundi-pundi uang lewat alam, flora takut jinyoung basah akan hujan dan pulang dengan tubuh yang menggigil.
tak ada perantara untuk tahu bagaimana keadaan jinyoung di luar sana. flora juga tak mungkin keluar kala hujan begini, bisa-bisa ia pingsan di tengah jalan kalau ada petir menyambar.
namun di tengah cemasnya ia, nayanika menangkap siluet aneh dari balik jendela.
sosok laki-laki yang sepertinya tengah bertarung dengan kuda yang ditungganginya. hewan itu nampak agresif, suaranya terdengar nyaring dan berkali-kali ia mencoba menjatuhkan orang yang duduk manis di punggungnya.
flora masih terus mengamati, hingga akhirnya sang pemuda tersungkur ke tanah; jatuh dari kudanya. tak pikir panjang, gadis itu langsung menyambar payung sederhananya dan melangkah cepat ke halaman belakang.
halaman belakang flora berbatasan langsung dengan padang rumput dekat hutan azzura, hanya dibatasi pagar kayu kecil hingga amat mudah memeriksa apa yang terjadi di luar sana.
perlahan flora dekati kuda putih itu, berusaha menghindari tendangan kakinya sebab ia masih agresif. barulah kala jemarinya berhasil meraih tali kemudinya, flora belai lembut tubuhnya. menyalurkan segala afeksi yang flora punya hingga hewan lambat laun tenang.
sang pemilik maniknya berbinar. satu; karena gadis itu nampak aneh baginya, dua; karena ia mampu menenangkan kudanya.
"tuan, biar saya bantu," ia ulurkan tangannya pada pria yang masih terduduk lemas sementara lengan kiri masih memegang kendali si kuda. sekujur tubuh pria itu basah, luka terlihat pula di lengan kirinya.
presensi itu mendongak, mendapati raut wajah tulus di air mukanya. ia sedikit ragu, namun tak ada pilihan lain selain menerima ulurannya. lukanya perlu diobati atau setidaknya mencegah infeksi sampai ia menginjakkan kaki di rumahnya.
"mari ke rumah dulu. saya ada beberapa obat untuk mengobati luka tuan," flora berbagi payung dengan si pria. ia menuntun orang asing itu hingga masuk ke kediaman sederhananya tanpa ada satupun rasa curiga.
KAMU SEDANG MEMBACA
ethereal
Fanfiction[ bts x nct x got7 ] flora suka harum roti panggang di pagi hari. azzura jadi tempat yang hangat setelah ia pindah dari rumah lama. berteman dengan si elf pembaca pikiran, tinggal dengan kakak laki-lakinya, flora anggap dirinya bahagia. nam...